Selasa, 27 Juli 2010

PENGOBATAN BIOTERAPI

PENGOBATAN BIOTERAPI

Terapi biologis atau bioterapi muncul dengan cepat sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker. Bioterapi didasarkan atas teori bahwa system imun mengenal sel tumor sebagai benda asing yang akan merusak mereka. Agen-agen yang menstimulasi system imun disebut biologic responsse modifier (BRM). BRM sebagai agent atau pengobatan yang mengubah hubungan antara respon tumor dan hospesnya pada sel-sel tumor dengan akibat efek terapeutik.
Karakteristik umum BRM yaitu secara normal diproduksi tubuh dalam jumlah kecil, berfungsi sebagai pengatur dan pembawa pesan penting dari fungsi imun, mendorong respon tubuh terhadap benda asing, dan bereaksi langsung atau tidak langsung untuk menstimulasi atau meningkatkan aktivitas system imun.

A. Pengertian
Bioterapi yaitu pengobatan dengan agent turunan dari sumber biologic dan atau pengaruh respon biologic (Gale dan Charette. 2000).
Bioterapi didefinisikan sebagai terapi dengan agen yang diambil dari sumber biologis dan atau yang mempengaruhi respon biologis. National Cancer Institut Division of Cancer Treatment menjabarkan BRM sebagai agen atau pendekatan yang memodifikasi hunbungan antara tumor dan penderita dengan memodifikasi respon biologis penderita terhadap sel tumor dengan suatu efek terapi sebagai resultannya (Otto, 1996)

Zat-Zat Utama yang Digunakan
Jenis BRM meliputi vaksin, antibody monoclonal, faktor stimulasi koloni (CSF), interleukin (IL), interferon (IFN). Umunya merupakan substansi alami tubuh yang bertindak sebagai pembawa pesan antar sel. Terminology generic pembawa pesan ini adalah sitokinin, yang merupakan suatu produk protein sel yang bertindak sebagai regulator. Lebih spesifik lagi limfokin, limfokin merupakan produk limfosit, dan monikin produk dari monosit. Istilah interlukin mengacu pada protein yang bertindak sebagai pebawa pesan antar sel.

1. Interferon (IFN)
Interferon dapat digolongkan pada kelompok hormone glikoprotein yang memiliki efek biologis : antivirus, antiprolifeatif dan sebagai immunomodulator. Ada tiga jenis interferon yaitu Alfa, Beta dan Gama. Dalam perawatan kanker Interferon bekerja dalam beberapa cara dengan memperlambat replikasi sel, sintesa protein dan produksi DNA. Interferon akan akan memperpanjang siklus sel dan dengan menstimulasi respon imun hospes, akhirnya akan meningkatkan aktivitas pembunuhan secara alamiah.
Untuk pengobatan kanker yang diijikan FDA (Food and Drug Administration) yaitu interferon Alfa (Intron_A dan Roferon A, IFN-Alfa) dijinkan untuk pengobatan leukemia sel berambut, Sarkoma Kaposi, dan hepatitis C, juga dipakai untuk melawan limfoma, melanoma dan Ca sel ginjal, Ca ovarium, Ca bladder superfisialis.
Cara pemberian IFN adalah secara intramuscular dan subkutan, intravena, intralesi, intraperitoneal, intravesikal, dan intrateka. Efek samping umum adalah misalnya flu meliputi demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan keletihan. Ini biasanya diatasi dengan antipiretik dan analgetik. Efek samping lain meliputi supresi sumsum tulang, mual, muntah, diare dan perubahan status mental meliputi depresi, ansietas dan insomnia.

2. Interlukin (IL)
IL adalah pembawa pesan penting dan pengatur fungsi imun. Ada dua belas jenis IL, namun yang diizinkan FDA untuk pengobatran Ca yaitu IL-2 atau interlukin-2 (Proleukin). Kerja dari IL-2, suatu limfokin meliputi : Menstimulasi proliferasi lifosit T dan B dan sel Pembunuh Alamiah (NK), meningkatkan sitoksititas dari sel mono, limfo-T, dan sel NK, menginduksi sekresi antibody, yakni Faktor Nekrosis Tumor, dan IFN-gamma, mengawali aktivitas produksi sel Pembunuh Limfo-Teraktivasi (LAK)
Efek samping IL-2 berhubungan dengan dosis. Dosis yang lebih tinggi akan menimbulkan efek samping yang lebih besar. Efek sampig yang sering terjadi diringkas sebagai berikut :
Gejala misalnya flu : demam, menggigil, kaku, keletihan, nyeri otot, sakit kepala.
Kardiovaskular : potensi syndrome kapiler bocor, dehidrasi vascular, angina, infark miokardium, aritmia, edema pulmonal dan edema perifer.
Ginjal : oliguri, anuria, azotemia, peningkatan kreatinin.
GIT : anoreksia, mual, muntah, diare.
Perubahan status mental : depresi, ansietas, psikosis, koma.
Integumen : eritema, lepuh misalnya terbakar dan gatal.

3. Colony-stimulating factor /CSF)
CSF termasuk kedalam kelompok hormone glikoprotein yang bertanggung jawab untuk deferensiasi proliferasi dan pematangan sel-sel hematopoetik in vitro. Ada empat kelompok CSF yaitu : CSF granulosit makrofag (GM-CSF), CSF granuliosi (G-CSF), CSF makrofag (M-CSF), dan IL-3 (multi-CSF)
Hasil studi menunjukan bahwa CSF memiliki nilai klinis pada beberapa keadaan tertentu ; menurunkan mielosupresi, mempercepat penyembuhan setelah transplantasi sumsum tulang, mempertahankan susmsusm tulang pada anemia aplastik, syndrom mielodisplasia, mieloma, , leukemia dan neutropenia didapat maupun congenital.
Cara pemberian agent CSF adalah sebagai berikut: GM-CSF sering diberikan IV selama 2 jam yang dimulai 2 – 4 jam setelah infuse susmum tulang autolog. G-CSF diberikan subkutan atau intravena. M-CSF diberikan subkutan. IL-3 (multi-CSF) diberikan subkutan maupun IV.
Efek samping therapy dengan CSF tergantung pada dosis pemberian. Efek samping yang sering terjadi pada GM-CSF yaitu : menggigigl dan demam, nyeri tulang, kelelahan, anoreksia, ruam kulit, rasa panas pada kulit, flebitis, gangguan pencernaan, eritema pada tempat penyuntikan, , hipotensi, retensi cairan, perikarditis, efusi pleura dan pericardium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar