Rabu, 25 Agustus 2010

ISTILAH-ISTILAH UMUM DALAM ANATOMI

buat temen-temen yang kebingungan mata kuliah ANATOMI FISIOLOGI TERUTAMA KALAU DI AJAR DR. WINARNO, DR. BASKORO DLL.... TANANG AJ INI ADA ISTILAH DASAR2 ANATOMI YANG HARUS KITA KETAHUI SEBAGAI MAHASISWA ATRO,,, KLAU SEMUA HAFAL ISTILAH-ISTILAH INI DIJAMIN G AKAN BINGUNG DALAM MENGHADAPI KULIAH DI ATRO WIDYA HUSADA.... NIA KU KSEH ISTILAH ANATOMI YANG SAYA COPY DAR MATA KULIAH DR. WINARNO...



ISTILAH-ISTILAH UMUM DALAM ANATOMI

Berlaku di bagian tubuh :

Dorsal = menuju arah punggung, atas (dorsum = punggung)
Ventral = menuju arah perut, bawah (venter = perut)
Cranial = menuju ke arah kepala, depan (cranium = tengkorak)
Caudal = menuju arah ekor, belakang (cauda = ekor)
Anal = menuju arah anus, belakang (anus = dubur)

Berlaku di bagian kepala:

Oral = menuju arah mulut, depan (oris = mulut)
Apical = menuju arah puncak, atas (apex = puncak)
Aboral = menjauhi arah mulut, kebelakang (nucha = kuduk)
Nuchal = menuju tengkuk, kebelakang (nucha = kuduk)
Rostral = menuju arah hidung (daerah hidung)

Berlaku di bagian anggota gerak (extremitas):

Proximal = mendekati tubuh, ke atas
Distal = menjauhi tubuh, ke bawah
Dorsal = punggung tangan atau kaki depan
Volar = sisi belakang tangan / kaki depan
Palmar = sisi belakang tangan
Plantar = sisi belakang kaki belakang
Ulnar = sisi luar tangan/ kaki depan
Radial = sisi dalam tangan / kaki depan
Fibular = sisi luar kaki belakang
Tibial = sisi dalam kaki belakang

Berlaku untuk orientasi bidang-bidang pada tubuh:

Lateral = menjauhi bidang median tubuh, luar
Medial = mendekati bidang median tubuh, dalam,tengah
Median = bidang tengah tubuh, memisahkan tubuh menjadi dua bagian yang simetris

Sagittal = sejajar dengan median, tetapi di luar bidang median
Transversal = tegak lurus bidang median, memotong poros tubuh
Horizontal = tegak lurus bidang median, sejajar poros tubuh

Berlaku untuk orientasi berbagai arah:

Dexter = kanan
Sinister = kiri
Externus = sebelah luar
Intenus = sebelah dalam
Profundus = menjauhi permukaan
Superficialis = mendekati permukaan, luar
Transversus = melintang
Longitudinalis = memanjang, menurut sumbu memanjang
Ecto = luar (lapisan luar)
Meso = tengah (lapis tengah)
Endo = dalam (lapis dalam, di dalam)
Epi = di atas (tutup)
Peri = sekeliling, sekitar
Dia = pemisah, penyebaran (diameter = garis tengah)
Hypo = di bawah
Hyper = di atas
Basis = dasar, alas, bawah
Apex = puncak, atas
Margo = tepi (marginal = tepian)

Berbagai sebutan sifat:

Magnus = besar
Brevis = kecil
Major/ majus = besar
Minor/ minus = kecil
Alba = putih
Nigra = hitam
Flava = kuning
Rubra = merah
Grisea = abu-abu
Lutea = kuning
Chloros = hijau
Dorum/ serra = keras
Molle = lunak
Supra = atas, lebih atas
Infra = bawah, lebih bawah

Berbagai bentukan / bangunan

Facies = muka, permukaan
Fovea = lekuk yang bulat
Facialis = termasuk permukaan
Fascia = lembaran, balut, selaput otot
Foramen = lubang
Sulcus = lekuk / alur
Fasciculus = berkas
Canalis = Saluran, pipa
Cavum = Rongga
Caverna = rongga (caver-nosus = berongga-rongga)
Caput = kepala
Condylus = benjol sendi
Collum = leher
Spina = duri
Crista = bingkai, tepian tajam, sisir
Sinus = lengkung, rongga kecil, serambi
Processus = taju
Fissura = celah, robek
Incissura = irisan, sobekan

PANORAMIC

PANORAMIC

Dental / gigi seringnya tertutup oleh tulang maxilla dan mandibula. Radiografi panoramic dapat membuat foto gigi, tanpa tertutupi / overlaping dengan tulang-tulang tersebut.
Panoramic berasal dari kata Panorama, artinya pandangan yang tak terhalang dari berbagai arah untuk melihat suatu bayangan atau obyek.

Panoramic dibuat berdasarkan penggunaan sumber sinar :
Sumber sinar intra oral
Sumber sinar extra oral

Sumber sinar intra oral

Film diletakkan diluar
Sumber sinar dimasukkan ke dalam mulut
Film tanpa screen / screen low speed
Upper or lower jaw
Focal spot kecil ( 0.10 – 0.15 mm )
Penggunaan arus 0.5 – 1.0 mA
kV : 40 – 80 kV
Memakai kurva kaset
Diistilahkan sebagai pemeriksaan Panografi

Sumber sinar extra oral
( Rotational Panoramic Radiography )

Hystory :
dr. H. Numata (1934)
Film diletakkan didalam mulut ( upper or lower jaw )
Digunakan pesawat yang memutari rahang pasien
Exposi selama pesawat bergerak
Berkas sinar keluar melalui celah sempit

dr. Patero (1948)
menggunakan prinsip yang sama dengan Numata, hanya saja pasien yang bergerak, sumber sinar tetap
Film menggunakan IS, karena tahun 1946 speed film yang ada relatif slow film
Untuk pemeriksan rahang atas atau rahang bawah
Nama : Parabolografi

Tahun 1949 : Patero
melakukan penelitian terhadap pemeriksaan parabolografi tetapi dengan menggunakan film extra oral
Pada metode ini film-kaset dan pasien diatur dalam kecepatan yang sama, sumber radiasi tetap
Pada teknik ini memungkinkan rahang yang melengkung dapat dilihat secara datar/lurus seperti pada panoramic
Dinamakan teknik Pantomografi;
Panoramic : pandangan yang tak terhalang dari semua arah
Tomografi : teknik x-ray untuk membuat radiograf pada kedalaman tertentu, tanpa adanya intervensi jaringan diatas maupun dibawahnya

Watson & Son Lth. Berkolaborasi dengan Dr. Blackman
mengkomersilkan pantomograph, yang diberi nama Rotograph; yaitu rotary radiograf dengan cara merotasikan pasien dan kurva film secara simultan dengan arah yang berlawanan, sementara sumber radiasi tetap.
Pada pesawat ini hanya bagian yang mempunyai jarak yang tetap dari film yang dapat digambarkan secara baik

Panorec I
pada sistem ini tabung sinar-X dan film hoder berotasi secara berlawanan, kepala pasien / obyek tetap
Ada 2 kolimator slit (celah sempit)
a. satu antara tube head dan pasien
b. satu antara pasien dan kaset
Film yang digunakan jenisnya flat
Ada 2 kali rotasi; setelah salah satu sisi dari rahang difoto, mesin berhenti. Pasien secara manual diposisikan lagi pada sisi yang lain, eksposi dilanjutkan.
Karena mesin sempat berhensti sebentar, maka pada gambarnya ada bagian putih pada tengah film (gambar tidak tersambung secara sempurna)

Panorec II
Gambar sudah tersambung
Pasien diam, tabung x-ray & film-kaset rotai mengelilingi kepala pasien
Kaset-fim berotasi pada sumbunya dibelakang celah sempit antara pasien dan kaset-film.

Film Panoramic dan IS
Film panoramic mempunyai emuli photosensitive dan menggunakan kaset yang dilengkapi IS.
IS digunakan karena dapat menurunkan dosis radiasi yang diterima pasien dan dapat menghasilkan kualitas radiograf yang baik.
Bila film panomaramic menggunakan NSF / direct exposure maka dosis pasien lebih banyak
Ukuran film panoramic 5 x 12 inchi (12.5 x 30 cm) atau 6 x 12 inchi (15 x 30 cm)
Double emulsi, kecuali film yang terbungkus sendiri
Rare earth screen-film; dimana exposure yang dibutuhkan lebih kecil tnpa harus kehilangan detail bayangan
Setiap kaset dilengkapi sepasang IS.


Persiapan Pasien
Lepaskan bahan kaca dan metalik pada bagian kepala dan leher
slayer, kalung
tindik hidung, anting
kaca mata
barang-barang lain yang dapat diproyeksi kan pada gambar, seperti : alat bantu dengar, penjepit rambut, permen karet, dll)
Gigi palsu (seluruh atau sebagian)
Jaket atau sweater dilepas
disarankan pasien menggunkaan apron selama pemeriksaan




Posisi Pasien Yang Tepat

Suruh Pasien duduk atau berdiri dengan punggung tegak
Jelaskan kepada pasien bagaiman jalannya pemeriksaan (rotasi pesawat, dll)
Kepala pasien diatur sedemikian rupa sehingga garis ala-tragus 5° dari sumbu horisontal
Atur MSP kepala pasien tegak lurus
Masukkan bite blok antara gigi seri rahang atas dan bawah
Suruh pasien meletakkan dagu di tempat dagu.
Suruh pasien mengatupkan bibir, dan letakkan lidahnya berlawanan dengan atap mulut
Lihat profile index, jika angka pada kepala tidak sesuai dengan yang terbaca pada bite blok holder, maka bayangan gigi akan kabur dan tampak lebih horisontal.


Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Teknik Panoramic

Hanya sekitar 20% radiograf panoramic yang bebas error, 80% kesalahan disebabkan karena positioning, 20 % karena hal teknis.

Error pada Eksposi Film dan Processing
Gambar pada panoramic dapat terlihat terang (low density), gelap (high density), kabur atau hanya separo bayangan yang terlihat.

Low Density, sebab:
kVp dan / atau mA tidak diset cukup tinggi
Pemilihan kVp dan mA tergantung pada :
a.ukuran dan bentuk kepala
b.ketebalan soft tisuue pada wajah dan leher
c.struktur tubuh
d.ada tidaknya gigi
e.sinar-X arahnya tidak tepat pada celah di holder kaset
f.kombinasi screen-film yang tidak tepat
g.larutan developer yang lemah
h.waktu developer yang tidak cukup
i.suhu developer terlalu rendah

High Density, sebab :
a.kVp dan / atau mA terlalu tinggi
b.kombinasi screen-film yang tidak tepat (biasanya screen-film fast tidak disesuaikan dengan pemilihan kVp dan/atau mA.
c.Developer terlalu kuat
d.Waktu pembangkitan yang lama (pada manual processing)
e.Suhu developer terlalu panas
Over-expose film masih dapat digunakan untuk diagnostik jika dilihat dengan viewing / light case yang mempunya intenstitas cahaya yang tinggi.



Fog : unexpose silver halide terbangkitkan; menyebabkan kontras rendah
Penyebab:
a.Penyimpanan film yang tidak baik:
b.penyimpanan film dan unloading kaset pada daerah yang mempunyai temperatur dan kelembaban yang tinggi
c.penyimpanan expose dan unprocess film dekat tanki developer yang tidak ditutup
penyimpanan film didekat sumber radiasi
d.penggunaan film yang expire date
e.kesalahan penggunaan larutan pencucian (contoh penggunaan replenisher pada manual developer digunakan untuk otomatic)
f.Terkena cahaya yang tak terduga
Masuknya cahaya karena kebocoran kaset
safe light yang tidak aman (daya lampu tidak sesuai, filter yang tidak sesuai, terlalu dekat jarak safe light dan film, terlalu lama dibawah safe light)
merokok di kamar gelap
film terbakar sebagian
g.Kombinasi film-screen yang tidak pas, khususnya jika menggunakan high-speed film
h.Larutan developer yang sudah lama atau terkontaminasi
i.Waktu dan suhu developer yang berlebihan

Kaset diletakkan terbalik
Hanya sebagian film yang terekspose
Biasanya disebabkan karena pemasukan film yang tidak sampai ujung paa flexible cassette, tidak memposisikan kaset-film pada posisi start awal, peletakan kaset yang tidak tepat pada tempatnya.
Garis putih vertikan pada radiograf
Terjadi pada mesin / pesawat yang tidak mempunyai switch otomatis, dimana eksposure akan berhenti meskipun tombol switch dilepas meski hanya sebentar. Pada pesawat panoramic terbaru, ekposi tidak dapat dimulai sebelum mesin kembali pada posisi awal.
Adanya garis vertikal hitam dan putih secara selang seling
Pergerakan kaset holder yang tidak beraturan, khususnya pada awal rotasi.
Artefak yang acak pada film
Cek screen didalam kaset dari kontaminasi (kertas, bulu, debu, paper klip dan sebagainya) yang akan menyebabkan gangguan cahaya sampai kefilm, sehingga mengakibatkan pada area atau daerah tersebut kekurangan density
Masalah processing
Corengan/streak (densitas yang tidak seimbang), disebabkan karena:
developer dan fixer replem\nisher rendah
roll pada atomatik prosessing
air pencucian yang kotor
bahan kimia
Tanda / marks pada permukaan film
Kepucatan / kelunturan film, disebabkan :
adanya larutan fixer didalam developer
processing yang telalu cepat
fixer yang lelah


( Olaf E Langland, DDS, MS, FACD, dkk, Panoramic Radiology, Second Edition, Lea & Febiger, Philadelphia, 1989)

Minggu, 15 Agustus 2010

DISFAGIA

Disfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di tenggorokan.

I.Pendahuluan
Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut, dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium, CT scan, dan MRI.

II. KLasifikasi Disfagia
Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu disfagia orofaring (atau transfer dysphagia) dan disfagia esofagus (1,2) .Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus, dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan neurologis, oculopharyngeal muscular dystrophy, menurunnya aliran air liur, xerostomia, masalah gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi mekanik (keganasan, osteofi, meningkatnya tonus sfingter esophagus bagian atas, radioterapi, infeksi, dan obat-obatan (sedatif, antikejang, antihistamin) (1) .

Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitan menelan , termasuk ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran meletakkan makanan di dalam mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol makanan dan air liur di dalam mulut, kesukaran untuk mulai menelan, batuk dan tersedak saat menelan, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, perubahan kebiasaan makan, pneumonia berulang, perubahan suara (suara basah), regurgitasi nasal (1,2) . Setelah pemeriksaan, dapat dilakukan pengobatan dengan teknik postural, swallowing maneuvers, modifikasi diet, modifikasi lingkungan, oral sensory awareness technique, vitalstim therapy, dan pembedahan (1) . Bila tidak diobati, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, malnutrisi, atau dehidrasi (1)

Disfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus, sfingter esofagus bagian bawah, atau kardia gaster. Biasanya disebabkan oleh striktur esofagus, keganasan esofagus, esophageal rings and webs, akhalasia, skleroderma, kelainan motilitas spastik termasuk spasme esofagus difus dan kelainan motilitas esofagus nonspesifik (1) . Makanan biasanya
tertahan beberapa saat setelah ditelan, dan akan berada setinggi suprasternal notch atau di belakang sternum sebagai lokasi obstruksi, regurgitasi oral atau faringeal, perubahan kebiasaan makan, dan pneumonia berulang. Bila terdapat disfagia makanan padat dan cair, kemungkinan besar merupakan suatu masalah motilitas. Bila pada awalnya pasien mengalami disfagia makanan padat, tetapi selanjutnya disertai disfagia makanan cair, maka kemungkinan besar merupakan suatu obstruksi mekanik. Setelah dapat dibedakan antara masalah motilitas dan obstruksi mekanik, penting untuk memperhatikan apakah disfagianya sementara atau progresif. Disfagia motilitas sementara dapat disebabkan spasme esofagus difus atau kelainan motilitas esofagus nonspesifik. Disfagia motilitas progresif dapat disebabkan skleroderma atau akhalasia dengan rasa panas di daerah ulu hati yang kronis, regurgitasi, masalah respirasi, atau penurunan berat badan. Disfagia mekanik sementara dapat disebabkan esophageal ring. Dan disfagia mekanik progresif dapat disebabkan oleh striktur esofagus atau keganasan esofagus (1). Bila sudah dapat disimpulkan bahwa kelainannya adalah disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan barium atau endoskopi bagian atas. Pemeriksaan barium harus dilakukan terlebih dahulu sebelum endoskopi untuk menghindari perforasi. Bila dicurigai adanya akhalasia pada pemeriksaan barium, selanjutnya dilakukan manometri untuk menegakkan diagnosa akhalasia. Bila dicurigai adanya striktur esofagus, maka dilakukan endoskopi. Bila tidak dicurigai adanya kelainan-kelainan seperti di atas, maka endoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan barium. Endoskopi yang normal, harus dilanjutkan dengan manometri; dan bila manometri juga normal, maka diagnosanya adalah disfagia fungsional (1) . Foto thorax merupakan pemeriksaan sederhana untuk pneumonia. CT scan dan MRI memberikan gambaran yang baik mengenai adanya kelainan struktural, terutama bila digunakan untuk mengevaluasi pasien disfagia yang sebabnya dicurigai karena kelainan sistem saraf pusat (2) . Setelah diketahui diagnosanya, penderita biasanya dikirim ke Bagian THT, Gastrointestinal, Paru, atau Onkologi, tergantung penyebabnya. Konsultasi dengan Bagian Gizi juga diperlukan, karena kebanyakan pasien me-merlukan modifikasi diet.

PENDAHULUAN
Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body through the mouth”.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.
 
 
NEUROFISIOLOGI MENELAN
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.
 
FASE ORAL
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di sadari.
Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)
Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (motorik).
 
 
FASE FARINGEAL
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :
1.m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
2.m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.
3.Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4.Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)
5.Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.
 Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.
 
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.
 
Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :
1.Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor faring. 
2.Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian superior.
 
 
FASE ESOFAGEAL
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.
 
Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :
1.       dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2.       Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.
 
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.
 
 
PERANAN SISTEM SARAF DALAM PROSES MENELAN
Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :
1.Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.
2.Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.
3.Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah
 
 
GANGGUAN DEGLUTASI/MENELAN
          Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan, yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun anak-anak.
          Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih 2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas hidup seseorang.
          Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.
Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi .
Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.
Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.
 
 
EVALUASI KLINIK DISFAGIA.
Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karna :
Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi :
1.Sumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminal (penekanan dari luar lumen esofagus)
2.kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai dari kelainan korteks serebri, pusat menelan di batang otak sampai neurosensori-muskular.
3.Kelainan emosi berat/ Disfagia psikogenik.
 
Berdasar proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi :
1.      Transfer dysphagia kalau kelainannya akibat kelainan neuromotor di fase oral dan faringeal.
2.     Transit dysphagia bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baik primer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah.
3.      Obstructive dysphagia bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faring dan esofagus
 
Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi :
1.Disfagia gangguan fase oral
2.Disfagia gangguan fase faringeal
3.Disfagia gangguan fase esofageal
 
Berdasarkan penyebab/etiologi dapat dibagi menjadi :
1.    Kelainan kongenital (K)
2.    Inflamasi/radang (R)
3.    trauma (T)
4.    Benda asing (B)
5.    Neoplasma (N)
6.    Psikis (P)
7.    kelainan endokrin (E)
8.    kelainan kardio vaskuler (KV)
9.    kelainan neurologi/saraf (S)
10.Penyakit degeneratif (D)
11.Iatrogenik seperti akibat operasi, kemoterapi dan radiasi (I)
 
  
 ANAMNESIS PENTING.
1.Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)
2.Lama dan progresifitas keluhan disfagia
3.Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat, cair, stress psikis dan fisik)
4.keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas, batuk, perasaan mengganjal/menyumbat di tenggorokan.
5.Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun, kardiovaskuler dll)
6.Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi, muskulorelaksan pusat)
7.Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan
8.Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya
 
 PEMERIKSAAN FISIK PENTING
1.Keadaan umum pasien
2.Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot lidah.
3.Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara (keterlibatan laring)
4.Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula, epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.
5.Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf kranial
6.Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher, pembesaran KGB leher dan trauma
 
 PEMERIKSAAN PENUNJANG PENTING
Pemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :
Penunjang
Kegunaan
1.Barium Swallow (Esofagogram)
 
2.CT Scan
3.MRI
4.Laringoskopi direk
5.Esofagoskopi
6.Endoskopi ultrasound 
 
Menilai anatomi dan fs otot faring/esofagus, deteksi sumbatan o/k tumor, striktur,web, akalasia, divertikulum
Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada
Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif proses diotak
Menilai keadaan dan pergerakan otot laring
Menilai lumen esofagus, biopsi
Menilai lesi submukosa




Daftar Pustaka :
 
1.      Soepardi A Efianty. Penatalaksanaan disfagia secara komprehensif. Acara ilmiah penglepasan purna tugas Prof Dr. Bambang.2002
2.      SS Bambang. Disfagia.Bronko-esofagologi.1994:40-49
3.      Bailey J Byron. Esophageal disorders.Head and neck surgery-Otolaringology.Vol.1.2.1998;56:781-801
4.       Alper MC, Myers EN, Eibling DE. Dysphagia. Decision making in ENT Disorders.2001;52:136-37
5.       Thaller SR, Granick MS, Myers EN. Disfagia. Diagram diagnostik penyekit THT.EGC 1993;13:105-11


 
 

Proteksi radiasi atau proteksi radiologi

Proteksi radiasi atau proteksi radiologi
Pengukuran yang berhubungan dengan pembatasan pengaruh merusak akibat
radiasi pengion pada manusia, misalnya pembatasan paparan eksternal radiasi,
pembatasan penyatuan radionuklida, juga pembatasan penyakit akibat cedera
karena hal di atas
http://ansn.bapeten.go.id/download.php?fid=&filename=65.pdf&down=1

1. Perananan radiology dalam kedokteran?
2. Sinar –X : Definisi , sifat, proses terjadinya ?
3. Prosedur kerja kamar gelap ?
4. Syarat foto thorax layak baca  ; indikasi foto thorax ; yg dinilai pd foto thorax?
5. Media kontras beserta kadarnya ?
6. Cholecystografi : Definisi , macam, bahan kontrasnya, prosedurnya ?
7. Prinsip USG ?
8. BNO-IVP : prinsip , prosedur , bahan kontras (dosis), Persiapan, efek samping, penggunaan/penanggulangan ?
9. Posisi occipital ?
10. Posisi for-opticum
11. Posisi Mastoid
12. Posisi sinus paranasal
13. Posisi cervical
14. Kapan HSG dilakukan pada siklus mens ? mengapa ?
15. Prinsip kerja CT-Scan
16. Persiapan OMP
17. HSG : kontras , indikasi , KI , kenapa di lakukan hari ke-9/10
Jawab :
1. Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yg menggunakan energi ion /non ion, yg dapat di gunakan sebagai sarana diagnosis (normal/sakit) dan therapy (radiasi,fisiotherapy,dll).
 
2. Definisi Sinar-X
à Pancaran gel. Elektromagnetik yg sejenis dgn gel. Radiasi, Panas, cahaya dan sinar UV, tetapi dgn panjang gel yg sangat pendek yaitu 1/10.000 pjg gel cahaya tempat proses terjadinya
       Sifat Sinar-X :
-         Daya tembus sgt besar
-         Pjg gel sgt pendek (1/10.000) dr pjg gel chy tampak.
-         Dpt mengionisasi zat.
-         Dpt menghitamkan plat film (photographic effect)
-         Fluoresensi
-         Biologic effect à menimbulkan perubahan biologis pd jaringan.
-         Penyerapan à mkn ↑ kepadatan (berat atomnya) , >> penyerapannya.
 
Proses terjadinya Sinar-X :
1.      Katoda dipanaskan ( > 20.000 ºc )sampai menyala dgn mengalirkan listrik yg berasal dari transformator.
2.      Karena panas, elektron2 dr katoda terlepas.
3.      Waktu dihubungkan dengan transformator teg tinggi, elektron2 dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat.
4.      Filamen dibuat relative negative thd sasaran (target)  dgn memilih potensial tinggi.
5.      Awan2 elektron mendadak dihentikan pd sasaran shg terbentuk panas ( 99 % ) dan sinar X (1 %)
6.      Pelindung ( perisai ) timah akan mencegah keluarnya Sinar–X dr tabung, shg sinar X yg terbentuk hanya dpt keluar melalui jendela.
7.      Panas yg tinggi pd sasaran akibat benturan electron ditiadakan dgn radiator pendingin.
3. Syarat kamar gelap :
-         Ukuran memadai & proporsional dgn kapasitas dan beban kerja
-         Terlindung dr radiasi, sinar matahari dan bhn kimia lain, selain lar u/ pengolahan foto.
-         Sirkulasi & suhu udara baik ( 16 – 21 ºc)
-         Air yg bersih
-         Dinding & lantai yg thn keropos
-         Kelengkapan alat2 kmr gelap yg ememadai
-         Lampu kamar gelap yg aman & tidak bocor
 
 
4. Syarat foto thorax yg baik :
-         Simetris à  jrk clavicula-sternum ka-ki – sinus costofrenicus sama tinggi dalam diafragma.
-         Tidak terpotong
-         Tidak kabur/goyang
-         Tidak ada artefak
-         Scapula hrs terbuka
-         Densitasnya baik à t’lihat vertebra 1-4 dgn jelas ( selebinya gak jelas )
-         Ada label
-         Ada marker
-         Inspirasi dalam & optimalà t’lihat costa 6 ( depan ), costa 1-9 (blkng)  dgn jelas.
     
       Indikasi foto thorax :
-         Medical check up
-         Persiapan operasi
-         Trauma thorax à emfisema subkutis, hemato thorax, pneumonia
-         Batuk kronis >> 2 mggu
-         Nyeri dada
-         Kelainan jtg
-         Sesak
-         Mencari metastasis ca
-         Aspirasi
-         RSD ( respiration syndrome distress ) à kelainan jt congenital , Aspirasi mekonium.
 
Yg dinilai pd foto thorax:
5.  Media kontras à zat yg dapat membedakan antara jaringan dan tulang pada foto Rő.
 
Macam Media Kontras :
1.      Mk positif (BA tinggi ) à padat / cair
            Co/ Yodium, Barium
2.      Mk negative (BA rendah) à gas
            Co/ Udara, O2, Co2.
Guna media kontras :
-         melihat f/ organ yg diperiksa
-         melihat bentuk & anatomi organ
 
Cara masuk kontras :
-         Oral à oesophagography, analisa jtng, duodenum, cholesystograpy oral.
-         IV    à BNO-IVP , CT-Scan , Cholesysthography IV, Arteriography.
-         Intra anal à colon inloop
-         Intra vaginal à HSP ( Hystero Salphyngo Graphy )
-         Intra uretra à urethrocystography
-         Intra ductus à Sialography
-         Intra dural à Myelography.
 
Media kontras & kadar :
-         Oesofagus à BaSo4 kental (oral) ---  1 : 2
-         Lambung /Duodenum à BaSo4 encer (oral)    --- 1 : 3
-         Colon à BaS04 enema (>> encer ) --- 1 : 8 / 1 : 10
-         HSGà Urografin 60%, Lipiodol ultrafluid , Hipaque 5%, Endografin
-         BNO – IVP à Urografin 76%, Telebrix 300mg/1amp (sesuai buku), Omniopaque 300 mg.
-         RPG/APG à urografin 76% , Telebrix 350 mg ½ amp
-         CT-Scan à Iopamiro 350 mg, Ultravist 350-370 mg
 
-         Cholesistography :      - Oral à Biloptin /Telepaque 3 gr.
                                                - IV    à Iodipamide ( Iodine 50 % ).
-         Bronkhografi 
KI MK :
-         anak2
-         lansia
-         ggn jtg
-         astma
-         alergi seafood, obat
-         hypertensi
-         anxietas tanpa sebab
 
Reaksi yg timbul ok MK :
1.      khemotoksitosis
2.      Osmotoksisitas
3.      Toksisitas Ion
4.      Dosis >>
☺ Efek samping :
 
RINGAN :
-         mual muntah
-         rasa panas
-         bersin menguap
-         tenggorok mengelitik & batuk
th/ :
-         tenangkan ps
-         miringkan kepala
-         beri o2
-         gelisa kasih valium 5-10 mg IV pelan2
           
SEDANG ( rx kulit/sejenis alergi):
-         kemerahan local di tempat suntikan
-         urtikaria dgn/≠ gatal
-         bengkak urtikaria
th/ :
-         antihistamin IV
-         kortikosteroid IV
 
BERAT :
-         kemerahan di muka & seluruh tubuh
-         rasa takut, cemas, gelisah
-         utrikaria selurh tbh + gatal
-         mengigil & skt punggung
-         muntah + hilang kesadaran
th/:
-         stop kontras
-         baringkan tungkai lbh tinggi dr kepala
-         adrenalin 1 mg/1ml IM
-         infuse
-         bila adrenalin respon - , beri O2 / masker endotracheal
 
tambahan :
-          kortikosteroid IV ( hidrokortison/dexametason) à 2- 6 mg / kgBB.
-         Antihistamin IV ( prometasin /difenhidramin ) à 0,5 – 1 mg /kgBB
-         Bronchodilator aerosol bila ada spasme / semprot lewat masker / aminofilin IV 10 menit dgn infuse.
-          
Konsul sito : hub IRD / anestesi / ICU 
6. Cholesistografi :
àMacam : Oral dan IV
 
Bhn kontras :
-         Sodiumopodate (biloptin)
-         telepaque
-         calsiumopodate (Solubiloptin)
 
dosis = 3 gr. 
Indikasi :
-         Ggn fungsi empedu
-         Batu
-         Radang
-         Tumor
-         Paska cholesistekomi
-         Kolesterosis
-         Cholelitiosis
-         Kel. Congenital
 
Kontra indikasi :
-         Alergi kontras
-         Tirotoksikosis
-         Kel. Jtng berat
-         KU yg buruk.
 
 
Prosedur :
☺Oral :
-         makanan siang adl makanan terakhir yg mengandung lemak ( sehari sebelum pemeriksaan dilakukan)
-         Stl makan malam yg tidak mengandung lemak, diberikan 3 gran telepaque at biloptin oral
-         Foto polos abdomen dibuat sebelum pemberian kontras 12-14 jam stl pemberian kontras.
-         Buat foto berdiri u/ melihat gbr batu yg berlapis2 ( msh tersembunyi ) atau foto lateral dekubitus.
-         Ps diberikan makanan yg mengandung lemak tdr dr : roti yg diolesi mentega, telur mata sapi & 4 gelas susu. 10 –15 mnt kemudian dibuat foto BNO u/ melihat kontraksi kandung empedu.
-         Dpt pula di buat foto 30 mnt & 1 jam.
 
☺IV :
-         kontras lodopomide ( bilegrafin ) 20 ml
-         bhn kontras disuntikan p’lahan 15-30 mnt dgn infuse
-         permeriksaan dlakukan pd saat pasien uasa
-         foto polos abdomen dibuat 15 mnt stlh infuse dimulai, jika duktus sdh tampak dibuat tomogram.
-         Foto b’rikutnya 2 jam stlh infuse.
7.Prinsip  USG :
      -     Definisi à prmx dgn m’gunakan gel suara dgn frekwensi tinggi (1-10 Mhz)
-         Prinsip à gel frek ↑ dihasilkan dari kristal yg tdp dlm alat yg disbt transducer, perubahan bentuk akibat gaya mekanis pd kristal akan menimbulkan tegangan listrik(fenomena efek piezoelectric).
 
Indikasi USG :
-         menemukan / menentukan kelainan adanya suatu masa dalam rongga abdomen dan pelvis
-         membedakan kista dan masa solid
-         mempelajari gerak organ , dan juga dapat mengetahui gerak janin dan jantungnya.
-         Membantu biopsy jarum terpimpin
-         Mengukur/menentukan volume organ
8.
BNO
àyg dinilai kandung kemih & ginjal :
-         distribusi udara dlm usus rata / ≠
-         contour ginjal N / ≠
-         batu : radiopak , radiolusent (   ≠ tampak pd BNO dgn ivp t’ lihat).
-         Psoas line simetris /≠
-         Tlg vertebra, tlg pelvis à scoliosis, spur
IVP :
 
Persiapan :
-         informed consent dgn materai
-         tes alergi thd kntras
-         2 hr sblm px ps hrs makan bubur kecap
-         puasa 12 jam ( 8 –10 jam sblmnya diberi laxan dan ps disuruh bergerak agar usus kosong dari feces dan gas)
 
Kontras :
-         urografin 60% at 76% dosis 20, 40,  60 cc ( 1  amp 20 cc ).
-         Neonatus /  bayi 1 cc / kgBB, minimal 8 cc
 
Indikasi :
-         kelainan congenital
-         infeksi menahun ginjal
-         tumor ginjal
-         urolith
-         trauma abdomen
-         low back pain yg lama
 
Kontra indikasi :
-         alergi kontras
-         f/ ginjal yg buruk ,ureum > 60 % , cratinin > 2 mg %
-         decomp cordis
-         peny. Hepar yg berat
-         MM
-         Infeksi akut tr. Urinarius
-         Rx. Cairan yg berlebihan.
 
 
Prosedur/teknik :
-         kontras disuntikan IV perlahan
-         koreksi dgn bola tennis, sedikit dibawah crista illiaca
-         foto dibuat pd menit ke 10,, 20, 40, …. 24 jam.
 
Efek samping :
-         plgn ringan : nausea, vomit
-         nyeri setempat
-         sesak krn laryng edema
-         vertigo shock
th/ : antihistamin, epinefrin , oxygen , perbaiki KU.
☺Prinsip Ct-Scan (Hounsfield) :
-         computer u/ menggantikan peranan film kaset, kamar gelap
-         tabung bisi sinar x bhadapan dgn detector
-         bergerak 360º , tabung menyinari ps , detector menangkap sisa2 sinar x yg menembus pasien
-         data dikirim ke comp dan di olah
-         hasil berupa scan.
 
Prosedure:
Mula2 dibuat topogram /scanogram u/ memprogram potonganmana yg akan dibuat.
 
Keuntungan :
-         bisa melihat lesi otak kecil yg ≠ terdeteksi oleh plain fot
-         lokasi lesi otak bisa ditentukan dgn pasti
-         daya radiasi tidak terlalu ≠ disbanding plan fot
 
Kerugian :
-         mahal
-         ≠ dpt di pakai pd pasien yg non –kooperatif
-         perlu waktu lebih lama.
☺HSG
 
dilakukan pd hari ke 9 –10 sesudah haid dimulai,  krm saat itu haid biasanya sdh terhenti dan selaput lender uterus sifatnya tenang, jika masih ada perdarahan HSG ≠ boleh dilakukan krn takut kontras masuk ke pembuluh dara balik.
 
Kontras :
-         lipiodol ultrafluid
-         urografin 60 %
-         endografin
-         solpix ( sodium acetrizoat + polyvinylpirolidone)
 
Indikasi :
-         Melihat potensi tuba & dpt menilai cervix
-         Jg dpt menilai : peradangan, anomaly , infertilitas, tumor, translokasi IUD.
 
Kontra indikasi :
-         inflamasi akut pd abdomen
-         perdarahan pervaginam yg berat
-         infeksi vagina
-         hamil muda
 
Komplikasi :
-         nyeri
-         preshock à hypersensitive
-         intravasasi ke vena
-         eksasertasi infeksi fundus ?
Abdomen 3  posisi :
Anak2:
1.      AP supine à sinar horizontal
2.      PA supine à-------------------
3.      Supine       à sinar vertical ; proyeksi AP.
Dewasa :
1.      AP supine                         à sinar vertical
2.      Duduk/ ½ duduk / berdiri à AP horizontal
3.      LLD                                  à PA horizontal
Ukuran Normal Organ:
Usus halus : P= 6,5 cm L=8,5 cm
Sigmoid : l = 2,5 cm
Colon : p 91 – 125 cm
Appendix : p 2.5 –22.5 cm
Rektum dimulai setinggi S3
 
Fraktur
Macam :
-         krn trauma berat
-         spontan / patologik
-         stress /fatique
 
Type fraktur :
-         transverses
-         dolik
-         ovulsi
-         kompresi
-         komunitif
-         greenstick
-         epifisis dgn separasi
-         impresi
www.geocities.com/koskap3sakti/pretestradiof.html
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.


Penemuan Sinar-X

Di akhir tahun 1895, Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen, Jerman, 1845-1923), seorang profesor fisika dan rektor Universitas Wuerzburg di Jerman dengan sungguh-sungguh melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus tabung dengan suatu kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar.
Lalu ia membuat ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang di luar dugaan. Pelat fotoluminesensi yang ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung, pelat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar. Roentgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam tabung sinar katoda dan membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang maksudnya adalah radiasi yang belum diketahui.

Selanjutnya... | 18329 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : JENIS RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/22 2:31:28 (4250 reads)

Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion.

Radiasi Pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus.

Selanjutnya... | 4451 bytes lagi | 2 komentar



Radiasi : SIFAT RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/22 1:17:38 (3484 reads)

Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :

Selanjutnya... | 964 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : SUMBER RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/21 23:25:12 (4191 reads)

Radiasi berada di mana-mana, karena sumber radiasi tersebar di mana saja di alam semesta, baik yang terjadi secara alami (sumber radiasi alam) maupun yang terjadi karena aktivitas manusia (sumber radiasi buatan). Sumber radiasi alam sudah ada sejak alam semesta terbentuk, dan radiasi yang dipancarkan oleh sumber alam ini disebut radiasi latar belakang. Sedangkan sumber radiasi buatan baru diproduksi di abad 20, tetapi telah memberikan paparan secara signifikan kepada manusia.

Selanjutnya... | 7751 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : INTERAKSI RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/21 19:47:07 (6222 reads)

Apa yang akan terjadi apabila radiasi berinteraksi dengan suatu materi ?

Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi yang akan menimbulkan berbagai efek. Efek-efek radiasi ini bergantung pada jenis radiasi, energi dan juga bergantung pada jenis materi yang ditumbuk. Pada umumnya radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi dan atau proses eksitasi ketika melewati materi yang ditumbuknya.

Selanjutnya... | 13724 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : SATUAN RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/17 21:05:52 (3708 reads)

Apakah radiasi mempunyai besaran satuan?

Sama halnya dengan besaran fisis lainnya, seperti panjang yang mempunyai satuan (ukuran) meter, inchi, feet; satuan berat (kilogram, ton, pound); satuan volume (liter, meter kubik); maka radiasi pun mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi maupun banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi.
Mengapa radiasi nuklir mempunyai satuan tidak lain karena radiasi nuklir, seperti halnya panas dan cahaya yang dipancarkan dari matahari, membawa (mentransfer) energi yang diteruskan ke bumi dan atmosfir. Jadi radiasi nuklir juga membawa atau mentransfer energi dari sumber radiasi yang diteruskan ke medium yang menerima radiasi. Sumber radiasi dapat berasal dari zat radioaktif, pesawat sinar-X, dan lainnya.

Selanjutnya... | 8264 bytes lagi | 1 komentar



Radiasi : EFEK BIOLOGI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/17 20:32:04 (5779 reads)

INTERAKSI DENGAN MATERI BIOLOGIK

Bagaimana terjadinya interaksi radiasi dengan materi biologik?

Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.

Selanjutnya... | 12393 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : PROTEKSI RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/17 19:45:14 (4128 reads)


Apakah ada prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan?

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :




Apakah ada prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan?

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :

Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.

Limitasi
Dosisi ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

Optimasi
Semua penyinaran ahrus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. Dengan demikian, sistem pembatasan dosis ini dapat digambarkan sebagai berikut :


Pada suatu kasus tertentu, ada kalanya ketiga prinsip di atas tidak dapat dipenuhi seluruhnya. Misalnya dalam penggunaan radiasi untuk kesehatan, tidak mungkin menerapkan batas dosis radiasi terhadap pasien. Pada pemeriksaan sinar-X, seseorang menerima dosis beberapa kali melebihi batas yang ditentukan bagi masyarakat, dan dalam radioterapi (penyembuhan penyakit dengan radiasi) batas dosisnya seratus kali melebihi batas yang ditentukan untuk para pekerja radiasi. Pemikirannya adalah bahwa manfaat yang diperoleh dari pengobatan ini lebih besar daripada bahaya yang diakibatkan oleh dosis yang diberikan, walaupun dosis yang diberikan tinggi. Tanpa radioterapi dan tanpa menerima dosis radiasi, pengaruh penyakitnya (misalnya kanker) akan tetap fatal bagi penderitanya. Untuk mengurangi dampak dari penggunaan radiasi dosis tinggi maka faktor keselamatan dan keamanan harus tetap diperhatikan, antara lain: peralatan yang digunakan harus beroperasi dengan baik memenuhi standarisasi dan kalibarasi, operator yang terlatih, mematuhi prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Batas Dosis

Bagaimana pembatasan dosis radiasi pada manusia baik untuk pekerja radiasi maupun masyarakat umum ?

Pembatasan dosis radiasi terhadap manusia tujuannya adalah untuk melindungi manusia dan lingkungan dari resiko radiasi yang dapt mengganggu kesehatan. Pembatasan dosis radiasi baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya organisasi internasional untuk proteksi radiasi (International Commission on Radiological Protection/ICRP). Pelopor proteksi radiasi yang terkenal adalah seorang ilmuwan dari Swedia bernama Rolf Sievert. Ia lahir pada tahun 1896 ketika Henri Becquerel menemukan zat radioaktif alam. Sievert kemudian diabadikan sebagai satuan dosis paparan radiasi dalam sistem Satuan Internasional (SI). 1 Sievert (Sv) menunjukkan berapa besar dosis paparan radiasi dari sumber radioaktif yang diserap oleh tubuh per satuan massa (berat), yang mengakibatkan kerusakan secara biologis pada sel/jaringan.
Menurut rekomendasi ICRP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv per tahun dan rata-rata pertahun selama 5 tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis (NBD). Jika wanita hamil yang di tempat kerjanya terkena radiasi, diterapkan batas radiasi yang lebih ketat. Dosis radiasi paling tinggi yang diizinkan selama kehamilan adalah 2 mSv.

Masyarakat umum dilindungi terhadap radiasi dengan menetapkan tidak ada satu kegiatanpun yang boleh mengenai masyarakat dengan dosis melebihi rata-rata 1 mSv per tahun dan tidak boleh ada satupun kejadian yang boleh mengakibatkan masyarakat menerima lebih dari 5 mSv.

Khusus untuk daerah di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), ditetapkan batas-batas yang bahkan lebih ketat. Dosis tertinggi yang diizinkan diterima oleh masyarakat yang tinggal di sekitar PLTN adalah 0,1 mSv pertahun. Pada kenyataannya kebanyakan PLTN hanya melepaskan sangat sedikit zat radioaktif ke lingkungan, yaitu antara 0,001 sampai 0,01 pertahun.

Prinsip Dasar

Bagaimana caranya melakukan pencegahan terhadap paparan radiasi dari suatu sumber radiasi?

Pengamanan tehadap pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan sekitar terhadap radiasi harus diupayakan seceermat mungkin untuk mencegah terjadinya paparan yang berlebihan. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

Menggunakan pelindung
Laju dosis dapat dikurangi dengan memasang penahan radiasi diantara sumber radiasi dan orang yang bekerja. Dengan teknik ini maka seseorang dimungkinkan bekerja pada jarak yang tidak terlalu jauh dari sumber radiasi, sehingga pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik dan pekerja tidak menerima paparand osis yang berlebihan. Jenis penahan radiasi yang digunakan bergantung pada jenis dan energi radiasi.


Radiasi Alfa
Partikel alfa memiliki jangkauan yang pendek di udara dan dapat dihentikan dengan selembar kertas.
Radiasi Beta.
Dalam interaksi partikel beta berenergi tinggi dengan bahan dapat menimbulkan pancaran sinar-x yang dikenal sebagai radiasi brehmstrahlung. Oleh karena itu, untuk partikel beta dibutuhkan penahan radiasi bernomor atom rendah (untuk memindahkan produksi bremstrahlung) dan dilapisi bahan bernomor atom tinggi (untuk mengatenuasi intensitas bremstrahlunbg yang terjadi). Bahan yang direkomendasikan untuk menahan radiasi beta energi tinggi adalah perspeks yang dikelilingi timbal.
Radiasi Gamma.
Apabila sinar gamma berinteraksi dengan bahan, radiasi tersebut tidak diserap seluruhnya oleh bahan. Sebaliknya radiasi tersebut akan mengalami atenuasi atau pengurangan intensitas. Bahan yang paling baik untuk digunakan sebagai penahan radiasi gamma adalah bahan yang bernomor atom tinggi, seperti timbal, beton dan uranium susut kadar.
Neutron.
Terserapnya neutron oleh penahan adalah karena perlambatan energi neutron melalui tumbukan dan kemudian terjadi tangkapan neutron. Untuk dua kejadian ini, bahan penahan yang sesuai adalah kombinasi bahan yang kandungan hidrogennya tinggi (air, lilin paraffin, polietilen dan beton) untuk memperlambat neutron. Boron digunakan untuk menangkap neutron lambat. Lilin paraffin yang mengandung boron digunakan sebagai penahan ukuran kecil. Reaksi tangkapan dengan boron-10 : 10B (n, ?)7Li menyatakan bahwa inti ataom boron-10 menyerap neutron, mengemisikan partikel alfa dan terbentuk inti lithium-7. Partikel alfa mudah diserap oleh bahan sekelilingnya.

Menjaga jarak.

Radiasi dipancarkan dari sumber radiasi ke segala arah. Semakin dekat tubuh kita dengan sumer radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan semakin besar. Untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber radiasi.




Membatasi waktu.

Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar. Untuk itu kepada pekerja radiasi diberlakukan pengaturan waktu bekerja di daerah radiasi.


Untuk masyarakat umum pencegahan terhadap paparan radiasi yang berasal dari instalasi nuklir dilakukan dengan mengatur jarak antara instalasi nuklir dengan lokasi tempat tinggal masyarakat di sekitarnya pada jarak tertentu. Selain itu juga dibuat pagar pembatas area untuk mencegah masyarakat tidak melakukan aktivitas di dekat instalasi tersebut, kecuali dengan izin khusus dari penguasa instalasi. Untuk penanganan terhadap jenis-jenis radiasi yang berasal dari sumber alam tidak diatur secara khusus karena paparan radiasinya sangat rendah dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan.

2. http://www.infonuklir.com/modules/news/article.php?storyid=21

SIFAT-SIFAT SINAR-X
·  Sinar-X ialah satu jenis gelombang elektromagnet yang mempunyai panjang gelombang yang pendek (dalam tertib 10-9 -10-11 m).

·  Sinar-X mempunyai kuasa pengionan yang rendah, ia boleh mengionkan molekul-molekul udara.
· Sinar-X mempunyai kuasa penembusan yang tinggi.  
Sinar-X yang mempunyai kuasa penembusan yang sangat tinggi dipanggil sinar-X keras. Ia mempunyai panjang gelombang yang pendek. Ia biasanya digunakan dalam perindustrian.
Sinar-X yang mempunyai kuasa penembusan yang kurang tinggi dipanggil sinar-X lembut. Ia mempunyai panjang gelombang yang lebih panjang. Ia biasanya digunakan dalam bidang perubatan. 
· Sinar-X boleh dibelaukan oleh satu hablur. Oleh kerana pemisahan atom dalam hablur adalah dalam tertib pajang gelombang sinar-X (10-10m), maka hablur boleh digunakan sebagai satu parutan belauan untuk sinar-X.
http://www.fortunecity.com/tattooine/swampthing/221/sinar_x_sifat2.html

