Senin, 26 Juli 2010

Teknik Pemeriksaan Kedokteran Nuklir (Renografi Diuretik)

1. PENGERTIAN
Merupakan salah satu metode pemeriksaan kedokteran nuklir pada pasien dengan dilatasi saluran kemih bagian atas dan follow up pasien dengan hidronephrosis.

2. PRINSIP PEMERIKSAAN
• Menggunakan furosemide karena efeknya bersifat diuretik yang menghambat reabsorpsi garam dan air di limb asenden ansa henle.
• Sifat diuretik tergantung pada fungsi ginjal.

3. FUROSEMIDE
Adalah golongan obat loop diuretics. Durasi kerja dari furosemide 2 – 3 jam. Fungsi dari furosemide:
• Menghambat secara selektif reabsorpsi dari NaCl pada tubulus kontortus asenden ansa henle.
• Menghambat sistem trasport Na+/K+/2Cl- pada membran lumen di tubulus kontortus desenden ansa henle.
• Meningkatkan aliran darah ke ginjal dan menyebabkan redistribusi dari aliran darah di dalam korteks ginjal.
• Meningkatkan jumlah volume urin dan meningkatkan kadar potasium pada pasien dengan gagal ginjal akut.

Kontra Indikasi Furosemide
• Alergi furosemide
• Sirosis hepatik
• Gagal ginjal borderline
• Gagal jantung kongesif

Dosis Furosemide
Menurut Society of Nuclear Medicine & European Nuclear Medicine Association adalah 1 mg/kg berat badan. Dosis maksimum untuk anak – anak 20 mg dan dewasa 40 mg.

4. INDIKASI
• Mengetahui lebih lanjut tingkat obstruksi apakah total atau parsial
• Hidronephrosis
• Hidroureteronephrosis

5. PERSIAPAN PASIEN
• Penderita dewasa minum 400 ml air 20-30 menit sebelum pemeriksaan.
• Penderita anak-anak diberikan volume cairan sesuai dengan berat badan.
• Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan dengan pemeriksaan IVP.
• Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum pemeriksaan.
• Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk memblok jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131.
• Sebelum pemeriksaan hendaknya pasien dilakukan USG dengan tujuan melihat hidronephrosis bilateral atau unilateral, dilatasi dari ureter, dan duplikasi ginjal.
• Disarankan sebaiknya pasien dalam status cukup terhidrasi dengan volume urine yang cukup (tahan miksi).

6. RADIOFARMAKA
• Tc– 99m MAG3 dengan dosis 2,5 mCi
• Tc– 99m DTPA dengan dosis 5 mCi
• Tc– 99m EC dengan dosis 2,5 mCi
• I– 123 Hippuran dengan dosis 2 mCi

7. PROTOKOL PEMILIHAN WAKTU PENYUNTIKAN DIURETIK
a. Radiofarmaka + 20 (F+20)
Volume pelvis ginjal penuh pada 20 menit setelah radiofarmaka disuntikkan (furosemide diberikan 20 menit setelah radiofarmaka).

b. Radiofarmaka – 15 (F – 15)
Furosemide diberikan 15 menit sebelum radiofarmaka disuntikkan. Pada menit 15 – 18 setelah penyuntikkan furosemide volume urin tinggi, sehingga akan didapat nilai urine yang maksimal pada saat penyuntikkan radiofarmaka.

c. Radiofarmaka + 0 (F – 0)
Furosemide disuntikkan secara intravena segera setelah penyuntikkan radiofarmaka. Hasilnya tidak berbeda jauh dengan F – 15. Dapat mengurangi frekuensi gangguan pada saat pencitraan oleh pasien yang disebabkan keinginan pasien untuk miksi. Metode ini nyaman digunakan pada pasien bayi dan anak-anak, karena tidak perlu melakukan penyuntikkan sebanyak 2 kali.

8. PERALATAN
• Kamera gamma, dengan kolimator LEHR untuk Tc– 99m MAG3 dan medium energy collimator untuk I-131 Hippuran
• Energy setting untuk low energy pada puncak 140 keV dan medium energy pada puncak 364 keV
• Window width setting : 20 %
• Teknik pencitraan dinamik
• Matrix 128 x 128 pixels
• Protokol akusisi : Frame / time I = 6 frame / 10 detik selama 1 menit
• Protokol akusisi : Frame / time II = 25 frame / 1 menit selama 25 menit

9. PROSEDUR PEMERIKSAAN
• Posisi pasien supine atau tidur terlentang.
• Detektor ditempatkan sedemikian rupa sehingga ginjal dan vesica urinaria berada dalam lapang pandang pencitraan dari proyeksi posterior.
• Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus
• Berikan radiofarmaka dan furosemide sesuai dengan protokol pemilihan waktu penyuntikkan yang digunakan.
• Total waktu pemeriksaan adalah protokol pemilihan waktu penyuntikan yang dipilih ditambah 10 menit.

10. PEMROSESAN DATA
Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI pada kedua ginjal serta dibawah kedua ginjal untuk substraksi latar belakang yang kemudian didapatkan kurva aktivitas terhadap waktu.

11. EVALUASI KURVA RENOGRAM DIURETIK TERHADAP RESPON FUROSEMIDE
• Pemberian furosemide tidak merubah bentuk kurva obstruksi (fase III naik terus), gambaran demikian dikenal sebagai gambaran obstruksi total.
• Pemberian furosemide menyebabkan perubahan kurva renogram dengan cepat dan eksresinya menjadi sangat efektif. Gambaran ini ditemukan pada hidronephrosis non obstruksi atau dilatasi hipotonik
• Pengaruh furosemide pada kurva obstruksi hanya bersifat parsial, tidak cepat dan eksresinya lambat. Gambaran demikian menunjukkan adanya obstruksi atau subtotal.

12. PARAMETER KUANTITATIF
Adalah parameter-parameter yang digunakan untuk menilai respon ginjal terhadap pemberian furosemide.

a. Jenis-Jenis Parameter Kuantitatif
• Time of peak (waktu puncak)
• Peak of half (waktu untuk mengeksresikan 50% dari radiofarmaka)
• Output efisiensi
• Efisiensi ekskresi pelvis ginjal
• Indeks waktu transit parenkim
• Aktivitas residu terkoreksi

Catatan
Pemeriksaan tidak dapat menilai respon diuretik secara akurat jika fungsi ginjal berkurang secara bermakna. Hasil pencitraan juga tidak dapat dinilai bila perunut banyak terkumpul di pelvis ginjal.

2 komentar: