Transfer Film Box merupakan sebuah alat yang fungsinya hampir sama dengan kamar gelap, perbedaannya terletak pada kegunaannya yang sebatas hanya sebagai tempat untuk proses loading dan unloading kaset, di dalamnya terdapat 2 buah box/kotak yang fungsinya sebagai tempat film yang telah di ekspose dan unexpose. Transfer film box biasanya digunakan apabila dilakukan medical check up dilapangan. Cara kerja atau cara penggunaan dari transfer film box ini yaitu :
1.Kaset + Film yang telah di ekspose dimasukkan ke dalam transfer film box melalui lubang yang telah disediakan di bagian depan.
2.Setelah kaset + film dimasukkan ke dalam transfer film box, kemudian operator memasukkan ke dua tangannya ke dalam transfer film box melalui lubang yang telah disediakan pada bagian belakang.
3.Kemudian dilakukan proses unloading kaset dengan cara membuka kaset yang telah berada di dalam transfer film box dan film yang ada di dalam kaset tersebut diambil untuk kemudian dimasukkan ke dalam box/kotak film (box expose film) yang telah disediakan di dalam transfer film box.
4.Setelah itu dilakukan proses loading kaset atau memasukkan film yang belum di ekspose ke dalam kaset. Film yang belum di ekspose telah tersedia di dalam box/kotak film yang berada di dalam transfer film box.
5.Kemudian kaset yang telah di isi kembali dengan film unexpose dikeluarkan melalui lubang depan dan dapat dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan rontgen.
6.Apabila box/kotak tempat menyimpan film yang telah di ekspose penuh, maka transfer film box dapat dibuka, kemudian film-film yang telah di ekspose di ambil untuk kemudian di cuci di kamar gelap yang sesungguhnya.
Jumat, 17 Desember 2010
Kamis, 16 Desember 2010
CT SCAN
Sekilas Mengenai Dasar-Dasar CT-Scan
A. Dasar-Dasar CT-Scan
CT-Scan adalah suatu pencitraan radiodiagnostik yang dapat menghasilkan gambar dan irisan atau bidang tertentu tubuh pasien dan memberi informasi diolah komputer sintesa dari sinar –x dengan data yang ditampilkan pada video display. CT-Scan diperkenalkan pertama kali pada kongres tahunan di British Institute Radiology bulan April 1972, oleh seorang ilmuwan senior bernama G.N Hounsfield yang bekerja untuk EMI Limited di Middilesex Inggris. CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomi tubuh bagian dalam manusia dalam bentuk irisan atau slice ( Rasad : 1992)
B. Perkembangan CT-Scan
1. CT-Scan generasi pertama
Prinsip kerja Scanner CT-Scan generasi pertama ialah menggunakan pancaran berkas sinar –x berbentuk pensil yang diterima oleh salah satu atau dua detektor. Waktu yang dibutuhkan untuk 1 slice dengan rotasi tabung sinar-x dan detektor sebesar 180° adalah seki
tar 4,5 menit.
2. CT-Scan generasi kedua
Pada generasi ini prinsip dasar scanner mengalami perbaikan yang cukup besar dibandingkan dengan generasi pertama. Pancaran berkas sinar – x yang dihasilkan ialah model kipas angin dengan jumlah detektor 30 buah serta waktu scanning sangat pendek. Waktu scanning hanya 15 detik untuk 1 slice atau 10 menit untuk 40 slice.
3. CT-Scan generasi ketiga
CT-Scan generasi ini telah menggunakan detektor sejumlah 960 buah dengan rotasi tabung dan detektor sejauh 360° secara sempurna dalam menghasilkan 1 slice data jaringan selama 1detik.
4. CT-Scan generasi ke empat
CT-Scan generasi keempat disebut dengan CT helical atau CT Spiral. Kelebihannya penggambaran organ akan lebih cepat dan dapat diolah menajdi gambar tiga dimensi melalui pengolahan komputer. Generasi ini menggunakan teknologi fixed-ring yang mempunyai 4800 detektor. Saat pemeriksaan tabung sinar-x berputar 360° mengelilingi detektor yang diam dengan waktu scanning sama dengan CT Scan generasi ketiga. (Bontrager:2000)
C. Komponen Dasar CT-Scan (Tortorici:1995)
Komponen Utama CT-Scan yaitu :
1. Sistem penggambaran
Yakni terdiri atas gantry (rumah tabung) yang meliputi tabung sinar-x detektor. Gantry memiliki bentuk lingkaran yaitu segi empat dimana ditengahnya terdapat lubang yang berfungsi untuk scanning pasien. Tabung sinar-x merupakan komponen penting dalam CT-Scan hampir mirip dengan tabung sinar-x konvensional. CT-Scan memiliki 2 kolimator yaitu kolimator pre pasien dan kolimator pre detektor. Kolimator pre pasien berada didalam gantry dan merupakan pembatas sinar menuju pasien yang berfungsi sebagai pembatas dosis pasien. Kolimasi pre detektor berlokasi didepan detektor untuk menjaga kualitas gambar dengan menurunkan radiasi hambur. Pada saat eksposi berkas sinar–x (foton) yang menembus pasien mengalami perlemahan (atenuasi) kemudian di tangkap oleh detektor. Kemampuan penyerapan detektor yang tinggi akan menghasilkan kualitas gambar yang dihasilkan menjadi lebih baik.
2. Meja Pemeriksaan (Couch)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar–x yang menembus pasien tidak terhalang jalannya untuk menuju detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry.
3. Sistem Konsul
Konsul bersedia dalam berbagai variasi. CT-Scan generasi awal masih menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan sendiri dan untuk perekaman dan pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah memakai sistem konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu :
a. Sistem Kontrol
Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-parameter yang berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan KV, MA dan waktu scanning, ketebalan irisan dan lain-lain. Juga dilengkapi keyboard untuk memasukkan data pasien dan pengontrolan fungsi tertentu dalam komputer.
b. Sistem pencetakan
Setelah gambar CT-Scan diperoleh kemudian dipindahkan dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan menggunakan kamera multiformat. Kamera merekam gambar dari monitor dan memindahkannya kedalam lembaran film. Tampilan gambaran di film dapat mencapai 2-24 gambar tergantung ukuran film (8 x 10 inci atau 14 x 17 inci).
c. Sistem perekaman gambar
Merupakan bagian penting lain dari CT-Scan. Data yang telah ada disimpan dan dapat ditampilkan lagi dengan cepat. Biasanya sistem perekaman ini berupa disket optic dengan kemampuan penyimpanan data sekitar 200 gambar.
D. Parameter CT-Scan
1. Scanogram
Merupakan langkah awal dalam scanning untuk menentukkan posisi pada slice. Pada operator console, pengaturan scanogram dengan pilihan top view (scanogram dengan posisi AP atau PA) dan slide view (scanogram dari posisi lateral) dalam scanoscope.
2. Range
Range adalah kombinasi dari beberapa silce thickness untuk mendapatkan ketebalan irisan yang sama pada satu lapangan pemeriksaan. Lapangan pemeriksaan untuk CT-Scan lumbal adalah dari Lumbal 1 sampai dengan Sacrum I.
3. Slice thickness
Adalah tebalnya irisan obyek yang biasanya digunakan adalah slice thickness 10 mm. Ada daerah yang strukturnya kecil dapat digunakan slice thickness 5 mm, 2 mm, atau 1mm.
4. Waktu Scan Waktu scan yang terbaik adalah waktu scan yang cepat dan utamanya bermanfaat pada scan pediatrik atau pada pasien yang tidak dapat tahan napas.
5. Pengaturan MA Pengaturan MA akan menhasilkan perubahan ukuran fokus dan kuantitas sinar –x yang dihasilkan. Pilihan penggunaan MA disesuaikan dengan ukuran pasien, posisi scan thickness.
6. Field of View (Fov) Field of view adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkontruksi. Banyak bervariasi antara rentang 12+50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi gambaran karena FOV yang kecil dapat mereproduksi ukuran pixcel (picture element).
7. Gantry Tilt Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan antara -20° sampai +20°. Tujuan penyudutan adalah untuk keperluan diagnosa dan untuk mereduksi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitiif seperti mata.
8. Rekonstruksi Algoritma Rekontruksi algoritma adalah prosedur matematis (algoritma) yang digunakan untuk merekontruksi gambar. Hasil dan karakteristik gambar CT-Scan tergantung kuat lemahnya algoritma yang dipilih. Semakin tinggi rekontruksi algoritma akan menghasilkan resolusi gambar.
9. Window Level Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk menampakkan gambar. Nilai dapat memilih dan tergantung pada karakteristik dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas gambar.
10. Window Width Window width adalah rentang nilai computed yang di konversi menjadi gray scale untuk ditampilkan dalam monitor. Setelah komputer menyelesaikan pngolahan gambar melalui rekontruksi matriks dan algoritma hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama Computed Tomography.
Berikut Tabel CT Number dengan satuan HU dalam menampakkan jaringan (Bontrager:2001).
SUMBER http://catatanradiograf.blogspot.com
A. Dasar-Dasar CT-Scan
CT-Scan adalah suatu pencitraan radiodiagnostik yang dapat menghasilkan gambar dan irisan atau bidang tertentu tubuh pasien dan memberi informasi diolah komputer sintesa dari sinar –x dengan data yang ditampilkan pada video display. CT-Scan diperkenalkan pertama kali pada kongres tahunan di British Institute Radiology bulan April 1972, oleh seorang ilmuwan senior bernama G.N Hounsfield yang bekerja untuk EMI Limited di Middilesex Inggris. CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomi tubuh bagian dalam manusia dalam bentuk irisan atau slice ( Rasad : 1992)
B. Perkembangan CT-Scan
1. CT-Scan generasi pertama
Prinsip kerja Scanner CT-Scan generasi pertama ialah menggunakan pancaran berkas sinar –x berbentuk pensil yang diterima oleh salah satu atau dua detektor. Waktu yang dibutuhkan untuk 1 slice dengan rotasi tabung sinar-x dan detektor sebesar 180° adalah seki
tar 4,5 menit.
2. CT-Scan generasi kedua
Pada generasi ini prinsip dasar scanner mengalami perbaikan yang cukup besar dibandingkan dengan generasi pertama. Pancaran berkas sinar – x yang dihasilkan ialah model kipas angin dengan jumlah detektor 30 buah serta waktu scanning sangat pendek. Waktu scanning hanya 15 detik untuk 1 slice atau 10 menit untuk 40 slice.
3. CT-Scan generasi ketiga
CT-Scan generasi ini telah menggunakan detektor sejumlah 960 buah dengan rotasi tabung dan detektor sejauh 360° secara sempurna dalam menghasilkan 1 slice data jaringan selama 1detik.
4. CT-Scan generasi ke empat
CT-Scan generasi keempat disebut dengan CT helical atau CT Spiral. Kelebihannya penggambaran organ akan lebih cepat dan dapat diolah menajdi gambar tiga dimensi melalui pengolahan komputer. Generasi ini menggunakan teknologi fixed-ring yang mempunyai 4800 detektor. Saat pemeriksaan tabung sinar-x berputar 360° mengelilingi detektor yang diam dengan waktu scanning sama dengan CT Scan generasi ketiga. (Bontrager:2000)
C. Komponen Dasar CT-Scan (Tortorici:1995)
Komponen Utama CT-Scan yaitu :
1. Sistem penggambaran
Yakni terdiri atas gantry (rumah tabung) yang meliputi tabung sinar-x detektor. Gantry memiliki bentuk lingkaran yaitu segi empat dimana ditengahnya terdapat lubang yang berfungsi untuk scanning pasien. Tabung sinar-x merupakan komponen penting dalam CT-Scan hampir mirip dengan tabung sinar-x konvensional. CT-Scan memiliki 2 kolimator yaitu kolimator pre pasien dan kolimator pre detektor. Kolimator pre pasien berada didalam gantry dan merupakan pembatas sinar menuju pasien yang berfungsi sebagai pembatas dosis pasien. Kolimasi pre detektor berlokasi didepan detektor untuk menjaga kualitas gambar dengan menurunkan radiasi hambur. Pada saat eksposi berkas sinar–x (foton) yang menembus pasien mengalami perlemahan (atenuasi) kemudian di tangkap oleh detektor. Kemampuan penyerapan detektor yang tinggi akan menghasilkan kualitas gambar yang dihasilkan menjadi lebih baik.
2. Meja Pemeriksaan (Couch)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar–x yang menembus pasien tidak terhalang jalannya untuk menuju detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry.
3. Sistem Konsul
Konsul bersedia dalam berbagai variasi. CT-Scan generasi awal masih menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan sendiri dan untuk perekaman dan pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah memakai sistem konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu :
a. Sistem Kontrol
Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-parameter yang berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan KV, MA dan waktu scanning, ketebalan irisan dan lain-lain. Juga dilengkapi keyboard untuk memasukkan data pasien dan pengontrolan fungsi tertentu dalam komputer.
b. Sistem pencetakan
Setelah gambar CT-Scan diperoleh kemudian dipindahkan dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan menggunakan kamera multiformat. Kamera merekam gambar dari monitor dan memindahkannya kedalam lembaran film. Tampilan gambaran di film dapat mencapai 2-24 gambar tergantung ukuran film (8 x 10 inci atau 14 x 17 inci).
c. Sistem perekaman gambar
Merupakan bagian penting lain dari CT-Scan. Data yang telah ada disimpan dan dapat ditampilkan lagi dengan cepat. Biasanya sistem perekaman ini berupa disket optic dengan kemampuan penyimpanan data sekitar 200 gambar.
D. Parameter CT-Scan
1. Scanogram
Merupakan langkah awal dalam scanning untuk menentukkan posisi pada slice. Pada operator console, pengaturan scanogram dengan pilihan top view (scanogram dengan posisi AP atau PA) dan slide view (scanogram dari posisi lateral) dalam scanoscope.
2. Range
Range adalah kombinasi dari beberapa silce thickness untuk mendapatkan ketebalan irisan yang sama pada satu lapangan pemeriksaan. Lapangan pemeriksaan untuk CT-Scan lumbal adalah dari Lumbal 1 sampai dengan Sacrum I.
3. Slice thickness
Adalah tebalnya irisan obyek yang biasanya digunakan adalah slice thickness 10 mm. Ada daerah yang strukturnya kecil dapat digunakan slice thickness 5 mm, 2 mm, atau 1mm.
4. Waktu Scan Waktu scan yang terbaik adalah waktu scan yang cepat dan utamanya bermanfaat pada scan pediatrik atau pada pasien yang tidak dapat tahan napas.
5. Pengaturan MA Pengaturan MA akan menhasilkan perubahan ukuran fokus dan kuantitas sinar –x yang dihasilkan. Pilihan penggunaan MA disesuaikan dengan ukuran pasien, posisi scan thickness.
6. Field of View (Fov) Field of view adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkontruksi. Banyak bervariasi antara rentang 12+50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi gambaran karena FOV yang kecil dapat mereproduksi ukuran pixcel (picture element).
7. Gantry Tilt Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan antara -20° sampai +20°. Tujuan penyudutan adalah untuk keperluan diagnosa dan untuk mereduksi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitiif seperti mata.
8. Rekonstruksi Algoritma Rekontruksi algoritma adalah prosedur matematis (algoritma) yang digunakan untuk merekontruksi gambar. Hasil dan karakteristik gambar CT-Scan tergantung kuat lemahnya algoritma yang dipilih. Semakin tinggi rekontruksi algoritma akan menghasilkan resolusi gambar.
9. Window Level Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk menampakkan gambar. Nilai dapat memilih dan tergantung pada karakteristik dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas gambar.
10. Window Width Window width adalah rentang nilai computed yang di konversi menjadi gray scale untuk ditampilkan dalam monitor. Setelah komputer menyelesaikan pngolahan gambar melalui rekontruksi matriks dan algoritma hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama Computed Tomography.
Berikut Tabel CT Number dengan satuan HU dalam menampakkan jaringan (Bontrager:2001).
SUMBER http://catatanradiograf.blogspot.com
MAKRORADIOGRAFI
Makroradiografi ialah teknik radiografi yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang diperbesar dari gambaran awalnya (gambaran yang sebenarnya).
Tujuan dari pembuatan gambar makroradiografi ialah untuk memperoleh informasi yang lebih jelas, yang tidak diperoleh dari hasil radiograf biasa diakibatkan oleh ukuran dari bagian – bagian tersebut yang teramat kecil misalnya tulang yang berukuran kecil, saluran- saluran, dsb.
PRINSIP PEMERIKSAAN
Teknik makroradiografi menggunakan prinsip magnifikasi atau pembesaran ukuran objek dari ukuran sebenarnya dengan cara meletakkan objek pada jarak tertentu dari film.
Adapun prinsip pemeriksaan teknik makroradiografi antara lain :
* Tanpa grid karena adanya air gap yang diakibatkan oleh OFD (objek film distance) yang lebih besar
* Gambaran yang dihasilkan akan lebih besar dari gambaran yang sebenarnya bergantung pada pembesaran yang diinginkan
* Pemilihan focus kecil guna mengurangi ketidaktajaman gambar
* Faktor eksposi lebih besar dikarenakan adanya pengaruh dari FFD dan Air Gap
Teknik makroradiografi dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:
1. Mengubah FFD (focus - film distance) tanpa mengubah OFD (objek - film distance)
2. Mengubah FOD (focus - objek distance)tanpa mengubah FFD (focus - film distance)
PENGUKURAN
Pembesaran objek yang dihasilkan dapat diukur menggunakan rumus :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
1. Faktor Pembesaran
* Jarak OFD = FOD maka objek terletak diantara 2 focus
* Pembesaran bertambah bila OFD ditambah atau diperbesar
* Pemilihan ukuran focus berkaitan dengan adanya Ug (Unsharpness Geometric). Ukuran focus yang semakin kecil akan memperkecil ketidaktajaman geometri.
2. Faktor Ketidaktajaman Geometri
* Unsharpness Geometric berbanding lurus dengan ukuran focus yang digunakan
* UG berbanding terbalik dengan FOD dan
* UG berbanding lurus dengan OFD
3.Faktor Ketidaktajaman karena Gerakan
* Gunakan peralatan fiksasi untuk mengurangi gerakan pasien
* Pergerakan pasien dapat menimbulkan Movement Unsharpness
4. Faktor Eksposi
* Pemilihan Faktor Eksposi dipengaruhi oleh adanya Air gap antara objek dan film.
* Semakin besar Air Gap maka Faktor eksposi yg digunakan akan makin besar.
5. Faktor Posisi
* Tabung sinar – X harus diatur tegak lurus terhadap film dan objek
* Bidang objek dan film diatur sejajar
* Adanya kemiringan dari objek dapat mengakibatkan terjadinya distorsi gambar
CONTOH TERAPAN
* FOD Tetap dan FFD yang Berubah
Diketahui : MF = 1,5 dan OFD1 = 0 cm, dan OFD2 = 40 cm maka :
Perubahan FFD, diikuti perubahan Faktor Eksposi
Tujuan dari pembuatan gambar makroradiografi ialah untuk memperoleh informasi yang lebih jelas, yang tidak diperoleh dari hasil radiograf biasa diakibatkan oleh ukuran dari bagian – bagian tersebut yang teramat kecil misalnya tulang yang berukuran kecil, saluran- saluran, dsb.
PRINSIP PEMERIKSAAN
Teknik makroradiografi menggunakan prinsip magnifikasi atau pembesaran ukuran objek dari ukuran sebenarnya dengan cara meletakkan objek pada jarak tertentu dari film.
Adapun prinsip pemeriksaan teknik makroradiografi antara lain :
* Tanpa grid karena adanya air gap yang diakibatkan oleh OFD (objek film distance) yang lebih besar
* Gambaran yang dihasilkan akan lebih besar dari gambaran yang sebenarnya bergantung pada pembesaran yang diinginkan
* Pemilihan focus kecil guna mengurangi ketidaktajaman gambar
* Faktor eksposi lebih besar dikarenakan adanya pengaruh dari FFD dan Air Gap
Teknik makroradiografi dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:
1. Mengubah FFD (focus - film distance) tanpa mengubah OFD (objek - film distance)
2. Mengubah FOD (focus - objek distance)tanpa mengubah FFD (focus - film distance)
PENGUKURAN
Pembesaran objek yang dihasilkan dapat diukur menggunakan rumus :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
1. Faktor Pembesaran
* Jarak OFD = FOD maka objek terletak diantara 2 focus
* Pembesaran bertambah bila OFD ditambah atau diperbesar
* Pemilihan ukuran focus berkaitan dengan adanya Ug (Unsharpness Geometric). Ukuran focus yang semakin kecil akan memperkecil ketidaktajaman geometri.
2. Faktor Ketidaktajaman Geometri
* Unsharpness Geometric berbanding lurus dengan ukuran focus yang digunakan
* UG berbanding terbalik dengan FOD dan
* UG berbanding lurus dengan OFD
3.Faktor Ketidaktajaman karena Gerakan
* Gunakan peralatan fiksasi untuk mengurangi gerakan pasien
* Pergerakan pasien dapat menimbulkan Movement Unsharpness
4. Faktor Eksposi
* Pemilihan Faktor Eksposi dipengaruhi oleh adanya Air gap antara objek dan film.
* Semakin besar Air Gap maka Faktor eksposi yg digunakan akan makin besar.
5. Faktor Posisi
* Tabung sinar – X harus diatur tegak lurus terhadap film dan objek
* Bidang objek dan film diatur sejajar
* Adanya kemiringan dari objek dapat mengakibatkan terjadinya distorsi gambar
CONTOH TERAPAN
* FOD Tetap dan FFD yang Berubah
Diketahui : MF = 1,5 dan OFD1 = 0 cm, dan OFD2 = 40 cm maka :
Perubahan FFD, diikuti perubahan Faktor Eksposi
Rabu, 15 Desember 2010
MAMOGRAFI
MAMOGRAFI
Adalah pemeriksaan payudara secara radiology u/ mendeteksi dini kanker payudara.
Tanda2 kanker payudara
1. adanya perubahan kulit payudara ( seperti kulit jeruk )
2. teraba ada benjolan di payudara
3. keluaran cairan / darah
4. ada rasa tidak enak di sekitar payudara
5. rasa kemeng di daerah aksila
mammografi lebih baik di lakukan pada saat subur yaitu 1 minggu setelah haid dan tidak boleh saat haid / menjelang haid karena ada perubahan hormonal.
Kontra indikasi
1. saat menstruasi
2. saat menyusui
3. pada wanita yang memakai silikon karena pada silikonnomor atomnya sangat tinggi, dan nomor atom yang tinggi mengakibatkan gambaran opaq sehingga tidak menampakan parenkim / serabut2 pada payudara.
Kv maksimal pada pesawat mammae adl 35 kv karena objek yang dfoto adl soft tissue, sedangkan mAs yang digunakan sangat tinggi y/ 500 mAs.
Mastektomi adalah pengambilan seluruh bagian payudara
Pada proyeksi obliq axila harus tampak karena pada axila terdapat kelenjar pectolaris.
Proyeksi pada mammografi :
1. cranio caudal
2. mediolateral 90o / lateral
3. lateromadial
4. obliq
5. kleopatra
MEDIOLATERAL
1. posisi hadap kanan ( duduk / berdiri )
putar tabung 90 o
mammae pada pertengahan film
pasien maju sedikit & tangan pegangan pada pegangan kaset
bahu rileks
batas lateral pada rusuk
angkat mammae pada bentuk normal lalu di kompresi
2. recumben
tidur miring
lengan yang diamati diangkat
kaset diletkan didepan axila
mammae yang lain tarik ke posterior
kolimasi pada mammae saja
craniocaudal ( duduk / berdiri )
1. tempatkan mammae pada film
2. batas tepi film berad dalm dinding dada di bawah payudara
3. suruh pasien untuk menekan dada ke film shg mammae infor berada pada film
4. bahu rileks
5. kepala menjauh
6. kolimasi sesuai
7. informasikan tentang tindakan kompresi
8. cek kembali mammae sebelum kompresi
9. kompresi scra perlahan – lahan
10. setelah kompresi pasien suruh tahan nafas dan eksposi
mammografi terutama di gunakan untuk :
1. wanita yang berumur lebih dari 35 th
2. wanita yang tidak menikah
3. wanita yang tidak punya anak
4. wanita yang melahirkan anak pertamanya, umurnya lebih dari 30th
5. wanita pada masa menopouse
6. wanita yang punya silsilah keluarga terkena kanker
variasi pada jaringan mammae:
1. wanita post pubertal = berisi jaringan konektif, berdensitas tinggi, radiografinya homogen dengan sedikit perbedaan jaringan
2. wanita hamil = sampai akhir menyusui, hipertrophi yang signifikan pada kelenjar duck nya, mammae sangat dense & opaq ( tidak kontras )
3. wanita yg tdk menyusui lagi = terjadi involsi besar pada kelenjar dan parenkimnya sehingga terjadi penimbunan lemak dan kontras tinggi
4. wanita menopouse = kelenjar mammae mengalami ” ATROPI GRADUAL ”
5. terjadi akumulasi lemak & kelenjar yang berbeda pada setiap orang.
Standart alat mammografi
1. kaset ber IS tunggal dengan kualitas tinggi
2. film beremulsi tunggal mengurangi pa2ran radiasi, image lebih baik
3. kompresi mammae
4. teknik KV rendah ( 28 – 36 ) dengan transformer khusus
5. tabung X – ray dangan Target Molibdenum ( produksi energi rendah )
6. ada filter tambahan 0.03 mm = 0.5 mm Al
7. fokus kecil
8. kolimasi berkas
9. pasewat lengkap dengan variasi posisi pasien
Adalah pemeriksaan payudara secara radiology u/ mendeteksi dini kanker payudara.