Terjadinya sinar-X
Sinar-X dapat terbentuk apabila partikel bermuatan misalnya electron oleh pengaruh gaya inti atom bahan mengalami perlambatan. Sinar-X yang tidak lain adalah gelombang elektromagnetik yang terbentuk melalui proses ini disebut sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi kinetic partikel bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan. Andaikata mula-mula ada seberkas electron bergerak masuk kedalam bahan dengan energi kinetic sama, electron mungkin saja berinteraksi dengan atom bahan itu pada saat dean tempat yang berbeda-beda. Karena itu berkas electron selanjutnya biasanya terdiri dari electron yang memiliki energi kinetic berbeda-beda. Ketika pada suatu saat terjadi perlambatan dan menimbulkan sinar-X, sinar-X yang terjadi umumnya memiliki energi yang berbeda-beda sesuai dengan energi kinetik elektron pada saat terbentuknya sinar-X dan juga bergantung pada arah pancarannya. Berkas sinar-X yang terbentuk ada yang berenergi rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat menimbulkan sinar-X itu, tetapi ada yang berenergi hampir sama dengan energi kinetik elektron pada saat elektron masuk kedalam bahan. Dikatakan berkas sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai spektrum energi nirfarik. Sinar-X dapat juga terbentuk dalam proses perpindahan elektron elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah, misalnya dalam proses lanjutan efek fotolistrik. Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti ini mempunyai energi yang sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi yang berkaitan. Karena energi ini khas untuk setiap jenis atom, sinar yang terbentuk dalam proses ini disebut sinar-X karakteristik, kelompok sinar-X demikian mempunyai energi farik. sinar-X karakteristik yang timbul oleh berpindahnyaelektron dari suatu tingkat energi menuju ke lintasan k, disebut sinar-X garis K, sedangkan yang menuju ke lintasan l, dan seterusnya. Sinar-X bremsstrahlung dapat dihasilkan melalui pesawat sinar-X atau pemercepat partikel. Rangkaian dasar pesawat sinar-X terlihat pada gambar di atas.pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur.bagian pesawat sinar-X yang menjadi sumber radiasi adalah tabung sinar-X. Didalam tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas terdapat filamen yang bertindak sebagai katode dan target yang bertindak sebagai anode. Tabung pesawat sinar-X dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh molekul udara dalam perjalanannya menuju ke anode. Filamen yang di panasi oleh arus listrik bertegangan rendah (If) menjadi sumber elektron. Makin besar arus filamen If, akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan persatuan waktu. Elekitron yang dibebaskan oleh filamen tertarik ke anode oleh adanya beda potensial yang besar atau tegangan tinggi antara katode dan anode yang dicatu oleh unit sumber tegangan tinggi (potensial katode beberapa puluh hingga beberapa ratus kV atau MV lebih rendah dibandingkan potensial anode), elektron ini menabrak bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi (misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung. Khusus pada pemercepat partikel energi tinggi beberapa elektron atau partikel yang dipercepat dapat agak menyimpang dan menabrak dinding sehingga menimbulkan bremsstrahlung pada dinding. Beda potensial atau tegangan antara kedua elektrode menentukan energi maksimum sinar-X yang terbentuk, sedangkan fluks sinar-X bergantung pada jumlah elektron persatuan waktu yang sampai ke bidang anode yang terakhir ini disebut arus tabung It yang sudah barang tentu bergantung pada arus filamen It. Namun demikian dalam batas tertentu, tegangan tabung juga dapat mempengaruhi arus tabung. Arus tabung dalam sistem pesawat sinar-X biasanya hanya mempunyai tingkat besaran dalam milliampere (mA), berbeda dengan arus filamen yang besarnya dalam tingkat ampere. Spektrum energi sinar-X pada pesawat sinar-X jenis ortho terlihat pada gambar dibawah. Spektrum garis yang biasanya muncul menunjukkan adanya sinar-X karakteristik. Pesawat sinar-X yang tidak dinyalakan atau tidak diberikan tegangan tinggi tidak memancarkan sinar-X. Dari uraian diatas kita ketahui bahwa bidang target dalam tabung sinar-X itulah sumber radiasi yang sebenarnya. Bidang ini disebut bidang fokus. Pada proses bremsstrahlung sinar-X mempunyai kemungkinan dipancarkan kesegala arah. Namun demikian bagian dalam tabung atau di sekitar tabung, misalnya logam penghantar anode gelas tabung dan juga rumah tabung yang biasanya terbuat dari logam berat menyerap sebagian besar sinar-X yang dipancarkan sehingga sinar-X yang keluar dari rumah tabung, kecuali yang mengarah ke jendela tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X yang dimanfaatkan adalah berkas yang mengarah ke jendela bagian yang tipis dari tabung. Pesawat sinar-X energi tinggi (s/d tingkat MV) biasanya lebih dikenal dengan nama pemercepat partikel. Dalam pesawat ini percepatan elektron dilaksanakan bertingkat-tingkat sehingga pada waktu mencapai target mempunyai energi sangat tinggi, misalnya ada yang sampai setinggi 20 MV atau lebih. Energi sinar-X yang dipancarkan sudah tentu juga sangat tinggi. Sinar-X yang dipancarkan dari pesawat pemercepat partikel memiliki energi yang lebih seragam dibandingkan dengan yang dipancarkan melalui pesawat sinar-X energi rendah. Sasaran pada pesawat pemercepat partikel biasanya sangat tipis, karena ketika mencapai target elektron mempunyai energi yang sama, energi sinar-X yang dipancarkan juga hampir sama. Selain itu arah berkas sinar-X hampir seluruhnya kedepan.
http://radiografer.wordpress.com/2008/06/30/terjadinya-sinar-x/

MENGUKUR KUALITAS RADIASI KELUARAN
PESAWAT SINAR-X
Suyati dan Mukhlis Akhadi
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN

Jl. Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440

PO Box 7043 JKSKL Jakarta 12070
PENDAHULUAN
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh
fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C.
Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Saat itu
Roentgen bekerja menggunakan tabung Crookes di
laboratoriumnya di Universitas Wurzburg. Dia
mengamati nyala hijau pada tabung yang
sebelumnya menarik perhatian Crookes. Roentgen
selanjutnya mencoba menutup tabung itu dengan
kertas hitam dengan harapan agar tidak ada cahaya
tampak yang dapat lewat. Namun setelah ditutup
ternyata masih ada sesuatu yang dapat lewat.
Roentgen menyimpulkan bahwa ada sinar-sinar
tidak tampak yang mampu menerobos kertas hitam
tersebut [1].
Pada saat Roentgen menyalakan sumber
listrik tabung untuk penelitian sinar katoda, beliau
mendapatkan bahwa ada sejenis cahaya berpendar
pada layar yang terbuat dari barium platino cyanida
yang kebetulan berada di dekatnya. Jika sumber
listrik dipadamkan, maka cahaya pendar pun hilang.
Roentgen segera menyadari bahwa sejenis sinar
yang tidak kelihatan telah muncul dari dalam
tabung sinar katoda. Karena sebelumnya tidak
pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-X
[2]. Namun untuk menghargai jasa beliau dalam
penemuan ini maka seringkali sinar-X itu dinamai
juga sinar Roentgen.
Nyala hijau yang terlihat oleh Crookes dan
Roentgen akhirnya diketahui bahwa sinar tersebut
tak lain adalah gelombang cahaya yang dipancarkan
oleh dinding kaca pada tabung sewaktu elektron
menabrak dinding itu, sebagai akibat terjadinya
pelucutan listrik melalui gas yang masih tersisa di
dalam tabung. Pada saat yang bersamaan elektron
itu merangsang atom
pada kaca untuk
mengeluarkan gelombang elektromagnetik yang
panjang gelombangnya sangat pendek dalam bentuk
sinar-X. Sejak saat itu para ahli fisika telah
mengetahui bahwa sinar-X dapat dihasilkan bila
elektron dengan kecepatan yang sangat tinggi
menabrak atom [3].
Tergiur oleh penemuannya yang tidak
sengaja itu, Roentgen memusatkan perhatiannya
pada penyelidikan sinar-X. Dari penyelidikan itu
beliau mendapatkan bahwa sinar-X dapat
memendarkan berbagai jenis bahan kimia [1]. Sinar-
X juga dapat menembus berbagai materi yang tidak
dapat ditembus oleh sinar tampak biasa yang sudah
dikenal pada saat itu. Di samping itu, Roentgen juga
bisa melihat bayangan tulang tangannya pada layar
yang berpendar dengan cara menempatkan
tangannya di antara tabung sinar katoda dan layar
[4]. Dari hasil penyelidikan berikutnya diketahui
bahwa sinar-X ini merambat menempuh perjalanan
lurus dan tidak dibelokkan baik oleh medan listrik
maupun medan magnet. Atas jasa-jasa Roentgen
dalam menemukan dan mempelajari sinar-X ini,
maka pada tahun 1901 beliau dianugerahi Hadiah
Nobel Bidang Fisika yang untuk pertama kalinya
diberikan dalam bidang ini.
Penemuan Sinar-X ternyata mampu
mengantarkan ke arah terjadinya perubahan
mendasar dalam bidang kedokteran. Dalam kegiatan
medik, Sinar-X dapat dimanfaatkan untuk diagnosa
maupun terapi. Untuk tujuan medik, tubuh manusia
yang pada prinsipnya dapat dibedakan baik secara


Page 2
8 –
Suyati dan Mukhlis Akhadi
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
anatomi maupun fisiologi, pada
mulanya
merupakan obyek yang tidak dapat dilihat secara
langsung oleh mata. Namun dengan ditemukannya
sinar-X, tubuh manusia ternyata dapat diubah
menjadi obyek yang transparan. Sinar-X mampu
membedakan kerapatan dari berbagai jaringan
dalam tubuh manusia yang dilewatinya. Dengan
penemuan sinar-X ini, informasi mengenai tubuh
manusia menjadi mudah diperoleh tanpa perlu
melakukan operasi bedah. Masyarakat mulai
percaya pada kemampuan sinar-X ketika Roentgen
mempertontonkan gambar foto telapak tangan dan
jari-jari istrinya yang memakai cincin yang dibuat
menggunakan sinar-X [5].
Proses pembuatan gambar anatomi tubuh
manusia dengan sinar-X dapat dilakukan pada
permukaan film fotografi. Gambar terbentuk karena
adanya perbedaan intensitas sinar-X yang mengenai
permukaan film setelah terjadinya penyerapan
sebagian sinar-X oleh bagain tubuh manusia. Daya
serap tubuh terhadap sinar-X sangat bergantung
pada kandungan unsur-unsur yang ada di dalam
organ. Tulang manusia yang didominasi oleh unsur
Ca mempunyai kemampuan menyerap yang tinggi
terhadap sinar-X. Karena penyerapan itu maka
sinar-X yang melewati tulang akan memberikan
bayangan gambar pada film yang berbeda
dibandingkan bayangan gambar dari organ tubuh
yang hanya berisi udara seperti paru-paru, atau air
seperti jaringan lunak pada umumnya.
PROSES TERBENTUKNYA SINAR-X
Dalam perkembangan berikutnya, sinar-X dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung vakum sinar katoda [6]. Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari pemanasan filamen yang juga berfungsi sebagai katoda. Elektron dari filamen dipercepat gerakannya menggunakan tegangan
listrik berorde 10
- 10
6Volt. Elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke target logam bernomor atom tinggi dan suhu lelehnya juga tinggi. Target logam ini sekaligus juga berfungsi sebagai anoda. Ketika elektron
berenergi tinggi itu menabrak target logam, maka sinar-X akan terpancar dari permukaan logam
tersebut, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1: Proses terbentuknya sinar-X
Elektron sebagai partikel bermuatan listrik
yang bergerak dengan kecepatan tinggi, apabila
melintas dekat ke inti suatu atom, maka gaya tarik
elektrostatik inti atom yang kuat akan menyebabkan
elektron membelok dengan tajam. Peristiwa itu
menyebabkan
elektron kehilangan energinya
dengan memancarkan radiasi elektromagnetik yang
dikenal sebagai sinar-X bremsstrahlung [7]. Total
bremsstrahlung per atom kira-kira berbanding lurus
dengan (Z/m)
2
, dengan Z adalah nomor atom bahan
penyerap dan m adalah massa partikel bermuatan.
Karena bergantung dengan faktor (1/m)
2
, maka jumlah bremsstrahlung dapat diabaikan
keberadaannya untuk semua partikel kecuali
elektron, karena harga m untuk elektron yang sangat
rendah sehingga nilai (1/m)
2
sangat tinggi.
Untuk berkas elektron yang datang menuju
target tipis, fraksi dari energi elektron yang diubah
menjadi sinar-X bremsstrahlung (f) adalah [7] :
f ≈ 7 x 10
-4
Z E
k
(1)
dengan : Z adalah nomor atom bahan penyerap
dan E
k
adalah energi berkas dalam MeV.
Berdasarkan persamaan (1), 1 MeV berkas elektron
akan kehilangan sekitar 6 % energinya menjadi


Page 3
Mengukur kualitas radiasi keluaran pesawat sinar-X
– 9
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
sinar-X jika berkas tersebut diserap oleh timbal (Z =
82). Fraksi bremsstrahlung yang terbentuk menjadi
kecil apabila berkas elektron diserap oleh bahan
bernomor atom rendah. Fraksi energi elektron yang
berubah menjadi bremsstrahlung hanya 0,4 % jika
diserap oleh aluminium (Z = 13).
Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses
perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang
lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih
rendah [1,2,6]. Adanya tingkat-tingkat energi dalam
atom dapat digunakan untuk menerangkan terjadi-
nya spektrum sinar-X dari suatu atom. Sinar-X yang
terbentuk melalui proses ini mempunyai energi
sama dengan selisih energi antara kedua tingkat
energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom
memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang
berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari
proses ini disebut sinar-X karakteristik.
Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron
atom yang berada pada kulit K terionisasi.
Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron
dari kulit di atasnya. Jika kekosongan pada kulit K
diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan dipancar-
kan sinar-X karakteristik K
α
. Jika kekosongan itu
diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan
dipancarkan sinar-X karakteristik K
β
. Jadi sinar-X
karakteristik timbul karena adanya transisi elektron
dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi
yang lebih rendah seperti ditunjukkan pada Gambar
2. Sinar-X bremsstrahlung mempunyai spektrum
energi kontinyu yang lebar, sementara spektrum
energi dari sinar-X karakteristik adalah diskrit
berupa dua buah garis tajam seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.
ENERGI SINAR-X
Kualitas ataupun energi sinar-X umumnya
dinyatakan dalam bentuk nilai tegangan yang
digunakan dalam tabung pesawat. Semakin besar
tegangan tabung akan semakin tinggi energi sinar-X
yang dipancarkannya. Misalnya tabung yang
dioperasikan pada tegangan puncak 100.000 Volt,
biasanya dinyatakan dengan kVp = 100 kV. Energi
maksimum sinar-X yang dihasilkan oleh pesawat
tersebut adalah 100 keV. Namun hanya sebagian
kecil keluaran sinar-X yang mencapai energi
tersebut, sedang sebagian besarnya memiliki energi
yang lebih rendah [6,7]. Tabung sinar-X merupakan
contoh paling sederhana tentang jenis pemercepat
partikel tunggal. Dalam tabung ini elektron yang
dipancarkan oleh filamen panas dipercepat melalui
tabung hampa menuju target tungsten atau wolfram
(W) yang diberi beda potensial positif tinggi
terhadap sumber elektron.
Gambar 2 : Proses terbentuknya sinar-X
karakteristik
Gambar 3 : Spektrum energi Sinar-X
Pada saat berkas elektron menabrak target,
sebagian besar energi elektron hilang dalam bentuk
panas, sebagian energi lainnya hilang untuk


Page 4
10 –
Suyati dan Mukhlis Akhadi
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
memproduksi
sinar-X,
namun
ada
pula
kemungkinannya semua energi kinetik elektron
tersebut diubah menjadi foton sinar-X [1,2]. Besar
energi elektron (E) yang dipercepat dengan beda
potensial V dirumuskan dengan :
E = V e
(2)
dengan e adalah muatan elementer elektron (1,6 x
10
-19
C).
Untuk keperluan medis, energi efektif sinar-
X sering kali cukup disetarakan dengan nilai tebal
paro atau half value layers (HVL) [8], yaitu tebal
filter untuk mengurangi intensitas sinar-X menjadi
setengah dari intensitas mula-mula. Nilai HVL
ditentukan oleh koefisien pelemahan linier (µ) yang
nilainya berbeda untuk energi yang berbeda [9].
Oleh sebab itu, nilai µ tersebut dapat dipakai untuk
mengidentifikasi energi atau paling tidak
memperkirakan kualitas radiasi jenis foton. Nilai µ
dapat dihitung melalui penurunan persamaan dasar
pengurangan intensitas radiasi sebagai berikut [10] :
I
t
= I
0
exp (-µ t) atau µ = (1/t) ln (I
0
/I
t
) (3)
Dengan I
t
adalah intensitas radiasi setelah melalui
bahan penyerap dengan ketebalan t, dan I
0
adalah
intensitas radiasi mula-mula. Untuk t = 1 HVL,
maka I
t
= ½ I
0
, sehingga diperoleh persamaan baru :
HVL = 0,693 / µ
(4)
PENGUKURAN KUALITAS SINAR-X
Kebergantungan kualitas radiasi terhadap
kVp biasanya dinyatakan dengan kebergantungan-
nya terhadap nilai HVL aluminium (Al) atau
tembaga (Cu) [11]. Oleh sebab itu, untuk mengukur
kualitas radiasi keluaran pesawat sinar-X dapat
dilakukan melalui pengukuran HVL dari bahan
filter. Aluminium digunakan untuk sinar-X dengan
kVp hingga 100 kV, sedang tembaga digunakan
untuk kVp di atas 100 kV. Kemurnian filter Al tidak
boleh kurang dari 99,99 % untuk HVL < 0,2 mmAl
dan 99,8 % jika HVLnya ≥ 0,2 mm. Ketebalan filter
tidak boleh lebih dari ± 5 µm atau ± 1 %.
Metode paling sederhana untuk pengukuran
HVL adalah melalui pengukuran nilai paparan
sinar-X pada posisi tertentu menggunakan
dosimeter saku (pocket dosimeter). Dosimeter
pengionan gas dalam bentuk dosimeter saku
umumnya tersedia pada setiap instalasi yang
mengoperasikan sumber radiasi. Dosimeter saku
biasanya dipakai secara rutin sebagai pelengkap
terhadap dosimeter perorangan untuk pemantauan
dosis pekerja radiasi/operator pesawat sinar-X
[12,13]. Oleh sebab itu, dosimeter ini diharapkan
ada pada setiap rumah sakit yang memiliki pesawat
sinar-X. Dengan tambahan filter aluminium yang
cukup mudah didapatkan dan dapat dipakai untuk
selama-lamanya tanpa memerlukan perawatan
khusus, dosimeter saku dapat dimanfaatkan untuk
memperkirakan energi efektif keluaran pesawat
sinar-X dengan metode yang cukup sederhana.
Pengukuran nilai paparan dilakukan melalui
penyinaran langsung dosimeter saku yang dipasang
pada jarak tertentu dari focal spot pesawat sinar-X.
Data hasil pengukuran ini setara dengan intensitas
mula-mula (I
0
) keluaran pesawat, nilainya dapat
dibaca langsung pada dosimeter. Pengukuran
paparan sinar-X yang sama dilakukan di belakang
filter yang ketebalannya diketahui. Pengukuran
dilakukan pada posisi yang sama dengan
pengukuran pertama begitu juga dengan lama
penyinaran dan kVp. Data nilai paparan yang
diperoleh dari pengukuran ini setara dengan
intensitas keluaran pesawat setelah melalui filter
(I
t
). Kombinasi data I
0
dan I
t
dapat dipakai untuk
menghitung nilai µ filter untuk sinar-X dari pesawat
dengan kVp tertentu menggunakan persamaan (3).
Sedang nilai HVL-nya dihitung menggunakan
persamaan (4).
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan Persamaan (1) dan (2) untuk
menghitung nilai µ dan HVL, adalah Persamaan (1)
tidak menyertakan faktor koreksi pertumbuhan,
sehingga hasil perhitungan µ semakin kecil dengan
bertambah tebalnya filter [7]. Perubahan dalam
bentuk penurunan harga µ ini akan mengakibatkan
pula perubahan dalam bentuk peningkatan harga
HVL. Oleh sebab itu, dalam pengukuran kualitas


Page 5
Mengukur kualitas radiasi keluaran pesawat sinar-X
– 11
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
radiasi sebaiknya digunakan filter yang faktor
koreksi pertumbuhannya paling rendah. Jadi
pengukuran HVL akan lebih tepat jika digunakan
filter tipis yang faktor koreksi pertumbuhan
radiasinya dapat diabaikan.
Tidak semua energi elektron ditransfer
menjadi energi sinar-X, sehingga energi efektif
sinar-X selalu lebih kecil dari beda potensial yang
dikalikan dengan muatan elementer (Ve). Oleh
sebab itu, dalam kaitannya dengan penentuan energi
sinar-X, kita tidak bisa semata-mata hanya
mengandalkan pada penunjukan skala kVp tabung
sinar-X. Di samping itu, nilai kV yang ditunjukkan
oleh pesawat belum tentu sama dengan kV dalam
tabung sinar-X. Perbedaan itu dapat disebabkan
oleh usia komponen elektronik maupun cacat pada
target [13]. Karena itu diperlukan adanya
pengecekan rutin maupun penelitian khusus untuk
mengukur kualitas keluaran pesawat sinar-X.
Kelayakan kualitas radiasi keluaran suatu
pesawat sinar-X dapat dievaluasi dengan cara
membandingkan HVL bahan filter yang diperoleh
dari pengukuran dan HVL standar untuk jenis bahan
dan kVp yang sama. Beberapa Institusi
Internasional telah mengeluarkan publikasi tentang
HVL standar untuk berbagai nilai kVp. Sebagai
contoh, dalam International Standard ISO 4037
mencantumkan bahwa sinar-X dari tabung dengan
kVp : 80 kV, kualitas radiasinya setara dengan HVL
: 0,59 mmCu [14]. Dalam hal ditemukan perbedaan
jenis filter, maka suatu jenis bahan filter dapat
disetarakan dengan bahan filter lainnya melalui
perbandingan kerapatan (ρ). Misal bahan A dan
bahan B dengan kerapatan masing-masing ρ
A
dan
ρ
B
, maka HVL bahan A dapat disetarakan dengan
HVL bahan B menggunakan persamaan sebagai
berikut :
HVL
A
= (ρ
B

A
) HVL
B
(5)
Dengan menggunakan persamaan (5), nilai HVL
dalam mmCu dapat dikonversikan menjadi HVL
dalam mmAl. Karena ρ
Cu
dan ρ
Al
adalah 8,9 gr/cm
3
dan 2,7 gr/cm
3
, maka HVL 0,59 mmCu setara
dengan HVL : (8,9/2,7) x 0,59 mmAl atau 1,945
mmAl. Pada Tabel 1 disajikan nilai HVL dalam
mmCu untuk kualitas sinar-X pada berbagai nilai
kVp yang diambil dari International Standard ISO
4037 [14]. Disajikan pula HVL dalam mmAl yang
dihitung menggunakan persamaan (5).
Tabel 1 : Nilai HVL untuk berbagai kVp sinar-X

Sebagai acuan untuk
mengevaluasi
kelayakan kualitas radiasi keluaran pesawat sinar-
X, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)
membagi pesawat sinar-X untuk keperluan
diagnostik menjadi sinar-X berenergi rendah dan
menengah [11]. Tegangan puncak untuk sinar-X
berenergi rendah adalah antara 10 hingga 100 keV,
dengan kualitas radiasinya berkisar antara : 0,03
mmAl < HVL ≤ 2 mmAl. Sedang untuk sinar-X
berenergi menengah, kVp-nya berkisar antara 100
hingga 300 keV, dengan kualitas radiasinya berkisar
antara 2 mmAl < HVL ≤ 3 mmCu.
PENUTUP
Selama dioperasikan, tabung sinar-X akan
mengalami perubahan focal spot. Perubahan ini
dapat dipakai sebagai sumber informasi mengenai
kondisi filamen dan permukaan target [13]. Di
samping itu, keluaran pesawat sinar-X tidak pernah
stabil walaupun kondisi operasinya dipertahankan
stabil [11]. Meskipun hasil bacaan penunjukan kV
meter maupun stelan kV-nya tidak berubah, tidak
bisa diharapkan bahwa tegangan di dalam tabung
sinar-X tidak berfluktuasi. Oleh sebab itu, nilai
HVL pada tegangan terendah hingga tertinggi harus
selalu diperiksa pada interval tidak lebih dari 6
bulan, atau kapan saja jika tegangan pembangkit
sinar-X di rubah atau terjadi penggantian tabung
sinar-X [13].


Page 6
12 –
Suyati dan Mukhlis Akhadi
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
Metode pengukuran kualitas radiasi
keluaran pesawat sinar-X seperti diuraikan di atas
dapat dilakukan dengan peralatan dan metode yang
cukup sederhana. Namun untuk pengecekan kualitas
radiasi, metode tersebut dapat memberikan hasil
pengukuran yang cukup baik. Data HVL yang
diperoleh dapat dipakai untuk menguji kondisi
keluaran pesawat, sehingga dapat dipakai sebagai
parameter untuk menilai kelayakan operasi suatu
pesawat sinar-X. Untuk menghindari munculnya
faktor koreksi pertumbuhan radiasi, maka
pengukuran HVL/kualitas radiasi sebaiknya
dilakukan menggunakan filter dengan ketebalan
tidak lebih dari 1 mm
http://www.batan.go.id/ptkmr/Alara/Alara/01%20Buletin%20Alara%20P3KRBiN/BulAlara%20Vol%202_2%20Des%2098/BAlara1998_02212_007.pdf

INTERAKSI DENGAN MATERI BIOLOGIK

Bagaimana terjadinya interaksi radiasi dengan materi biologik?

Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.


Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.

A. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal bebas menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital. Radikal bebas yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang timbul akan mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu. Perubahan biokimia yang terjadi yang berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi penting tersebut selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian sel. Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologik dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis, jenis sel lainnya.

B. Radiasi dengan DNA..
Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semual dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna sehingga menghasilkan DNA yang berbeda, yang dikenal dengan mutasi.


C. Radiasi dengan Kromosom.
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi. Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah (1) fragmen asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak mengandung sentromer, (2) kromosom cincin, (3) kromosom disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua sentromer dan (4) translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi akibat paparan radiasi sehingga jenis aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter biologic yang dapat diamati pada sel darah limfosit, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis, dan lainnya.

D. Radiasi dengan Sel.
Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada proses perbaikan yang berlangsung. Bila proses perbaikan berlangsung dengan baik/sempurna, dan juga tingkat kerusakan sel tidak terlalu parah, maka sel bias kembali normal. Bila perbaikan sel tidak sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami perubahan. Bila tingkat kerusakan sel sangat parah atau perbaikan tidak berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang paling sensitive terhadap pengaruh radiasi adalah sel yang paling aktif melakukan pembelahan dan tingkat differensiasi (perkembangan/ kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang tinggi.

EFEK TERHADAP MANUSIA

Bagaimana pengaruh radiasi terhadap manusia?

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.

n Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.

n Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.


Apa yang dimaksud dengan radiasi interna dan eksterna?

Apabila kita terkena radiasi dari luar tubuh maka kita menyebutnya sebagai radiasi eksterna. Partikel a, b, sinar g, sinar-X dan neutron adalah jenis radiasi pengion, tetapi tidak semua memiliki potensi bahaya radiasi eksterna. Partikel a memiliki daya ionisasi yang besar, sehingga jangkauannya di udara sangat pendek (beberapa cm) dan dianggap tidak memiliki potensi bahaya eksterna karena tidak dapat menembus lapisan kulit luar manusia. Partikel b memiliki daya tembus yang jauh lebih tinggi dari partikel a. Daya tembus partikel b dipengaruhi besar energi. Partikel b berenergi tinggi mampu menjangkau beberapa meter di udara dan dapat menembus lapisan kulit luar beberapa mm. Oleh karena itu, partikel b memiliki potensi bahaya radiasi eksterna kecil, kecuali untuk mata. Sinar-X dan sinar g adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang pendek dan meiliki kemampuan menembus semua organ tubuh, sehingga mempunyai potensi bahaya radiasi eksterna yang signifikan. Neutron juga memiliki daya tembus yang sangat besar. Neutron melepaskan energi didalam tubuh karena neutron dihamburkan oleh jaringan tubuh, Neutron memiliki potensi bahaya radiasi eksterna yang tinggi sehingga memerlukan penanganan yang sangat hati-hati. Jika zat yang memancarkan radiasi berada di dalam tubuh, kita sebut dengan radiasi interna. Partikel a mempunyai potensi bahaya radiasi interna yang besar karena radiasi a mempunyai daya ionisasi yang besar sehingga dapat memindahkan sejumlah besar energi dalam volume yang sangat kecil dari jaringan tubuh dan mengakibatkan kerusakan jaringan disekitar sumber radioaktif. Partikel b mempunyai potensi bahaya radiasi interna yang tingkatannya lebih rendah dari a. Karena jangkauan partikel b didalam tubuh jauh lebih besar dari partikel a di dalam tubuh, maka energi b akan dipindahkan dalam volume jaringan yang lebih besar. Kondisi ini mengurangi keseluruhan efek radiasi pada organ dan jaringan sekitarnya. Sinar g memiliki daya ionisasi yang jauh lebih rendah dibandingkan a dan b, sehingga potensi radiasi internanya sangat rendah.

Menurut American Cancer Society, sekitar 35,310 kasus baru kanker di rongga mulut dan oropharyngeal (neck and throat) telah didiagnosa di USA pada tahun 2008. Dan sekitar 7,590 orang akan meninggal oleh karena kanker ini dipenghujung tahun ini.
Kanker di rongga mulut paling umum terjadi di lidah,dasar mulut, bibir dan kelenjar ludah minor. Terapi pilihan yang paling sering diberikan pada pasien dengan kanker ini adalah pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi.
Seseorang yang menerima terapi radiasi pada daerah kepala dan leher, kemungkinan juga akan mendapatkan komplikasi atau efek samping yang mengikuti terapi kanker ini. Gejala ikutan antara lain dry mouth, gigi sensitif, pola kerusakan gigi yang cepat, dan kesulitan untuk mengunyah. Pola terbesar efek samping ikutan ini terdapat pada kemoterapi.
untuk mencegah ini dan meminimalkan persoalan ini, hendaknya dokter gigi dan onkologist haruslah saling bekerja sama dengan baik, oleh karena penanganan kanker yang baik adalah bukanlah kehebatan seorang dokter tetapi kehebatan suatu team dokter .
Perawatan selama terapi kanker ini meliputi flossing dengan teratur dan pembersihan gigi haruslah lebih optimal dan juga disarankan untuk pemakaian obat kumur, dan bila penderita mengalami dry mouth haruslah diresepkan saliva buatan atau obat obatan yang merangsang pengeluaran saliva. Kemudian aplikasi topikal fluoride juga disarankan untuk keadaan khusus seperti ini.
http://drgdondy.blogspot.com/2008/12/efek-samping-terapi-radiasi-pada-pasien.html

TEKNIK RADIOGRAFI
Teknik radiografi merupakan salah satu
metode pengujian material tak-merusak yang selama
ini sering digunakan oleh industri baja untuk
menentukan jaminan kualitas dari produk yang
dihasilkan. Teknik ini adalah pemeriksaan dengan
menggunakan sumber radiasi (sinar-x atau sinar
gamma) sebagai media pemeriksa dan film sebagai
perekam gambar yang dihasilkan. Radiasi melewati
benda uji dan terjadi atenuasi dalam benda uji. Sinar
yang akan diatenuasi tersebut akan direkam oleh film
yang diletakkan pada bagian belakang dari benda uji.
Setelah film tersebut diproses dalam kamar gelap
maka film tersebut dapat dievaluasi. Bila terdapat
cacad pada benda uji maka akan diamati pada film
radiografi dengan melihat perbedaan kehitaman atau
densitas.
Pemilihan sumber radiasi berdasarkan pada
ketebalan benda yang diperlukan karena daya tembus
sinar gamma terhadap material berbeda. Pada sumber
pemancar sinar gamma tergantung besar aktivitas
sumber. Sedangkan pemilihan tipe film sangat
mempengaruhi pemeriksaan kualitas material. Film
digunakan untuk merekam gambar material yang
diperiksa. Pemilihan tipe film yang benar akan
menghasilkan kualitas hasil radiografi yang sangat
baik. Pada umumnya kita mengenal dua macam jenis
film, yaitu film cepat dan film lambat. Pada film cepat
butir-butirannya besar, kekontrasan dan definisinya
kurang baik. Sedangkan pada film lambat butir-
butirannya kecil, kekontrasan dan definisinya lebih
http://www.batan.go.id/ptkmr/Alara/Alara/01%20Buletin%20Alara%20P3KRBiN/BulAlara%20Vol%203_1%20Ags%2099/BAlara1999_03108_029.pdf.


Kesehatan gigi & mulut penting dalam radioterapi KNF
Health News Tue, 04 Jan 2005 10:20:00 WIB
Parahnya efek samping radioterapi yang dilakukan pada pasien kanker nasofaring (KNF) dalam kondisi gigi dan mulut (gilut) tidak higienis ternyata dapat memicu terjadinya osteoradionekrosis. Kanker nasofaring (KNF), jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan di belakang langit-langit rongga mulut, menduduki urutan keempat terbanyak di Indonesia sesudah kanker leher rahim, kanker payudara, dan kanker kulit.

Salah satu cara penanganan kanker adalah melalui radioterapi, namun meski cara ini ampuh membunuh sel-sel kanker, ternyata juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel normal lainnya.

Penyinaran yang dilakukan disekitar gilut menimbulkan efek samping kronis meliputi karies radiasi, gigi hipersensitif karena makanan dan minuman panas-dingin-asam-manis, serta trismus (keadaan sulit membuka mulut).

Efek samping ini, jika tidak dicegah dan diwaspadai oleh dokter gigi, dapat memicu terjadinya osteoradionekrosis yakni kondisi tulang rahang yang mengalami kematian, serta sulit disembuhkan karena sel-sel sarafnya tidak berfungsi lagi.

Fakta ini terungkap dalam kesimpulan disertasi Harum Sasanti, Sekretaris Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi UI, dengan judul Hubungan Higiene Mulut Dan Keparahan Efek Samping Kronis Akibat Radioterapi Kanker Nasofaring (Studi Pada Tiga Rumah Sakit di Jakarta), di FKGUI awal pekan lalu.

Menurut Harum, selama ini, untuk kasus pasien yang pernah menjalani radioterapi, hampir setiap dokter gigi tidak bersedia melakukan pencabutan gigi, atau melakukan kegiatan apa pun yang dapat menyebabkan terjadinya luka di sekitar gilut pasien, karena jika terjadi infeksi akan sulit untuk pulih.

Keengganan dokter gigi melakukan hal tersebut, meski pasien sangat membutuhkannya, karena terjadi kerusakan gigi pascaradioterapi mengingat gilut yang sel-selnya sudah rusak akan lamban dalam melakukan proses pemulihan.

Luka yang timbul pada daerah ini akan sulit sembuh. Bahkan bisa terjadi luka itu tidak pernah tertutup mengingat proses pemulihan tubuh pascasakit tergantung daya tahan tubuh dan usia dari pasien
Meski penelitian menunjukkan faktor utama penyebab keparahan efek samping kronik akibat radioterapi (eskart) adalah dosis total radioterapi yang diterima oleh pasien, dosis ini tidak bisa dihindari karena rata-rata pasien yang mengidap KNF sudah tahap stadium tinggi sehingga memang membutuhkan radioterapi dosis tinggi pula.

Seringnya pasien berobat ke dokter setelah dalam keadaan KNF stadium tinggi, antara lain karena sulitnya dilakukan deteksi dini akibat sulit terjangkaunya lokasi lokasi KNF, yang berada di rongga belakang hidung, di belakang langit-langit rongga mulut, dan mudah menyebar ke mata, telinga, kelenjar leher dan otak.

Kondisi KNF yang sudah stadium tinggi tersebut, memang membutuhkan dilakukan radiasi dengan segera.

Hal inilah yang menyebabkan dokter gigi sering tidak diberi kesempatan untuk melakukan persiapan terhadap pasien.
Radiotherapist cenderung akan mengabaikan kebutuhan akan kesehatan gigi, akibatnya pasien akan merasakan efek samping akut dan kronis setelah radiasi karena dari awal memang tidak dipersiapkan.
Dia juga menjelaskan memang ada literatur yang merekomendasikan menjalani metode Hiperbarik, yakni terapi yang dilakukan dengan cara masuk ke dalam ruangan khusus yang berisi oksigen murni selama beberapa jam, untuk mengembalikan kondisi rahang seperti sedia kala.
Namun upaya ini akan sangat memberatkan pasien karena selain harganya cukup mahal, rumah sakit yang memiliki fasilitas pelayanan kedokteran Hiperbarik masih terbatas. Saat ini pelayanan ini baru dijumpai pada RS TNI AL Dr. Mintohardjo, Jakarta.

Menurut dia, cara yang paling efektif untuk menghindari masalah tersebut adalah dengan melakukan tindakan preventif, di mana peran dari dokter gigi lebih dioptimalkan pada masa sebelum, selama, dan pascaradioterapi untuk memantau dan melakukan pencegahan dini.

Yang terbaik, sebelum pasien menjalani radioterapi, terlebih dulu diberikan penyuluhan dan konseling dari dokter gigi akan pen tingnya menjaga kualitas dan higienitas gilut, agar setelah radiasi dilakukan wilayah sekitar ini tetap prima dan tidak mudah rusak.