Tanda2 kanker payudara
1. adanya perubahan kulit payudara ( seperti kulit jeruk )
2. teraba ada benjolan di payudara
3. keluaran cairan / darah
4. ada rasa tidak enak di sekitar payudara
5. rasa kemeng di daerah aksila
mammografi lebih baik di lakukan pada saat subur yaitu 1 minggu setelah haid dan tidak boleh saat haid / menjelang haid karena ada perubahan hormonal.
Kontra indikasi
1. saat menstruasi
2. saat menyusui
3. pada wanita yang memakai silikon karena pada silikonnomor atomnya sangat tinggi, dan nomor atom yang tinggi mengakibatkan gambaran opaq sehingga tidak menampakan parenkim / serabut2 pada payudara.
Kv maksimal pada pesawat mammae adl 35 kv karena objek yang dfoto adl soft tissue, sedangkan mAs yang digunakan sangat tinggi y/ 500 mAs.
Mastektomi adalah pengambilan seluruh bagian payudara
Pada proyeksi obliq axila harus tampak karena pada axila terdapat kelenjar pectolaris.
Proyeksi pada mammografi :
1. cranio caudal
2. mediolateral 90o / lateral
3. lateromadial
4. obliq
5. kleopatra
MEDIOLATERAL
1. posisi hadap kanan ( duduk / berdiri )
putar tabung 90 o
mammae pada pertengahan film
pasien maju sedikit & tangan pegangan pada pegangan kaset
bahu rileks
batas lateral pada rusuk
angkat mammae pada bentuk normal lalu di kompresi
2. recumben
tidur miring
lengan yang diamati diangkat
kaset diletkan didepan axila
mammae yang lain tarik ke posterior
kolimasi pada mammae saja
craniocaudal ( duduk / berdiri )
1. tempatkan mammae pada film
2. batas tepi film berad dalm dinding dada di bawah payudara
3. suruh pasien untuk menekan dada ke film shg mammae infor berada pada film
4. bahu rileks
5. kepala menjauh
6. kolimasi sesuai
7. informasikan tentang tindakan kompresi
8. cek kembali mammae sebelum kompresi
9. kompresi scra perlahan – lahan
10. setelah kompresi pasien suruh tahan nafas dan eksposi
mammografi terutama di gunakan untuk :
1. wanita yang berumur lebih dari 35 th
2. wanita yang tidak menikah
3. wanita yang tidak punya anak
4. wanita yang melahirkan anak pertamanya, umurnya lebih dari 30th
5. wanita pada masa menopouse
6. wanita yang punya silsilah keluarga terkena kanker
variasi pada jaringan mammae:
1. wanita post pubertal = berisi jaringan konektif, berdensitas tinggi, radiografinya homogen dengan sedikit perbedaan jaringan
2. wanita hamil = sampai akhir menyusui, hipertrophi yang signifikan pada kelenjar duck nya, mammae sangat dense & opaq ( tidak kontras )
3. wanita yg tdk menyusui lagi = terjadi involsi besar pada kelenjar dan parenkimnya sehingga terjadi penimbunan lemak dan kontras tinggi
4. wanita menopouse = kelenjar mammae mengalami ” ATROPI GRADUAL ”
5. terjadi akumulasi lemak & kelenjar yang berbeda pada setiap orang.
Standart alat mammografi
1. kaset ber IS tunggal dengan kualitas tinggi
2. film beremulsi tunggal mengurangi pa2ran radiasi, image lebih baik
3. kompresi mammae
4. teknik KV rendah ( 28 – 36 ) dengan transformer khusus
5. tabung X – ray dangan Target Molibdenum ( produksi energi rendah )
6. ada filter tambahan 0.03 mm = 0.5 mm Al
7. fokus kecil
8. kolimasi berkas
9. pasewat lengkap dengan variasi posisi pasien
kaset radiologi dan kamar gelap
1.Kamar Gelap
Pemeriksaan radiograf merupakan salah satu upaya kegiatan medis dalam menegakkan diagnosa. Keberhasilan menghasilkan radiograf yang berkualitas dan memiliki standar estetika radiografi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satunya adalah aktivitas di kamar gelap (dark room) selama melakukan kegiatan prossesing film radiografi.
Kegiatan prossesing radiografi dilaksanakan di kamar gelap diawali dari daerah kering dengan memasukkan film radiografi yang belum di ekspos (unekspose) ke dalam kaset yang selanjutnya dilakukan eksposi terhadap film tersebut. Kegiatan selanjutnya adalah unloading yaitu mengeluarkan film radiografi dari dalam kaset untuk dilakukan prossesing film radiografi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di daerah basah adalah aktivitas memproses film secara kimiawi.
Karena, begitu pentingnya kamar gelap, maka hal-hal di bawah ini merupakan sekelumit tentang kamar gelap yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah :
1. Fungsi Kamar Gelap
Tempat untuk mengisi dan mengeluarkan film dari kaset
Tempat untuk memasukkan film pada automatik prosessor
Tempat pemeliharaan kaset, intensyfing screen, dan automatic processor.
Tempat penyimpanan unekspose film.
Tempat membuat duplikasi dan subtraksi film.
Tempat melakukan silver recovery.
2 Lokasi Kamar Gelap
2.1. Ditempatkan pada tempat yang strategis., sehingga mudah di capai dari tempat-tempat pemotretan.
2.2. Berdekatan dengan kamar sortir film
2.3. Dekat dengan ruang arsip
2.4. Dianjurkan untuk dua kamar pemotretan tersedia satu kamar gelap.
3. Konstruksi Kamar Gelap
3.1. Ukuran :
Luas 3 X 3 m persegi dengan tinggi 2,75 m
3.2. Lantai
Bahan tidak mudah kropos.
Tahan terhadap cairan pencuci film.
Tidak licin, jika lantai basah.
3.3. Dinding.
Warna terang
Memantulkan cahaya
Mudah dibersihkan
3.4. Langit-langit.
Di cat dengan warna yang tidak mengelupas
1.4. Proteksi Radiasi Kamar Gelap
Ketebalan dinding di buat equivalen 2 mm Pb
Tembok biasa dengan ketebalan 20 – 25 cm
Dinding beton cor setebal 15 cm
Tembok biasa dapat dilapisi dengan plat Pb 2 mm
2.Kaset
Untuk melindungi film x-ray yang telah maupun belum di ekspose diperlukan suatu alat yang disebut kaset. Kaset, dalam panggunaannya selalu bersama dengan intensyfing screen yang terletak di depan dan dibelakang film. Kaset memili berbagai fungsi, diantaranya adalah: melindungi intensyfing screen dari kerusakan akibat tekanan mekanik, menjaga intensyfing screen dari kotoran dan debu. Selain itu kaset juga berfungsi menjaga agar film dapat dengan rapat menempel pada kedua intensyfing screen yang terletak di depan dan belakang kaset tersebut secara sempurna serta membatasi radiasi hambur balik dari belakang kaset.
kaset memilki berbagai macam ukuran. Diantaranya adalah berukuran : (18 X 24) cm, (24 X 30) cm, (30 X 40) cm, (35 X 35) cm dan (35 X 43) cm. Penggunaan berbagai macam kaset ini ditentukan oleh objek yang akan di periksa.sebagai contoh adalah pemeriksaan pada manus. Karena objeknya kecil maka untuk effisiensinya menggunakan kaset yang berukuran (18 X 24) cm. adapun ciri-ciri konstruksi kaset yang ideal menurut standar yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
a)kuat dan tahan untuk pemakaian sehari-hari.
b)Ringan sehingga memudahkan penyimpanan dan pada kondisi penerangan yang cukup, mudah di buka dan di tutup.
c)memiliki tepi atau sudut yang tidak tajam sehingga tidak melukai pasien maupun pekerja.
d)Bagian depan kaset tidak mempengaruhi kualitas radiograf yang dihasilkan.
Bagian belakang dilapisi oleh lapisan besi atau Pb. Sehingga dapat mengurangi radiasi hambur balik yang berasal dari kaset bagian belakang.
Keberadaan kaset dengan fungsi-fungsimya mau tidak mau akan memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pemeriksaan radiodiagnostik. Oleh sebab itu kaset harus dijaga sedemikian rupa dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi. Kerusakan-kerusakan pada kaset ini sering terjadi ketika penempatan kaset yang dalam penggunaannya sering berada langsung di bawah pasien sehingga terjadi tekanan-tekanan mekanik. Dan kaset yang secara tidak sengaja terjatuh serta benturan-benturan yang terjadi padanya, juga merupakan penyebab kaset mengalami disfungsi. Disfungsi ini dapat terlihat ketika kaset tidak dapat melindungi film dari cahaya luar, sehingga akan dihasilkan fog pada hasil radiograf. Tentunya dengan temuan ini akan mengganggu radiograf yang dihasilkan.
3.Film
Film merupakan salah satu peralatan radiologi yang sangat vital dan sangat sensitif terhadap cahaya maupun sinar-x. Film ini, berdasarkan kesensitifan dan emulsinya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu blue sensitive dan green sensitive atau sering di sebut juga dengan istilah film yang memiliki karakteristik low speed dan high speed.
Blue sensitif sering dikenal juga dengan monocromatic emultion, yaitu jenis emulsi film yang hanya peka sampai dengan panjang gelombang warna biru. Seangkan green sensitive sering disebut juga dengan policromatic emultion, yaitu jenis emulsi film yang hanya peka sampai dengan panjang gelombangnya warna hijau. Adapun bagian-bagian film radiografi akan dipaparkan sebagai berikut
3.1. Dasar film (film base)
Bahan utama film base terbuat dari poliester, dan umumnya memiliki zat warna kebiruan (blue base). Film base ini memiliki ketebelan kurang-lebih 0,18 mm.
3.2. Lapisan perekat (subtratum layer)
3.3.1 Fungsi lapisan perekat
3.3.1.1. Menempelkan lapisan emulsi film secara merata pada lapisan datar.
3.3.1.2. Mencegah rerpisahnya butiran-butiran emulsi film.
Bahan yang digunakan untuk lapisan perekat adalah larutan gelatin. Larutan gelatin adalah susunan protein yang sangat komplek yang berasal dari kollagen fibres (potongan-potongan serat) yang berasal dari kartilago, kulit dan osesin binatang memamah biak, yang selanjutnya di proses secara hidrolisis sehingga terbentuknya gelatin polymer (NH2 CH2 COOH)n. Adapun sifat-sifat gelatin yang menguntungkan anatra lain :
a.Mempunyai daya ikat yang baik terhadap butiran-butiran perak halida.
b.Pada suhu tertentu mudah bersenyawa dengan larutan lain dan jika didinginkan akan kembali mengeras.
c.Tidak memberi pengaruh terhadap perak halida, baik setelah maupun sebelum disinari.
d.Jika dimasukkan ke dalam latutan prossesing ( pembangkit ) akan mudah mengembang, sehingga gelatin ini akan memberi kesempatan kepada zat-zat lain untuk bereaksi.
3.3.Emulsi film
Emulsi film merupakan “ sensitive material ” yang digunakan untuk membentuk bayangan radiograf. Ada tiga jenis halida yang biasa seringa dipergunakan. Diantaranya yaitu :
3.3.1 Silver bromida ( AgBr )
3.3.1.1.Memiliki cut-off sensitivity mencapai 480 nm. cut-off sensitivity adalah batas panjang gelombang dari emulsi film yang menunjukkan batas akhir kesensitifannya.
Memiliki peak sensitivity mencapai 430 nm.Peak sensitivity adalah panjang gelombang dimana emulsi film menunjukkan pada tingkat yang paling sensitif.
Umumnya digunakan untuk pembuatan emulsi film radiografi maupun fotografi.
3.3.2 Perak iodida ( AgI )
Umumnya digunakan sebagai halida campuran dengan tujuan untuk meningkatkan sensitifitasnya.
3.3.3 Silver clorida ( AgC l )
3.4. Lapisan pelindung (supercoat)
Lapisan pelindung ini terbuat dari gelatin dan berfungsi sebagai antibrasi (luka atau terkelupas).
4. Larutan Developer
Larutan developer adalah larutan yang berfungsi membangkitkan bayangan laten menjadi bayangan nyata dengan cara mereduksi AgBr yang terkena sinar menjadi perak metalik. Adapun bahan pereduksinya adalah sebagai berikut :
4.1. Metol
4.2. Phenidon
4.3. Hydroquinon
5. Rinsing
Rinsing merupakan tahap prossesing yang dilakukan antara larutan pembangkit dengan fiksasi yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan pembangkit yang terbawa oleh film. Ada pun bahannya adalah air ( bukan air mineral ).
6. Larutan Fixer
6.1. Sifat bahan yang dipakai :
6.2. Tujuan :
6.2.1. Menghentikan proses pembangkitan
6.2.2. Melarutkan AgBr yang tidak tereduksi
6.2.3. Menyamak emulsi
7. Washing
Washing merupakan tahap prossesing yang dilakukan antara fixer dengan drieng yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan fixer dari permukaan film yang apabila dibiarkan akan merusak kualitas gambar. Washing ini bahannnya sama dengan rinshing yaitu air.