Keterlibatan dokter gigi selama ini pada tahap praradioterapi hanya lebih banyak bersifat eliminasi sumber infeksi di mulut. Peran dokter gigi pun masih sedikit dibandingkan kebutuhan pelayanan kesehatan gilut pasien kanker nasofaring, terutama pascaradioterapi. (m03)


Sumber: Majalah HealthToday
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Health+News&y=cybermed|0|0|5|2715

BERKAS SINAR-X DAN PARAMETER PEMBENTUKAN GAMBARAN
Arif Jauhari

Kebanyakan diagram tabung sinar-x memperlihatkan sinar-x sebagai bentukan pola segitiga yang teratur seperti yang dihasilkan pada tititk fokus. Hal ini memberikan tujuan yang baik dalam hal penekanan tentang kerja radiasi sinar-x diluar tabung. Tetapi radiasi sebenarnya tidak seperti itu. Sebenarnya, sinar-x itu seperti cahaya tampak yang dalam penyebarannya dari sumber melalui suatu garis lurus yang menyebar ke segala arah kecuali dihentikan oleh bahan penyerap sinar-x. Karena alasan tersebut maka tabung sinar-x ditutup dalam satu rumah tabung logam yang mampu menghentikan sebagian besar radiasi sinar-x, hanya sinar-x yang berguna yang dibiarkan keluar dari tabung melalui sebuah jendela/window. Sinar-x yang berguna tadi disebut sebagai berkas primer. Berkas sinar yang terletak pada tengah garisnya ini disebut central ray.
Diperlukan pembangkitan tegangan yang tinggi di dalam tabung sinar-x agar dapat dihasilkan berkas sinar-x. Rangkaian listriknya dirancang sedemikian rupa sehingga kV-nya dapat diubah dalam rentang yang besar -biasanya 30 kV sampai 100 kV- atau lebih. Bila kV yang lebih rendah digunakan, maka sinar-x memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dan lebih mudah diserap sehingga disebut sebagai soft x-ray. Harus dipahami bahwa berkas sinar-x itu terdiri dari sinar dengan panjang gelombang yang berbeda. Radiasi yang dihasilkan pada rentang kV yang lebih tinggi akan memiliki energi yang lebih besar dan panjang gelombang yang lebih pendek.
Penyerapan Sinar-X
Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan. Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang mampu menembus objek yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-x yang menembus itulah yang mampu membentuk gambaran atau bayangan. Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan tergantung tiga faktor:
1. Panjang gelombang sinar-X.
2. Susunan objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3. Ketebalan dan kerapatan objek.
Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan (lihat pembahasan tentang pengaruh kilovolt).

Bagaimana susunan objek ketika terjadi penyerapan sinar-x? Hal ini tergantung dari nomor atom unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng aluminium yang mempunyai nomor atom lebih rendah dibanding tembaga, mempunyai jumlah daya serap lebih rendah terhadap sinar-x dibanding satu lempeng tembaga pada berat dan daerah yang sama. Timah hitam (nomor atomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-x. Karena alasan inilah ia digunakan pada wadah tabung yang juga bertujuan untuk proteksi, contoh yang lainnya adalah dinding ruangan sinar-x dan pada sarung tangan khusus serta apron yang digunakan selama proses fluoroskopi.

Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana yaitu unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan juga mempunyai kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5 cm per kubik dibanding air.

Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, satu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x. Yaitu, tulang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging; dan otot/daging lebih banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulang-tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda.
Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda gambarannya didefinisikan sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung pada sifat subjek, kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran radiasi hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis film yang digunakan.

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Gambaran
1.Pengaruh Milliampere (mA)
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan penurunan mA akan mengurangi intensitas. Sehingga semua intensitas sinar-x atau derajat terang/brightness akan bertambah sesuai dengan peningkatan intensitas radiasi sinar-x di titik fokus. Oleh sebab itu, derajat terang dapat diatur dengan mengubah mA. Perlu juga dipahami bahwa intensitas sinar-x yang bervariasi akan terus membawa hubungan yang sama antara satu dengan yang lainnya.

2. Pengaruh Jarak
Sekali lagi, intensitas sinar-x dari suatu pola bisa diatur menjadi sama dengan cara merubah semua hal, bukan dalam hal-hal yang menyangkut kelistrikan, tapi dengan menggerakkan tabung mendekati atau menjauhi objek. Dengan kata lain, jarak tabung ke objek mempengaruhi intensitas gambaran.

Hal ini dapat dibuktikan dengan demontrasi yang sederhana. Tanpa penerangan lain dalam ruangan, pindahkan lampu yang menyala mendekati kertas bercetak. Anda akan melihat bahwa semakin dekat cahaya ke buku, makin terang halaman itu terkena cahaya. Hal yang sama juga berlaku pada sinar-x: pada saat jarak objek ke sumber radiasi dikurangi, intensitas sinar-x pada objek meningkat; pada saat jaraknya ditambah intensitas radiasi pada objek berkurang. Semua ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar-x dan cahaya merambat dalam pancaran garis lurus yang melebar.

Perubahan jarak hampir sama dengan perubahan mA dalam hal efeknya terhadap semua intensitas gambaran. Terhadap banyaknya perubahan intensitas gambaran keseluruhan bila mA atau jarak diubah adalah merupakan suatu kaidah hitungan aritmetika sederhana.

3. Pengaruh Kilovolt (kV)
Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Pertama, perubahan kV menghasilkan perubahan pada daya tembus sinar-x dan juga total intensitas berkas sinar-x akan berubah. Hal ini terjadi dengan tanpa perubahan pada arus tabung.


Kesimpulan
Intensitas keseluruhan dari satu gambaran dipengaruhi oleh tiga faktor, mA, jarak dan kV. Bila mA atau jarak digunakan sebagai faktor pengontrol intensitas maka perubahan kontras subyek (bahan) tidak terjadi. Tetapi bila kV digunakan sebagai faktor pengontrol intensitas maka terjadinya perubahan kontras subyek selalu muncul dalam hubungannya dengan perubahan intensitas.(C)
http://puskaradim.blogspot.com/2008/01/berkas-sinar-x-dan-pembentukan-gambar.html


Pendahuluan
Radiologi merupakan salah satu unit penunjang medis yang berfungsi sebagai alat penegak diagnosis berbagai jenis penyakit, termasuk gigi geligi yang dapat ditinjau melalui pemeriksaan radiografi dental. Pada pemeriksaan radiografi gigi geligi peran pasien sangat berpengaruh terhadap hasil gambaran yang akan didapat, karena pasien diminta untuk memegang film dental dan menekannya sehingga posisi film dental menempel pada gigi dan gusi yang akan diperiksa. Dengan teknik pemeriksaan seperti ini akan terjadi kemungkinan untuk bergesernya posisi film dental dan mengakibatkan hasil gambaran yang tidak dapat dipakai sebagai alat penunjang diagnosis, sehingga terjadilah pengulangan. Selain itu juga ada beberapa kendala yang dapat menambah resiko pengulangan, seperti pada pasien yang hipersensitif, radang pada gusi (ginggivitis) atau pada pasien yang bentuk anatomi giginya abnormal. Oleh sebab itu radiografer dituntut untuk menambah bersikap inovatif dalam memilih teknik yang dapat memudahkan pemeriksaan dan pasienpun menjadi nyaman saat dilakukannya pemeriksaan.
Pada umumnya pemeriksaan dental, khususnya insisivus atas dilakukan dengan teknik pasien memegang dan menekan salah satu sisi film dental disekitar gigi dan gusi insisivus yang akan diperiksa dengan bantuan ibu jari pasien. Penulis melakukan inovasi dengan cara meletakkan film dental diselipkan diantara insisivus atas dan bawah atau dengan kata lain film digigit, sehingga pasien tidak perlu untuk memegang dan menekan film dental dengan ibu jarinya.

2. Metode
Untuk mendapatkan hasil penelitian ini diperlukan dengan beberapa kriteia, yaitu:
a. Alat dan Bahan
- Film dental ukuran 3 x 4 cm.
- Larutan develover dan fixer dalam wadah yang berukuran kecil
- Pesawat radiografi gigi.
b. Cara Kerja
Pelaksanaan yang pertama dengan teknik pasien menekan film dental pada daerah gigi dan gusi yang akan diperiksa, dan yang kedua dengan cara menyelipkan fim dental diantara gigi insisivus atas dan bawah atau film digigit.


Pertama, pasien diposisikan duduk di kursi pemeriksaan dengan kepala menghadap tabung sinar-x, kepala pasien diatur sedikit fleksi sehingga garis khayal yang ditarik dari achantion ke MAE sejajar dengan lantai, film dental dimasukan ke dalam mulut pasien dengan sisi non timbal menghadap tube. Setelah itu dilakukan cara yaitu peletakan film diselipkan diantara gigi insisivus atas dan bawah atau film digigit pasien dan kemudian cara kedua yaitu peletakkan film dental menempel pada daerah gigi dan gusi dengan bantuan ibu jari pasien. Center ray (pusat sinar) diarahkan vertical angulasi, center point (titik sinar) nya sama yaitu 600 caudali pada tip of nose, dengan faktor eksposi 50 kV ; 7,7 mA ; 1 secon. Setelah selesai pemeriksaan, kedua film dibawa ke kamar gelap untuk diproses.


c. Penilaian
Dilakukan survey gambar hasil kepada dua puluh dokter gigi terhadap delapan foto hasil gambaran dari dua teknik peletakkan film yang berbeda. Parameter numerik penilaian yaitu apabila kriterianya mencakup baik mendapat nilai 75, cukup akan dinilai 50 dan apabila kurang mendapat 25. sebagai evaluasi kriteria penilaian adalah kriteria evaluasi radiografi gigi yaitu corona, corpus, radiks dan pulpa dentis pada dental insisivus atas.

3. Pembahasan
Dari hasil kuisioner pada 20 orang dokter gigi terhadap masing-masing 8 buah hasil foto dental. Pada film digigit menghasilkan nilai 68,44% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 69,70%. Sehingga evalusi pada aspek daerah corona didapatkan hasil sedikit lebih bagus dengan cara film ditempel.
Pada evaluasi daerah corpus, pada film digigit menghasilkan nilai 65,31% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 61,89%, sehingga hasil corpus yang didapatkan lebih bagus dengan cara film digigit.
Tentang daerah evaluasi radix didapatkan kesimpulan, pada film digigit menghasilkan nilai 66,25% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 65,31%, sehingga hasil radix yang didapatkan sedikit lebih bagus dengan cara film digigit.
Kriteria evaluasi akhir dari gigi yaitu daerah pulpa dentis didapatkan pada film digigit menghasilkan nilai 63,75% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 65,63%, sehingga untuk kriteria ini hasil pulpa yang didapatkan lebih bagus dengan cara film ditempel.


Dengan demikian berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa hasil foto yang digigit menunjukkan nilai persentasi yang relatif sama dengan hasil foto yang ditempel. Hal ini menunjukkan bahwa hasil foto yang digigit (metode baru) menghasilkan tingkat diagnosis yang relatif sama dengan yang ditempel (metode sekarang). Dengan mengingat dari segi kenyamanan pasien, pasien lebih merasa nyaman dengan menggunakan teknik film digigit dibandingkan dengan menggunakan film ditempel.
Oleh sebab itu teknik peletakkan film dental dengan cara film digigit dapat juga dijadikan sebagai teknik alternatif oleh petugas radiologi didalam melakukan pemeriksaan dental insisivus atas khususnya untuk menghadapi paien yang hipersensitif dan kurang kooperatif.

4. Penutup
Terdapat beberapa kesimpulan dari metode baru yang telah dilakukan bila dibandingkan dengan metode sekarang untuk pemeriksaan insisivus atas, yaitu: Hasil gambaran dengan metode baru dapat dipakai sebagai alternatif penatalaksanaan pasien dalam pemeriksaan gigi insisivus atas.
Pada pemeriksaan dengan metode baru, pasien merasa lebih nyaman dengan menggunakan teknik peletakkan film dental dengan cara digigit antara gigi insisivus atas dan insisivus bawah dibandingkan dengan cara lama dengan pasien harus menekan film dental dengan ibu jarinya.
Dengan melihat hasil keseluruhan dari penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan agar teknik peletakkan film dental dengan cara film digigit diantara gigi insisivus atas dan insisivus bawah ini dapat dijadikan teknik alternatif untuk melakukan pemeriksaan dental insisivus atas. Apalagi bila dilihat dari segi kemudahan dan kenyamanan pasien, khususnya bagi pasien yang kurang kooperatif. Dengan demikian diharapkan pemeriksaan tidak sering diulang dan tanpa harus mengurang kualitas hasil gambaran.
1. http://puskaradim.blogspot.com/2007/11/teknik-radiografi-gigi.html