8. DrYIng
Drieng merupakan tahap terakhir dari pelaksanaan pembuatan radiograf. Dring ini berfungsi untuk mengeringkan kaset setelah tahap washing.
Pemeriksaan radiograf merupakan salah satu upaya kegiatan medis dalam menegakkan diagnosa. Keberhasilan menghasilkan radiograf yang berkualitas dan memiliki standar estetika radiografi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satunya adalah aktivitas di kamar gelap (dark room) selama melakukan kegiatan prossesing film radiografi.
Kegiatan prossesing radiografi dilaksanakan di kamar gelap diawali dari daerah kering dengan memasukkan film radiografi yang belum di ekspos (unekspose) ke dalam kaset yang selanjutnya dilakukan eksposi terhadap film tersebut. Kegiatan selanjutnya adalah unloading yaitu mengeluarkan film radiografi dari dalam kaset untuk dilakukan prossesing film radiografi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di daerah basah adalah aktivitas memproses film secara kimiawi.
Karena, begitu pentingnya kamar gelap, maka hal-hal di bawah ini merupakan sekelumit tentang kamar gelap yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah :
1. Fungsi Kamar Gelap
Tempat untuk mengisi dan mengeluarkan film dari kaset
Tempat untuk memasukkan film pada automatik prosessor
Tempat pemeliharaan kaset, intensyfing screen, dan automatic processor.
Tempat penyimpanan unekspose film.
Tempat membuat duplikasi dan subtraksi film.
Tempat melakukan silver recovery.
2 Lokasi Kamar Gelap
2.1. Ditempatkan pada tempat yang strategis., sehingga mudah di capai dari tempat-tempat pemotretan.
2.2. Berdekatan dengan kamar sortir film
2.3. Dekat dengan ruang arsip
2.4. Dianjurkan untuk dua kamar pemotretan tersedia satu kamar gelap.
3. Konstruksi Kamar Gelap
3.1. Ukuran :
Luas 3 X 3 m persegi dengan tinggi 2,75 m
3.2. Lantai
Bahan tidak mudah kropos.
Tahan terhadap cairan pencuci film.
Tidak licin, jika lantai basah.
3.3. Dinding.
Warna terang
Memantulkan cahaya
Mudah dibersihkan
3.4. Langit-langit.
Di cat dengan warna yang tidak mengelupas
1.4. Proteksi Radiasi Kamar Gelap
Ketebalan dinding di buat equivalen 2 mm Pb
Tembok biasa dengan ketebalan 20 – 25 cm
Dinding beton cor setebal 15 cm
Tembok biasa dapat dilapisi dengan plat Pb 2 mm
2.Kaset
Untuk melindungi film x-ray yang telah maupun belum di ekspose diperlukan suatu alat yang disebut kaset. Kaset, dalam panggunaannya selalu bersama dengan intensyfing screen yang terletak di depan dan dibelakang film. Kaset memili berbagai fungsi, diantaranya adalah: melindungi intensyfing screen dari kerusakan akibat tekanan mekanik, menjaga intensyfing screen dari kotoran dan debu. Selain itu kaset juga berfungsi menjaga agar film dapat dengan rapat menempel pada kedua intensyfing screen yang terletak di depan dan belakang kaset tersebut secara sempurna serta membatasi radiasi hambur balik dari belakang kaset.
kaset memilki berbagai macam ukuran. Diantaranya adalah berukuran : (18 X 24) cm, (24 X 30) cm, (30 X 40) cm, (35 X 35) cm dan (35 X 43) cm. Penggunaan berbagai macam kaset ini ditentukan oleh objek yang akan di periksa.sebagai contoh adalah pemeriksaan pada manus. Karena objeknya kecil maka untuk effisiensinya menggunakan kaset yang berukuran (18 X 24) cm. adapun ciri-ciri konstruksi kaset yang ideal menurut standar yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
a)kuat dan tahan untuk pemakaian sehari-hari.
b)Ringan sehingga memudahkan penyimpanan dan pada kondisi penerangan yang cukup, mudah di buka dan di tutup.
c)memiliki tepi atau sudut yang tidak tajam sehingga tidak melukai pasien maupun pekerja.
d)Bagian depan kaset tidak mempengaruhi kualitas radiograf yang dihasilkan.
Bagian belakang dilapisi oleh lapisan besi atau Pb. Sehingga dapat mengurangi radiasi hambur balik yang berasal dari kaset bagian belakang.
Keberadaan kaset dengan fungsi-fungsimya mau tidak mau akan memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pemeriksaan radiodiagnostik. Oleh sebab itu kaset harus dijaga sedemikian rupa dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi. Kerusakan-kerusakan pada kaset ini sering terjadi ketika penempatan kaset yang dalam penggunaannya sering berada langsung di bawah pasien sehingga terjadi tekanan-tekanan mekanik. Dan kaset yang secara tidak sengaja terjatuh serta benturan-benturan yang terjadi padanya, juga merupakan penyebab kaset mengalami disfungsi. Disfungsi ini dapat terlihat ketika kaset tidak dapat melindungi film dari cahaya luar, sehingga akan dihasilkan fog pada hasil radiograf. Tentunya dengan temuan ini akan mengganggu radiograf yang dihasilkan.
3.Film
Film merupakan salah satu peralatan radiologi yang sangat vital dan sangat sensitif terhadap cahaya maupun sinar-x. Film ini, berdasarkan kesensitifan dan emulsinya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu blue sensitive dan green sensitive atau sering di sebut juga dengan istilah film yang memiliki karakteristik low speed dan high speed.
Blue sensitif sering dikenal juga dengan monocromatic emultion, yaitu jenis emulsi film yang hanya peka sampai dengan panjang gelombang warna biru. Seangkan green sensitive sering disebut juga dengan policromatic emultion, yaitu jenis emulsi film yang hanya peka sampai dengan panjang gelombangnya warna hijau. Adapun bagian-bagian film radiografi akan dipaparkan sebagai berikut
3.1. Dasar film (film base)
Bahan utama film base terbuat dari poliester, dan umumnya memiliki zat warna kebiruan (blue base). Film base ini memiliki ketebelan kurang-lebih 0,18 mm.
3.2. Lapisan perekat (subtratum layer)
3.3.1 Fungsi lapisan perekat
3.3.1.1. Menempelkan lapisan emulsi film secara merata pada lapisan datar.
3.3.1.2. Mencegah rerpisahnya butiran-butiran emulsi film.
Bahan yang digunakan untuk lapisan perekat adalah larutan gelatin. Larutan gelatin adalah susunan protein yang sangat komplek yang berasal dari kollagen fibres (potongan-potongan serat) yang berasal dari kartilago, kulit dan osesin binatang memamah biak, yang selanjutnya di proses secara hidrolisis sehingga terbentuknya gelatin polymer (NH2 CH2 COOH)n. Adapun sifat-sifat gelatin yang menguntungkan anatra lain :
a.Mempunyai daya ikat yang baik terhadap butiran-butiran perak halida.
b.Pada suhu tertentu mudah bersenyawa dengan larutan lain dan jika didinginkan akan kembali mengeras.
c.Tidak memberi pengaruh terhadap perak halida, baik setelah maupun sebelum disinari.
d.Jika dimasukkan ke dalam latutan prossesing ( pembangkit ) akan mudah mengembang, sehingga gelatin ini akan memberi kesempatan kepada zat-zat lain untuk bereaksi.
3.3.Emulsi film
Emulsi film merupakan “ sensitive material ” yang digunakan untuk membentuk bayangan radiograf. Ada tiga jenis halida yang biasa seringa dipergunakan. Diantaranya yaitu :
3.3.1 Silver bromida ( AgBr )
3.3.1.1.Memiliki cut-off sensitivity mencapai 480 nm. cut-off sensitivity adalah batas panjang gelombang dari emulsi film yang menunjukkan batas akhir kesensitifannya.
Memiliki peak sensitivity mencapai 430 nm.Peak sensitivity adalah panjang gelombang dimana emulsi film menunjukkan pada tingkat yang paling sensitif.
Umumnya digunakan untuk pembuatan emulsi film radiografi maupun fotografi.
3.3.2 Perak iodida ( AgI )
Umumnya digunakan sebagai halida campuran dengan tujuan untuk meningkatkan sensitifitasnya.
3.3.3 Silver clorida ( AgC l )
3.4. Lapisan pelindung (supercoat)
Lapisan pelindung ini terbuat dari gelatin dan berfungsi sebagai antibrasi (luka atau terkelupas).
4. Larutan Developer
Larutan developer adalah larutan yang berfungsi membangkitkan bayangan laten menjadi bayangan nyata dengan cara mereduksi AgBr yang terkena sinar menjadi perak metalik. Adapun bahan pereduksinya adalah sebagai berikut :
4.1. Metol
4.2. Phenidon
4.3. Hydroquinon
5. Rinsing
Rinsing merupakan tahap prossesing yang dilakukan antara larutan pembangkit dengan fiksasi yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan pembangkit yang terbawa oleh film. Ada pun bahannya adalah air ( bukan air mineral ).
6. Larutan Fixer
6.1. Sifat bahan yang dipakai :
6.2. Tujuan :
6.2.1. Menghentikan proses pembangkitan
6.2.2. Melarutkan AgBr yang tidak tereduksi
6.2.3. Menyamak emulsi
7. Washing
Washing merupakan tahap prossesing yang dilakukan antara fixer dengan drieng yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan fixer dari permukaan film yang apabila dibiarkan akan merusak kualitas gambar. Washing ini bahannnya sama dengan rinshing yaitu air.
8. DrYIng
Drieng merupakan tahap terakhir dari pelaksanaan pembuatan radiograf. Dring ini berfungsi untuk mengeringkan kaset setelah tahap washing.
Digital radiografi
1. Pengertian
Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar_X, dimana sensor-sensor sinar-X digital digunakan menggatikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi digantikan dengan sistem komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer.
2. Komponen Digital Radiography
Sebuah sistem digital radiographi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-ray source, detektor, Analog-Digital Converter, Computer, dan Output Device.
A. X-ray Source
Sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR sama dengan sumber X-ray pada Coventional Radiography. Oleh karena itu, untuk merubah radiografi konvensional menjadi DR tidak perlu mengganti pesawat X-ray.
B. Image Receptor
Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan keberadaan kaset dan film. Ada dua tipe alat penangkap gambar digital, yaitu Flat Panel Detectors (FPDs) dan High Density Line Scan Solid State Detectors.
1) Flat Panel Detectors (FPDs)
FPDs adalah jenis detektor yang dirangkai menjadi sebuah panel tipis. Berdasarkan bahannya, FPDs dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Amorphous Silicon
Amorphous Silicon (a-Si) tergolong teknologi penangkap gambar tidak langsung karena sinar-X diubah menjadi cahaya. Dengan detektor-detektor a-Si, sebuah sintilator pada lapisan terluar detektor (yang terbuat dari Cesium Iodida atau Gadolinium Oksisulfat), mengubah sinar-X menjadi cahaya. Cahaya kemudian diteruskan melalui lapisan photoiodida a-Si dimana cahaya tersebut dikonversi menjadi sebuah sinyal keluaran digital. Sinyal digital kemudian dibaca oleh film transistor tipis (TFT’s) atau oleh Charged Couple Device (CCD’s). Data gambar dikirim ke dalam sebuah computer untuk ditampilkan. Detektor a-Si adalah tipe FPD yang paling banyak dijual di industri digital imaging saat ini.
b. Amorphous Selenium (a-Se)
Amorphous Selenium (a-Se) dikenal sebagai detektor langsung karena tidak ada konversi energi sinar-X menjadi cahaya. Lapisan terluar dari flat panel adalah elektroda bias tegangan tinggi. Elektrode bias mempercepat energi yang ditangkap dari penyinaran sinar X mealui lapisan selenium. Foton-foton sinar-X mengalir melalui lapisan selenium menciptakan pasangan lubang electron. Lubang-lubang elektron tersebut tersimpan dalam selenium berdasarkan pengisian tegangan bias. Pola (lubang-lubang) yang terbentuk pada lapisan selenium dibaca oleh rangakaian TFT atau Elektrometer Probes untuk diinterpretasikan menjadi citra.
2) High Density Line Scan Solid State device
Tipe penangkapan gambar yang kedua pada DR adalah High Density Line Scan Solid State device. Alat ini terdiri dari Photostimulable Barium Fluoro Bromide yang dipadukan dengan Europium (BaFlBr:Eu) tatu Fosfor Cesium Bromida (CsBr).
Detektor fosofor merekam energi sinar-X selama penyinaran dan dipindai (scan) oleh sebuah dioda laser linear untuk mengeluarkan energi yang tersimpan yang kemudian dibaca oleh sebuah penangkap gambar digital Charge Coupled Devices (CCD’s). Image data kemudian ditransfer oleh Radiografer untuk ditampilkan dan dikirim menuju work stasion milik radiolog.
C. Analog to Digital Converter
Komponen ini berfungsi untuk merubah data analog yang dikeluarkan detektor menjadi data digital yang dapat diinterpretasikan oleh komputer.
D. Komputer
Komponen ini berfungsi untuk mengolah data, manipulasi image, menyimpan data-data (image), dan menghubungkannya dengan output device atau work station.
E. Output Device
Sebuah sistem digital radiografi memiliki monitor untuk menampilkan gambar. Melaui monitor ini, radiografer dapat menentukan layak atau tidaknya gambar untuk diteruskan kepada work station radiolog.
Selain monitor, output device dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data dalam bentuk fisik (radiograf). Media yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk mengasilkan gambar.
Gambar yang dihasilkan dapat langsung dikirimkan dalam bentuk digital kepada radiolog di ruang baca melaui jaringan work station. Dengan cara ini, dimungkinkan pembacaan foto melaui teleradiology.
Pesawat Digital Radiography
Gambar Hasil Pencitraan dengan DR
2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja Digital Radiography (DR) atau (DX) pada intinya menangkap sinar-X tanpa menggunakan film. Sebagai ganti film sinar X, digunakan sebuah penangkap gambar digital untuk merekam gambar sinar X dan mengubahnya menjadi file digital yang dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan disimpan sebagai bagian rekam medis pasien.
Skema Prinsip Kerja DR
4. Kelebihan dan Kekurangan Digital Radiography
Kelebihan yang dimiliki digital radiography antara lain:
a. Cepat dan efisien karena tidak membutuhkan kamar gelap untuk pencetakan gambar.
b. Hasil lebih akurat.
c. Sistem sinar-X (pesawat) dapat tetap digunakan dengan dilakukan moifikasi.
d. Tidak membutuhkan ahli komputer karena perangkat lunak yang digunakan untuk mengatur image mudah digunakan.
e. Angka penolakan film dapat ditekan.
f. Dapat digunakan untuk radiografi mobile X-Ray unit dengan detektor digital (flat digital).
Kekurangan digital radiography antara lain :
a. Dibutuhkan dana yang besar untuk mengganti fasilitas radiografi konvensional menjadi digital.
b. Kesalahan faktor eksposi yang terlalu parah tidak dapat diperbaiki.
c. Walaupun diklaim dapat mengurangi dosis yang diterima pasien, digital radiografi justru lebih sering meningkatkan dosis pasien, karena
- Over eksposure tidak akan terdeteksi (dapat dikurangi dengan mudah dalam proses komputer). Sehingga radiografer cenderung menambah faktor eksposi.
- Pengulangan pemeriksaan (sebelum dicetak) tidak akan menambah jumlah film yang digunakan, sehingga menurunkan tingkat kehati-hatian radiografer.
Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar_X, dimana sensor-sensor sinar-X digital digunakan menggatikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi digantikan dengan sistem komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer.
2. Komponen Digital Radiography
Sebuah sistem digital radiographi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-ray source, detektor, Analog-Digital Converter, Computer, dan Output Device.
A. X-ray Source
Sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR sama dengan sumber X-ray pada Coventional Radiography. Oleh karena itu, untuk merubah radiografi konvensional menjadi DR tidak perlu mengganti pesawat X-ray.
B. Image Receptor
Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan keberadaan kaset dan film. Ada dua tipe alat penangkap gambar digital, yaitu Flat Panel Detectors (FPDs) dan High Density Line Scan Solid State Detectors.
1) Flat Panel Detectors (FPDs)
FPDs adalah jenis detektor yang dirangkai menjadi sebuah panel tipis. Berdasarkan bahannya, FPDs dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Amorphous Silicon
Amorphous Silicon (a-Si) tergolong teknologi penangkap gambar tidak langsung karena sinar-X diubah menjadi cahaya. Dengan detektor-detektor a-Si, sebuah sintilator pada lapisan terluar detektor (yang terbuat dari Cesium Iodida atau Gadolinium Oksisulfat), mengubah sinar-X menjadi cahaya. Cahaya kemudian diteruskan melalui lapisan photoiodida a-Si dimana cahaya tersebut dikonversi menjadi sebuah sinyal keluaran digital. Sinyal digital kemudian dibaca oleh film transistor tipis (TFT’s) atau oleh Charged Couple Device (CCD’s). Data gambar dikirim ke dalam sebuah computer untuk ditampilkan. Detektor a-Si adalah tipe FPD yang paling banyak dijual di industri digital imaging saat ini.
b. Amorphous Selenium (a-Se)
Amorphous Selenium (a-Se) dikenal sebagai detektor langsung karena tidak ada konversi energi sinar-X menjadi cahaya. Lapisan terluar dari flat panel adalah elektroda bias tegangan tinggi. Elektrode bias mempercepat energi yang ditangkap dari penyinaran sinar X mealui lapisan selenium. Foton-foton sinar-X mengalir melalui lapisan selenium menciptakan pasangan lubang electron. Lubang-lubang elektron tersebut tersimpan dalam selenium berdasarkan pengisian tegangan bias. Pola (lubang-lubang) yang terbentuk pada lapisan selenium dibaca oleh rangakaian TFT atau Elektrometer Probes untuk diinterpretasikan menjadi citra.
2) High Density Line Scan Solid State device
Tipe penangkapan gambar yang kedua pada DR adalah High Density Line Scan Solid State device. Alat ini terdiri dari Photostimulable Barium Fluoro Bromide yang dipadukan dengan Europium (BaFlBr:Eu) tatu Fosfor Cesium Bromida (CsBr).
Detektor fosofor merekam energi sinar-X selama penyinaran dan dipindai (scan) oleh sebuah dioda laser linear untuk mengeluarkan energi yang tersimpan yang kemudian dibaca oleh sebuah penangkap gambar digital Charge Coupled Devices (CCD’s). Image data kemudian ditransfer oleh Radiografer untuk ditampilkan dan dikirim menuju work stasion milik radiolog.
C. Analog to Digital Converter
Komponen ini berfungsi untuk merubah data analog yang dikeluarkan detektor menjadi data digital yang dapat diinterpretasikan oleh komputer.
D. Komputer
Komponen ini berfungsi untuk mengolah data, manipulasi image, menyimpan data-data (image), dan menghubungkannya dengan output device atau work station.
E. Output Device
Sebuah sistem digital radiografi memiliki monitor untuk menampilkan gambar. Melaui monitor ini, radiografer dapat menentukan layak atau tidaknya gambar untuk diteruskan kepada work station radiolog.
Selain monitor, output device dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data dalam bentuk fisik (radiograf). Media yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk mengasilkan gambar.
Gambar yang dihasilkan dapat langsung dikirimkan dalam bentuk digital kepada radiolog di ruang baca melaui jaringan work station. Dengan cara ini, dimungkinkan pembacaan foto melaui teleradiology.
Pesawat Digital Radiography
Gambar Hasil Pencitraan dengan DR
2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja Digital Radiography (DR) atau (DX) pada intinya menangkap sinar-X tanpa menggunakan film. Sebagai ganti film sinar X, digunakan sebuah penangkap gambar digital untuk merekam gambar sinar X dan mengubahnya menjadi file digital yang dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan disimpan sebagai bagian rekam medis pasien.
Skema Prinsip Kerja DR
4. Kelebihan dan Kekurangan Digital Radiography
Kelebihan yang dimiliki digital radiography antara lain:
a. Cepat dan efisien karena tidak membutuhkan kamar gelap untuk pencetakan gambar.
b. Hasil lebih akurat.
c. Sistem sinar-X (pesawat) dapat tetap digunakan dengan dilakukan moifikasi.
d. Tidak membutuhkan ahli komputer karena perangkat lunak yang digunakan untuk mengatur image mudah digunakan.
e. Angka penolakan film dapat ditekan.
f. Dapat digunakan untuk radiografi mobile X-Ray unit dengan detektor digital (flat digital).
Kekurangan digital radiography antara lain :
a. Dibutuhkan dana yang besar untuk mengganti fasilitas radiografi konvensional menjadi digital.
b. Kesalahan faktor eksposi yang terlalu parah tidak dapat diperbaiki.
c. Walaupun diklaim dapat mengurangi dosis yang diterima pasien, digital radiografi justru lebih sering meningkatkan dosis pasien, karena
- Over eksposure tidak akan terdeteksi (dapat dikurangi dengan mudah dalam proses komputer). Sehingga radiografer cenderung menambah faktor eksposi.
- Pengulangan pemeriksaan (sebelum dicetak) tidak akan menambah jumlah film yang digunakan, sehingga menurunkan tingkat kehati-hatian radiografer.
Prinsip Terbentuknya Bayangan Laten
1.Pengertian
Bayangan/gambar/image dari radiograf yang belum diproses lebih lanjut setelah pemotretan, sehingga bayangan /gambar/ image tersebut tidak terlihat.
2.Processing the latent image
=Bayangan/gambar/image tidak terlihat karena hanya sedikit atom Ag yang terkumpul di daerah sensitivity speck.
=Proses kimia diperlukan agar bayangan laten menjadi bayangan/gambar yang terlihat Gambar ->manifes (manifest radiographic film)
=Proses kimia yang dimaksud dikenal sebagai istilah Processing
=Alatnya dikenal dengan nama: Film Processor
=Karena Otomatis è Automatic Processing Film (APF)
3.Bagian-bagian processing
a.Wetting (pembasahan)
Dibasahi dengan air
Direndam 15 detik
Tujuan: mengembangkan gelatin dalam emulsi
Untuk mesin APF, wetting sekaligus dilakukan di proses development
b.Development (pengembangan)
Development adalah proses kimia yang memperkuat gambar laten.
Hanya kristal yang mengandung bayangan laten (kristal yang terekspose)
Yang akan dikembangkan (develop) oleh developer.
Komponen utama developer
Overdevelop==> development fog
c. Stop Bath
=Penghentian proses development agar tidak terjadi development fog.
=Development fog terjadi karena proses kimia yang berlebihan sehingga, kristal AgBr yang tidak terekspose radiasi ikut terproses menjadi hitam.
=Mengakibatkan kualitas film radiograf menjadi jelek, disebut terlalu ”keras”/”matang”
d. Fixing
=Setelah film dikembangkan (develop), maka hasilnya perlu dimantapkan dengan fixing.
=Gambar difix-kan, dimantapkan menjadi gambar permanen.
=Fixer yang bagus membuat kualitas gambar yang sudah dikembangkan menjadi baik (archival quality)
Ada 5 komponen dalam fixer:
1) Pengaktif (Activator)
2) Clearing agent (agen penjernih)
3) Pengeras (Hardener)
4) Penjaga/pemelihara (preservative)
5) Pelarut (solvent)
e. Washing (pencucian)
Bahan utama air
Tujuan: untuk menghilangkan sisa emulsi & sisa-sisa kimia akibat proses developing & fixing
Suhu air dijaga di bawah suhu developing, sekitar 28°C
Pembersihan dijaga waktunya.
Terlalu bersih tidak baik, karena masih membutuhkan bahan kimia di radiograf
Kurang/tidak “bersih” juga tidak baik, karena sisa kimia yang terlalu banyak, akan mengakibatkan reaksi lebih lanjut.
f. Dying (Pengeringan)
=Proses terakhir adalah pengeringan
=Mengeringkan dari air
=Radiograf yang lembab, tidak baik, karena dapat merusak gambar film, bahkan mungkin berjamur
=Cara penyimpanan radiograf yg baik adalah ditempat yang kering, suhu kamar (sejuk), tidak lembab.
=Proses manual > 1 jam
=Proses automatis ~ 90 detik
4. Penampang film radiograf
Terdiri dari base (dasar film), dan Super coating emulsion adhesive (pelapis super, dari bahan mudah larut, yang melekat dengan kuat)
EMULSI
•Emulsion (emulsi) terdiri atas campuran gelatin dan kristal perak bromida (AgBr) atau perak Iodida (AgI)
•Gelatin: jernih, tembus cahaya, melindungi kristal AgBr / AgI dari kerusakan kristal (goresan, proses kimia)
5.Proses Pembentukan gambar Laten
Keterangan :
A.Energi sinar X diserap total oleh kristal Perak Bromida (AgBr), di dalam atom Br terjadi interaksi antara sinar x dengan elektron => efek fotolistrik.
B.Atom Perak (Ag) dan Atom Bromida (Br) akan berikatan secara ionik menbentuk molekul/kristal Perak Bromida (AgBr)
AgBr à Ag + + Br – AgI à Ag + + I –
Br – + Photon (X) Ã Br + e –
I –+ Photon (X) Ã I + e –
e – bermigrasi ke daerah sensitivity speck
Terjadilah kumpulan elektron-2
C.Elektron-elektron berkumpul di daerah sensitivity speck, menyebabkan ion perak positif bermigrasi ke sensitivity speck dan bergabung dengan elektron èHukum Coulomb
Ag + + e – è Ag (netral)
Karena ikatan ionik antara Ag dan Br / I sudah terpisah, maka atom Br dan atom I akan terlepas dari kristal AgBr / AgI, dan bermigrasi ke daerah emulsion.
D.Atom Ag yg bermigrasi ke daerah sensitivity speck dan telah bergabung dengan elektron.
Hal tersebut terjadi pada jutaan atom.
Sekumpulan Atom Ag disebut pusat bayangan laten (Latent image center)
E.DaN Atom Ag yang terekspose/terpapar radiasi akan berwarna hitam.
Bayangan/gambar/image dari radiograf yang belum diproses lebih lanjut setelah pemotretan, sehingga bayangan /gambar/ image tersebut tidak terlihat.
2.Processing the latent image
=Bayangan/gambar/image tidak terlihat karena hanya sedikit atom Ag yang terkumpul di daerah sensitivity speck.
=Proses kimia diperlukan agar bayangan laten menjadi bayangan/gambar yang terlihat Gambar ->manifes (manifest radiographic film)
=Proses kimia yang dimaksud dikenal sebagai istilah Processing
=Alatnya dikenal dengan nama: Film Processor
=Karena Otomatis è Automatic Processing Film (APF)
3.Bagian-bagian processing
a.Wetting (pembasahan)
Dibasahi dengan air
Direndam 15 detik
Tujuan: mengembangkan gelatin dalam emulsi
Untuk mesin APF, wetting sekaligus dilakukan di proses development
b.Development (pengembangan)
Development adalah proses kimia yang memperkuat gambar laten.
Hanya kristal yang mengandung bayangan laten (kristal yang terekspose)
Yang akan dikembangkan (develop) oleh developer.
Komponen utama developer
Overdevelop==> development fog
c. Stop Bath
=Penghentian proses development agar tidak terjadi development fog.
=Development fog terjadi karena proses kimia yang berlebihan sehingga, kristal AgBr yang tidak terekspose radiasi ikut terproses menjadi hitam.
=Mengakibatkan kualitas film radiograf menjadi jelek, disebut terlalu ”keras”/”matang”
d. Fixing
=Setelah film dikembangkan (develop), maka hasilnya perlu dimantapkan dengan fixing.
=Gambar difix-kan, dimantapkan menjadi gambar permanen.
=Fixer yang bagus membuat kualitas gambar yang sudah dikembangkan menjadi baik (archival quality)
Ada 5 komponen dalam fixer:
1) Pengaktif (Activator)
2) Clearing agent (agen penjernih)
3) Pengeras (Hardener)
4) Penjaga/pemelihara (preservative)
5) Pelarut (solvent)
e. Washing (pencucian)
Bahan utama air
Tujuan: untuk menghilangkan sisa emulsi & sisa-sisa kimia akibat proses developing & fixing
Suhu air dijaga di bawah suhu developing, sekitar 28°C
Pembersihan dijaga waktunya.
Terlalu bersih tidak baik, karena masih membutuhkan bahan kimia di radiograf
Kurang/tidak “bersih” juga tidak baik, karena sisa kimia yang terlalu banyak, akan mengakibatkan reaksi lebih lanjut.
f. Dying (Pengeringan)
=Proses terakhir adalah pengeringan
=Mengeringkan dari air
=Radiograf yang lembab, tidak baik, karena dapat merusak gambar film, bahkan mungkin berjamur
=Cara penyimpanan radiograf yg baik adalah ditempat yang kering, suhu kamar (sejuk), tidak lembab.
=Proses manual > 1 jam
=Proses automatis ~ 90 detik
4. Penampang film radiograf
Terdiri dari base (dasar film), dan Super coating emulsion adhesive (pelapis super, dari bahan mudah larut, yang melekat dengan kuat)
EMULSI
•Emulsion (emulsi) terdiri atas campuran gelatin dan kristal perak bromida (AgBr) atau perak Iodida (AgI)
•Gelatin: jernih, tembus cahaya, melindungi kristal AgBr / AgI dari kerusakan kristal (goresan, proses kimia)
5.Proses Pembentukan gambar Laten
Keterangan :
A.Energi sinar X diserap total oleh kristal Perak Bromida (AgBr), di dalam atom Br terjadi interaksi antara sinar x dengan elektron => efek fotolistrik.
B.Atom Perak (Ag) dan Atom Bromida (Br) akan berikatan secara ionik menbentuk molekul/kristal Perak Bromida (AgBr)
AgBr à Ag + + Br – AgI à Ag + + I –
Br – + Photon (X) Ã Br + e –
I –+ Photon (X) Ã I + e –
e – bermigrasi ke daerah sensitivity speck
Terjadilah kumpulan elektron-2
C.Elektron-elektron berkumpul di daerah sensitivity speck, menyebabkan ion perak positif bermigrasi ke sensitivity speck dan bergabung dengan elektron èHukum Coulomb
Ag + + e – è Ag (netral)
Karena ikatan ionik antara Ag dan Br / I sudah terpisah, maka atom Br dan atom I akan terlepas dari kristal AgBr / AgI, dan bermigrasi ke daerah emulsion.
D.Atom Ag yg bermigrasi ke daerah sensitivity speck dan telah bergabung dengan elektron.
Hal tersebut terjadi pada jutaan atom.
Sekumpulan Atom Ag disebut pusat bayangan laten (Latent image center)
E.DaN Atom Ag yang terekspose/terpapar radiasi akan berwarna hitam.
Sabtu, 20 November 2010
Computer Radiografi (CR)
Computer Radiografi (CR) merupakan suatu sistem atau proses untuk mengubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi. Computer Radiografi (CR) mempunyai perlengkapan operasional yang terdiri dari :
a). Imaging Plate
Imaging plate merupakan media pencatat sinar-X pada Computer Radiografi yang terbuat dari bahan photostimulable phosphor tinggi. Dengan menggunakan Imaging plate memungkinkan processor gambar untuk memodifikasi kontras.
Imaging plate berada dalam kaset Imaging. Fungsi dari Imaging plate adalah sebagai penangkap gambar dari objek yang sudah di sinar (ekspose). Prosesnya adalah pada saat terjadinya penyinaran, Imaging plate akan menangkap energi dan disimpan oleh bahan phosphor yang akan dirubah menjadi Electronic Signal dengan laser scenner dalam image reader.
b). Image reader
Image reader berfungsi sebagai pembaca dan mengolah gambar yang diperoleh dari Image plate. Semakin besar kapasitas memorinya maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk proses pembacaan Image plate, dan mempunyai daya simpan yang besar. Waktu tercepat yang diperlukan untuk membaca imaging plate pada image reader yaitu selama 64 detik.
Selain tempat dalam proses pembacaan, Image reader mempunyai peranan yang sangat penting juga dalam proses pengolahan gambar, sistem transportasi Image plate serta penghapusan data yang ada di Image plate. Image reader sudah dilengkapi dengan monitor yang berfungsi untuk menampilkan gambar yang sudah di baca oleh Image reader disebut dengan image console.
Image console berfungsi sebagai media pengolahan data, berupa computer khusus untuk medical imaging dengan touch screen monitor. Image console dilengkapi oleh bebagai macam menu yang menunjang dalam proses editing dan pengolahan gambar sesuai dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil gambaran organ tubuh, kondisi tulang dan kondisi soft tissue.
Terdapat menu yang sangat diperlukan dalam teknik radiofotografi yaitu kita bisa mempertinggi atau mengurangi densitas, ketajaman, kontras dan detail dari suatu gambaran radiografi yang diperoleh.
d). Image recorder
Image recorder mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang sudah diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh image plate kemudian di baca oleh image reader dan diolah oleh image console terus dikirim ke image recorder untuk dilakukan proses output dapat berupa media compact disc sebagai media penyimpanan.atau dengan printer laser yang berupa laser imaging film.
e). Personal Computer (PC)
Komputer berasal dari bahasa latin yaitu computare yang berarti menghitung. Komputer adalah sistem elektronik yang dapat menerima input data, dapat mengolah data, dapat menerima informasi, menggunakan suatu prograng yang tersimpan didalam memori komputer, dapat menyimpan program dan hasil pengolahan dan bekerja secara otomatis dibawah pengawasan suatu langkah-langkah instruksi-instruksi program yang tersimpan di memori. (Yulikuspartono. 1997)
Pada zaman sekarang ini, komputer tidak lagi seperti barang mewah melainkan barang kebutuhan yang harus dimiliki. Banyak sekali yang dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, dari mulai menghitung, membuat tulisan, sampai membuat film dan memanipulasi suatu gambar.
sumber www.portalradiografi.web.id/
Kamis, 28 Oktober 2010
FILM BADGE
FILM BADGE
Film badge merupakan salah satu alat pencatat dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi sesuai dengan PP.No.11 tahun 1975, tentang Keselamatan terhadap Pekerja Radiasi, maka setiap individu yang bekerja di unit pelayanan radiologi diharuskan memakai alat pencatat radiasi tersebut.
Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan dan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan film bagde tersebut, dilakukan penelitian di beberapa rumah sakit.
Dektetor yang digunakan disini berbentuk film fotografi, yang berbentuk emulsi butiran-gutiran perak halida, biasanya perak bromida (AgBr), ditunjang oleh matrik gelatin dan kemudian dilapisi bahan"acetat".
Film ini berfungsi sebagai detector karena apabila terkena radiasi, ion Ag+ akan berubah menjadi Ag dan disebut sebagai bayangan “latent”. detektor ini dapat menyimpan atau merekam dosis radiasi yang mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Pemrosesan dilakukan dengan larutan kimia yang akan memunculkan bayangan hitam pada film tersebut.
Tingkat kehitaman bayangan film sebanding dengan intensitas radiasi yang mengenainya. Semakin banyak radiasi yang mengenainya, tingkat kehitaman film akan semakin pekat.
Holder film selain sebagai berfungsi sebagai tempat film, juga sebagai (filter) untuk membedakan jenis dan energi radiasi yang menenainya
Energi radiasi pengion yang mengenai film akan menyebabkan beberapa butiran AgBr terionisasi(AgBr). Semakin besar dosis radiasi yang diserap semakin banyak butiran AgBr yeng terionisasi. Dalam proses penucian dengan larutan pengembang (developer),butiran-butiran Ag+ yang terionisasi akan berubah menjadi logam perak yang berwarna hitam. Proses pencucian kedua dengan larutan fixer akan melarutkan molekul-molekul AgBr sisa,Sedangkan yang telah menjadi logam perak akan terikat kuat seabagai bayangan hitam laten. Terlihat bahwa tingkat kehitaman bayangan akan sesuai dengan banyak dosis yang telah mengenainya.
Dosimetri film badge ini terdiri dari film,seperti film yang digunakan untuk rongten gigi, dan tempat film (holder). Holder film dosimetri ini mempunyai fungsi penting yaitu sebagai penyaring atau filter. Terdapat beberapa jenis filter separti plastik setebal 0,5 mm dan 3mm,aluminium 0,6mm,tembaga 0,3 mm,campuran Sn 0,8 mm dan Pb 0,4 mm serta campuran Cd 0,8 mm dan Pb 0,4 mm. Masing-masing jenis filter tersebut berfungsi untuk menyaring jenis radiasi atau energi radiasi yang berbeda.Dosimetri film badge ini mempunyai sifat akumilasi yang cukup baik.Film-film yang ada dipasaran dapat digunakan sampai 3 bulan. Keuntungan film lain dengan adanya filter-filter, film badge ini dapat membedakan jenis radiasi yang mengenai dan mempunyai rentang energi pengukuran yang lebih besar daripada disimetri saku. Keuntungan lain,filmnya, setelah diproses dapat digunakan untuk perhitungan yang lebih teliti serta dapat didokumentasikan. Kelemahannya,untuk mengetahui dosis yang telah mengenai harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman film,yaitu densitometer.
film badge harus dipakai dengan benar sehingga dapat menerima dosis secara akurat dan dapat merepresentasikan hasil yang diterima dari film badge tersebut. Seluruh bagian dari film badge harus dikenakan pada tubuh antara leher dan pinggang,biasanya sering diletak pada ikat pinggang atau saku baju. Klip-on film badge biasanya sering digunakan pada saat melakukan Xray atau gamma,yang biasanya berbentuk jam tangan
Contoh Gambar film badge:
Kerugian dari film badge
Kerugian utama adalah bahwa film badge harus dikembangkan dan dibaca oleh prosesor (yang memakan waktu cukup lama), pemaparan panas berkepanjangan dapat mempengaruhi film, dan eksposur kurang dari 20 millirem radiasi gamma tidak dapat diukur secara akurat.
Keuntungan
Keuntungan utama dari film lencana sebagai perangkat pemantauan personil adalah bahwa ia menyediakan catatan permanen, ia mampu membedakan antara energi foton yang berbeda, dan dapat mengukur dosis karena jenis radiasi yang berbeda. Hal ini cukup akurat untuk eksposur lebih besar dari 100 millirem.
MONITORING DOSIS PERORANGAN
Dalam setiap pemanfaatan radiasi pengion, faktor keselamatan terhadap para pekerjanya harus mendapat prioritas utama. Hal tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) RI No.63 Tahun 2000 tentang Keselamatan & Kesehatan terhadap Radiasi Pengion (a,b,g,x,n), yang umum disebut keselamatan radiasi. Dalam pemanfaatannya, penerimaan dosis radiasi oleh para pekerja radiasinya diusahakan serendah mungkin sehingga tidak melampaui nilai batas dosis yang diizinkan oleh Badan Pengawas. Menurut SK 01/Ka-Bapeten/V-99 disebutkan bahwa Nilai Batas Dosis bagi pekerja radiasi adalah 50 mSv/tahun (seluruh tubuh), lensa mata: 150 mSv/tahun serta tangan, kaki & kulit : 500 mSv/tahun.
Untuk layanan pemantauan dosis tara perorangan eksternal digunakan dosimeter perorangan yaitu dosimeter film dan dosimeter termoluminisensi (TLD). Dalam pemakaiannya, kedua dosimeter tersebut dimasukkan ke dalam suatu wadah/holder, yang umum dikenal dengan film dan TLD badge. Pada operasional rutin, umumnya diperlukan 2 dosimeter untuk setiap pekerja radiasi yang dipantau, satu dosimeter digunakan untuk melakukan pekerjaannya sementara dosimeter yang dipakai sebelumnya diproses dan dievaluasi. Biasanya, frekuensi pertukaran dosimeter disesuaikan dengan jenis dosimeter yang digunakan, yaitu 1 bulan untuk film badge dan 3 bulan untuk TLD badge. Pada saat ini, sudah diberikan jasa layanan pemantauan dosis tara perorangan eksternal kepada instansi/perusahaan/rumah sakit baik pemerintah maupun swasta pengguna radiasi pengion [foton (sinar-x,g), beta dan neutron] dan tercatat ± 400 pengguna dengan jumlah pekerja radiasinya 3903 orang. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan dosis tara perorangan eksternal bagi pekerja radiasi dengan menggunakan film dan TLD badge.
Thermoluminesence Dosimetry
Bahan kristal tertentu yang sering digunakan pada TLD adalah Litium Florida (LiF). LiF dapat menyimpan/merekam dosis radiasi yang diberikan padanya. Kemudian, TLD akan memancarkan cahaya (foton) jika dipanaskan pada suhu tertentu. Prinsip kerjanya seperti efek fotolistrik. Ketika LiF mendapatkan dosis radiasi dengan energi tertentu, maka elektron-elektron akan dalam kristal LiF akan naik ke level energi yang lebih tinggi. Kebanyakn elektron tersebut akan kembali ke level energi awalnya (keadaan dasar), namun ada beberapa elektron yang terjebak dalam impuritas. Apabila LiF dipanaskan, maka elektron yang terjebak tersebut akan terangkat ke level energi yang lebih tinggi dimana dari sana elektron-elektron tersebut akan kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan cahaya (foton). Banyaknya cahaya (foton) yang dipancarkan akan proporsional dengan energi yang terserap dari pemberian dosis radiasi. Selanjutnya, banyaknya cahaya (foton) tersebut akan dibaca oleh TLD reader. Penggunaan TLD telah banyak digunakan dalam instansi-instansi yang berhubungan dengan radiasi untuk personel monitoring pekerja radiasi, biasanya dalam bentuk chip yang dikemas dalam wadah seperti kartu tanda pengenal.
Pada proses penyerapan radiasi beberapa material akan menyimpan energi yang diserap pada kondisi yang metastabil (kurang stabil). Jika materi tersebut diberikan energi secara sistematis energi metastabil tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk ultraviolet, cahaya tampak atau infra merah, fenomena tersebut dikenal dengan nama proses luminisensi. Proses penyimpanan energi radiasi terjadi diawali saat radiasi mengenai materi, pada saat tersebut electron bebas dan “hole” terbentuk. Pada materi yang memiliki sifat luminisensi, terdapat suatu daerah “storage trap” yang terletak di antara pita konduksi dan valensi (lihat gambar…). Electron dan “hole” yang terbentuk akan bersatu lagi atau terjebak di dalam “storage trap”. Jumlah electron yang terjebak akan sebanding dengan jumlah radiasi yang mengenai material luminisensi. Elektron yang terjebak akan keluar dan bersatu kembali dengan “hole” jika detector luminisensi diberikan energi dalam bentuk panas secara sistematis. Pada saat electron dan “hole” bergabung akan dipancarkan cahaya yang akan ditangkap oleh penguat cahaya PMT (Photomultiplier Tube). Bahan yang memiliki sifat luminisensi disebut dengan nama Thermoluminescenct detector atau TLD. Beberapa jenis materi yang bersifat luminisense antara lain CaSO4:Mn,Dy, LiF:Mg,Ti, LiF:Mg,Cu,P. Sebelum digunakan TLD harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu tertentu untuk menghapus energi yang masih tersisa didalam TLD.
Sistim pambacaan TLD secara garis besar terdiri dari planchet, PMT dan elekrometer. Planchet berfungsi untuk meletakkan dan memanaskan materi TLD, PMT berfungsi menangkap cahaya luminisensi dan mengubah menjadi sinyal listrik, dan memperkuat sinyal akhir, elektrometer berfungsi mencatat sinyal PMT dalam satuan arus atau muatan.
Sinyal hasil pembacaan TLD disebut kurva pancar atau “glow curve”. Kurva pancar diperoleh dengan memberikan panas dengan laju kenaikan panas secara konstan sampai suhu tertentu, dan kurva digambarkan sebagai fungsi suhu.
Film badge merupakan salah satu alat pencatat dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi sesuai dengan PP.No.11 tahun 1975, tentang Keselamatan terhadap Pekerja Radiasi, maka setiap individu yang bekerja di unit pelayanan radiologi diharuskan memakai alat pencatat radiasi tersebut.
Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan dan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan film bagde tersebut, dilakukan penelitian di beberapa rumah sakit.
Dektetor yang digunakan disini berbentuk film fotografi, yang berbentuk emulsi butiran-gutiran perak halida, biasanya perak bromida (AgBr), ditunjang oleh matrik gelatin dan kemudian dilapisi bahan"acetat".
Film ini berfungsi sebagai detector karena apabila terkena radiasi, ion Ag+ akan berubah menjadi Ag dan disebut sebagai bayangan “latent”. detektor ini dapat menyimpan atau merekam dosis radiasi yang mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Pemrosesan dilakukan dengan larutan kimia yang akan memunculkan bayangan hitam pada film tersebut.
Tingkat kehitaman bayangan film sebanding dengan intensitas radiasi yang mengenainya. Semakin banyak radiasi yang mengenainya, tingkat kehitaman film akan semakin pekat.
Holder film selain sebagai berfungsi sebagai tempat film, juga sebagai (filter) untuk membedakan jenis dan energi radiasi yang menenainya
Energi radiasi pengion yang mengenai film akan menyebabkan beberapa butiran AgBr terionisasi(AgBr). Semakin besar dosis radiasi yang diserap semakin banyak butiran AgBr yeng terionisasi. Dalam proses penucian dengan larutan pengembang (developer),butiran-butiran Ag+ yang terionisasi akan berubah menjadi logam perak yang berwarna hitam. Proses pencucian kedua dengan larutan fixer akan melarutkan molekul-molekul AgBr sisa,Sedangkan yang telah menjadi logam perak akan terikat kuat seabagai bayangan hitam laten. Terlihat bahwa tingkat kehitaman bayangan akan sesuai dengan banyak dosis yang telah mengenainya.
Dosimetri film badge ini terdiri dari film,seperti film yang digunakan untuk rongten gigi, dan tempat film (holder). Holder film dosimetri ini mempunyai fungsi penting yaitu sebagai penyaring atau filter. Terdapat beberapa jenis filter separti plastik setebal 0,5 mm dan 3mm,aluminium 0,6mm,tembaga 0,3 mm,campuran Sn 0,8 mm dan Pb 0,4 mm serta campuran Cd 0,8 mm dan Pb 0,4 mm. Masing-masing jenis filter tersebut berfungsi untuk menyaring jenis radiasi atau energi radiasi yang berbeda.Dosimetri film badge ini mempunyai sifat akumilasi yang cukup baik.Film-film yang ada dipasaran dapat digunakan sampai 3 bulan. Keuntungan film lain dengan adanya filter-filter, film badge ini dapat membedakan jenis radiasi yang mengenai dan mempunyai rentang energi pengukuran yang lebih besar daripada disimetri saku. Keuntungan lain,filmnya, setelah diproses dapat digunakan untuk perhitungan yang lebih teliti serta dapat didokumentasikan. Kelemahannya,untuk mengetahui dosis yang telah mengenai harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman film,yaitu densitometer.
film badge harus dipakai dengan benar sehingga dapat menerima dosis secara akurat dan dapat merepresentasikan hasil yang diterima dari film badge tersebut. Seluruh bagian dari film badge harus dikenakan pada tubuh antara leher dan pinggang,biasanya sering diletak pada ikat pinggang atau saku baju. Klip-on film badge biasanya sering digunakan pada saat melakukan Xray atau gamma,yang biasanya berbentuk jam tangan
Contoh Gambar film badge:
Kerugian dari film badge
Kerugian utama adalah bahwa film badge harus dikembangkan dan dibaca oleh prosesor (yang memakan waktu cukup lama), pemaparan panas berkepanjangan dapat mempengaruhi film, dan eksposur kurang dari 20 millirem radiasi gamma tidak dapat diukur secara akurat.
Keuntungan
Keuntungan utama dari film lencana sebagai perangkat pemantauan personil adalah bahwa ia menyediakan catatan permanen, ia mampu membedakan antara energi foton yang berbeda, dan dapat mengukur dosis karena jenis radiasi yang berbeda. Hal ini cukup akurat untuk eksposur lebih besar dari 100 millirem.
MONITORING DOSIS PERORANGAN
Dalam setiap pemanfaatan radiasi pengion, faktor keselamatan terhadap para pekerjanya harus mendapat prioritas utama. Hal tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) RI No.63 Tahun 2000 tentang Keselamatan & Kesehatan terhadap Radiasi Pengion (a,b,g,x,n), yang umum disebut keselamatan radiasi. Dalam pemanfaatannya, penerimaan dosis radiasi oleh para pekerja radiasinya diusahakan serendah mungkin sehingga tidak melampaui nilai batas dosis yang diizinkan oleh Badan Pengawas. Menurut SK 01/Ka-Bapeten/V-99 disebutkan bahwa Nilai Batas Dosis bagi pekerja radiasi adalah 50 mSv/tahun (seluruh tubuh), lensa mata: 150 mSv/tahun serta tangan, kaki & kulit : 500 mSv/tahun.
Untuk layanan pemantauan dosis tara perorangan eksternal digunakan dosimeter perorangan yaitu dosimeter film dan dosimeter termoluminisensi (TLD). Dalam pemakaiannya, kedua dosimeter tersebut dimasukkan ke dalam suatu wadah/holder, yang umum dikenal dengan film dan TLD badge. Pada operasional rutin, umumnya diperlukan 2 dosimeter untuk setiap pekerja radiasi yang dipantau, satu dosimeter digunakan untuk melakukan pekerjaannya sementara dosimeter yang dipakai sebelumnya diproses dan dievaluasi. Biasanya, frekuensi pertukaran dosimeter disesuaikan dengan jenis dosimeter yang digunakan, yaitu 1 bulan untuk film badge dan 3 bulan untuk TLD badge. Pada saat ini, sudah diberikan jasa layanan pemantauan dosis tara perorangan eksternal kepada instansi/perusahaan/rumah sakit baik pemerintah maupun swasta pengguna radiasi pengion [foton (sinar-x,g), beta dan neutron] dan tercatat ± 400 pengguna dengan jumlah pekerja radiasinya 3903 orang. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan dosis tara perorangan eksternal bagi pekerja radiasi dengan menggunakan film dan TLD badge.
Thermoluminesence Dosimetry
Bahan kristal tertentu yang sering digunakan pada TLD adalah Litium Florida (LiF). LiF dapat menyimpan/merekam dosis radiasi yang diberikan padanya. Kemudian, TLD akan memancarkan cahaya (foton) jika dipanaskan pada suhu tertentu. Prinsip kerjanya seperti efek fotolistrik. Ketika LiF mendapatkan dosis radiasi dengan energi tertentu, maka elektron-elektron akan dalam kristal LiF akan naik ke level energi yang lebih tinggi. Kebanyakn elektron tersebut akan kembali ke level energi awalnya (keadaan dasar), namun ada beberapa elektron yang terjebak dalam impuritas. Apabila LiF dipanaskan, maka elektron yang terjebak tersebut akan terangkat ke level energi yang lebih tinggi dimana dari sana elektron-elektron tersebut akan kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan cahaya (foton). Banyaknya cahaya (foton) yang dipancarkan akan proporsional dengan energi yang terserap dari pemberian dosis radiasi. Selanjutnya, banyaknya cahaya (foton) tersebut akan dibaca oleh TLD reader. Penggunaan TLD telah banyak digunakan dalam instansi-instansi yang berhubungan dengan radiasi untuk personel monitoring pekerja radiasi, biasanya dalam bentuk chip yang dikemas dalam wadah seperti kartu tanda pengenal.
Pada proses penyerapan radiasi beberapa material akan menyimpan energi yang diserap pada kondisi yang metastabil (kurang stabil). Jika materi tersebut diberikan energi secara sistematis energi metastabil tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk ultraviolet, cahaya tampak atau infra merah, fenomena tersebut dikenal dengan nama proses luminisensi. Proses penyimpanan energi radiasi terjadi diawali saat radiasi mengenai materi, pada saat tersebut electron bebas dan “hole” terbentuk. Pada materi yang memiliki sifat luminisensi, terdapat suatu daerah “storage trap” yang terletak di antara pita konduksi dan valensi (lihat gambar…). Electron dan “hole” yang terbentuk akan bersatu lagi atau terjebak di dalam “storage trap”. Jumlah electron yang terjebak akan sebanding dengan jumlah radiasi yang mengenai material luminisensi. Elektron yang terjebak akan keluar dan bersatu kembali dengan “hole” jika detector luminisensi diberikan energi dalam bentuk panas secara sistematis. Pada saat electron dan “hole” bergabung akan dipancarkan cahaya yang akan ditangkap oleh penguat cahaya PMT (Photomultiplier Tube). Bahan yang memiliki sifat luminisensi disebut dengan nama Thermoluminescenct detector atau TLD. Beberapa jenis materi yang bersifat luminisense antara lain CaSO4:Mn,Dy, LiF:Mg,Ti, LiF:Mg,Cu,P. Sebelum digunakan TLD harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu tertentu untuk menghapus energi yang masih tersisa didalam TLD.
Sistim pambacaan TLD secara garis besar terdiri dari planchet, PMT dan elekrometer. Planchet berfungsi untuk meletakkan dan memanaskan materi TLD, PMT berfungsi menangkap cahaya luminisensi dan mengubah menjadi sinyal listrik, dan memperkuat sinyal akhir, elektrometer berfungsi mencatat sinyal PMT dalam satuan arus atau muatan.
Sinyal hasil pembacaan TLD disebut kurva pancar atau “glow curve”. Kurva pancar diperoleh dengan memberikan panas dengan laju kenaikan panas secara konstan sampai suhu tertentu, dan kurva digambarkan sebagai fungsi suhu.
MEDIA CONTRAS
MEDIA KONTRAS
a. Media Kontras dibagi menjadi 2 yaitu :
Media Kontras +
Media Kontras –
b. Media Kontras + Terdapat 3 Jenis Yaitu :
Barium
Iodine
Bromide
c. Media Kontras – adalah Udara / Gas
d. Iodine Dibagi 3 Yaitu :
Organic
Anorganik
Minyak / Oil
e. Iodine Anorganik digunakan pada pemeriksaan :
Urografi Dan Angiografi
Kholesistografi
Mechanical Filling Of Tract And Cavity
f. Definisi Media Kontras
Media kontras adalah suatu bahan yang digunakan pada pemeriksaan radiologi sebagai media yang mempu nyai kemampuan menyerap radiasi lebih tinggi atau lebih rendah dari jaringan disekitarnya
g.Unsur dan Berat Atom
no
nama unsur
berat atom
1 Hydrogen 1
2 Carbon 12
3 Nitrogen 14
4 Oxygen 16
5 Calcium 40
6 Bromine 80
7 Iodine 127
8 Barium 137
h. Jenis Media Kontras
Media Kontras Positif ( Opaque Media) adalah media kontras yang mempunyai daya serap radiasi yang lebih tinggi dari jaringan tubuh sehingga menampilkan gambar yang terang ( opaque )
Media Kontras Negative( Lucent Media ) yaitu media kontras yang mempunyai daya serap radiasi lebih rendah dari jaringan tubuh sehingga menampilkan gambaran gelap ( lucent ).
i.Bahan Dasar Media Kontras
Media Kontras Positif
Barium
Iodine
Bromide
Media Kontras Negatif
Udara/gas.
j. Preparat Barium
Barium sebagai media kontras positif tersedia dalam senyawa Barium Sulfat (BaSO4) baik powder maupun liquid. Barium Sulfat dicampur dengan air de ngan kekentalan tertentu. Yang digunakan pada pemeriksaan Traktus Digestivus. Aplikasinya dapat melalui oral atau melalui anus (enema).
k. Preparat Iodine
Preparat ini dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
Iodine Organik
Iodine Anorganik
Iodine Oil
Preparat Iodine Organik mempunyai dua komponen yaitu Iodine sebagai Bahan Opasitas dan Carier.
l. Iodine Organik
Kelompok urografi dan angiografi (water soluble). Tes sensitifitas dengan 1-2 cc intravena perlahan.
Kelompokkholesistografi.
Kelompok “mechanical filling of tract and cavities”
m. Ekskresi Senyawa Iodine Organik
Senyawa Iodine Organik yang larut dalam air dikeluarkan dari dlm tubuh melalui ginjal dengan konsentrasi maksimun 3-5 menit setelah injeksi. Senyawa Iodine Organik ini mengan dung asam asetat atau asam benzoic didalam struktur molekulnya. Waktu yang diperlukan untuk meninggalkan tubuh 12 – 16 minggu. Senyawa Iodine organik yang di minum agak sukar larut di dalam air mengandung Asam Propionik atau Asam Butirik di dalam struktur molekulnya dikeluarkan melalui sistem biliary tetapi jika gagal dikeluarkan melalui ginjal. Konsentrasi maksimum dalam kan dung empedu 12 jam. Lamanya di dalam tubuh 16 – 20 minggu.
n. Tes Sensitifitas Iodine
An Organik dan Oil
Skin test, dilakukan dengan mengoles kan larutan yodium 2% pada kulit di daerah lengan bawah. Jika 1 jam tdk ada reaksi maka pemeriksaan dapat dilakukan.
Oral test, dilakukan dengan meminum kalium yodida 10% sebanyak 10 ons (30 ml). Jika 30 menit tidak ada reaksi maka pemeriksaan dapat dilakukan.
o. Kelompok Urografi dan Angiografi
Iodoxyl ( Uropaque )
Diodine ( Vasiodone )
Sodium Acetrizoate ( Diaginol )
Sodium Diatrizoate ( Hypaque )
Urografin ( Urografin )
Sodium Metrizoate ( Triosil )
p. Media Kontras Iodine Water Soluble Non Ionik
Iopamiro
Omnipaque
Ultavist
q. Media Kontras Pada Pemeriksaan MRI
Omnisscan
Magnevist
r. Kelompok Kholesistografi
Biligrafin 30% / biligrafin forte 50%
Endografin 70%
Telepque 66%
Biloptin 61,4%
Solu biloptin 51,7%
Phenobutiodyl (biliodyl) 68,2%
s. Kelompok “Mechanical”
Propyliodone
Ethyliodophenylundecylate
t. Senyawa Iodine Anorganik:
Sodium Iodide
Iodized Oils ( Viscous )
Iodized Oil ( Fuid )
u. Aplikasi Media Kontras Yodium
Melalui injeksi intra vena.
Melalui injeksi langsung kedalan suatu kanal atau rongga.
Melalui oral. .
v. Bromide Compound
Potasium Bromide
Brominized Oil
w. Efek Samping
Ringan ; Perasaan Hangat, Kemerahan Pada Kulit Atau Urtikaria.
Sedang ; Persaan Muak, Muntah-Muntah Atau Edema Paru-Paru.
Berat ; Shok Anafilaktik, Brakikardi Atau Takikardi Bahkan Mungkin Fatal.
x. Penanggulangan Efek Samping
Ringan ; Biasanya Hilang Dengan Sedirinya Dan Jika Perlu Berikan Anti Histamin /Kotikosteroid Sesuai Petunjuk Dokter.
Sedang ; Pasang Infus, Cek Tensi, Berikan Obat Anti Histamin/Kortiko- Steroid Dan Awasi/Pantau Keadaan Pasien.
Berat ; Pasang Infus, Oksigen , Cek Tensi & Temperatur, Berikan Obat Anti Histamin/Kortikosteroid Sesuai Petun Juk Dokter & Kirim Pasien Ke Ruangan Perawatan Intensif.
a. Media Kontras dibagi menjadi 2 yaitu :
Media Kontras +
Media Kontras –
b. Media Kontras + Terdapat 3 Jenis Yaitu :
Barium
Iodine
Bromide
c. Media Kontras – adalah Udara / Gas
d. Iodine Dibagi 3 Yaitu :
Organic
Anorganik
Minyak / Oil
e. Iodine Anorganik digunakan pada pemeriksaan :
Urografi Dan Angiografi
Kholesistografi
Mechanical Filling Of Tract And Cavity
f. Definisi Media Kontras
Media kontras adalah suatu bahan yang digunakan pada pemeriksaan radiologi sebagai media yang mempu nyai kemampuan menyerap radiasi lebih tinggi atau lebih rendah dari jaringan disekitarnya
g.Unsur dan Berat Atom
no
nama unsur
berat atom
1 Hydrogen 1
2 Carbon 12
3 Nitrogen 14
4 Oxygen 16
5 Calcium 40
6 Bromine 80
7 Iodine 127
8 Barium 137
h. Jenis Media Kontras
Media Kontras Positif ( Opaque Media) adalah media kontras yang mempunyai daya serap radiasi yang lebih tinggi dari jaringan tubuh sehingga menampilkan gambar yang terang ( opaque )
Media Kontras Negative( Lucent Media ) yaitu media kontras yang mempunyai daya serap radiasi lebih rendah dari jaringan tubuh sehingga menampilkan gambaran gelap ( lucent ).
i.Bahan Dasar Media Kontras
Media Kontras Positif
Barium
Iodine
Bromide
Media Kontras Negatif
Udara/gas.
j. Preparat Barium
Barium sebagai media kontras positif tersedia dalam senyawa Barium Sulfat (BaSO4) baik powder maupun liquid. Barium Sulfat dicampur dengan air de ngan kekentalan tertentu. Yang digunakan pada pemeriksaan Traktus Digestivus. Aplikasinya dapat melalui oral atau melalui anus (enema).
k. Preparat Iodine
Preparat ini dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
Iodine Organik
Iodine Anorganik
Iodine Oil
Preparat Iodine Organik mempunyai dua komponen yaitu Iodine sebagai Bahan Opasitas dan Carier.
l. Iodine Organik
Kelompok urografi dan angiografi (water soluble). Tes sensitifitas dengan 1-2 cc intravena perlahan.
Kelompokkholesistografi.
Kelompok “mechanical filling of tract and cavities”
m. Ekskresi Senyawa Iodine Organik
Senyawa Iodine Organik yang larut dalam air dikeluarkan dari dlm tubuh melalui ginjal dengan konsentrasi maksimun 3-5 menit setelah injeksi. Senyawa Iodine Organik ini mengan dung asam asetat atau asam benzoic didalam struktur molekulnya. Waktu yang diperlukan untuk meninggalkan tubuh 12 – 16 minggu. Senyawa Iodine organik yang di minum agak sukar larut di dalam air mengandung Asam Propionik atau Asam Butirik di dalam struktur molekulnya dikeluarkan melalui sistem biliary tetapi jika gagal dikeluarkan melalui ginjal. Konsentrasi maksimum dalam kan dung empedu 12 jam. Lamanya di dalam tubuh 16 – 20 minggu.
n. Tes Sensitifitas Iodine
An Organik dan Oil
Skin test, dilakukan dengan mengoles kan larutan yodium 2% pada kulit di daerah lengan bawah. Jika 1 jam tdk ada reaksi maka pemeriksaan dapat dilakukan.
Oral test, dilakukan dengan meminum kalium yodida 10% sebanyak 10 ons (30 ml). Jika 30 menit tidak ada reaksi maka pemeriksaan dapat dilakukan.
o. Kelompok Urografi dan Angiografi
Iodoxyl ( Uropaque )
Diodine ( Vasiodone )
Sodium Acetrizoate ( Diaginol )
Sodium Diatrizoate ( Hypaque )
Urografin ( Urografin )
Sodium Metrizoate ( Triosil )
p. Media Kontras Iodine Water Soluble Non Ionik
Iopamiro
Omnipaque
Ultavist
q. Media Kontras Pada Pemeriksaan MRI
Omnisscan
Magnevist
r. Kelompok Kholesistografi
Biligrafin 30% / biligrafin forte 50%
Endografin 70%
Telepque 66%
Biloptin 61,4%
Solu biloptin 51,7%
Phenobutiodyl (biliodyl) 68,2%
s. Kelompok “Mechanical”
Propyliodone
Ethyliodophenylundecylate
t. Senyawa Iodine Anorganik:
Sodium Iodide
Iodized Oils ( Viscous )
Iodized Oil ( Fuid )
u. Aplikasi Media Kontras Yodium
Melalui injeksi intra vena.
Melalui injeksi langsung kedalan suatu kanal atau rongga.
Melalui oral. .
v. Bromide Compound
Potasium Bromide
Brominized Oil
w. Efek Samping
Ringan ; Perasaan Hangat, Kemerahan Pada Kulit Atau Urtikaria.
Sedang ; Persaan Muak, Muntah-Muntah Atau Edema Paru-Paru.
Berat ; Shok Anafilaktik, Brakikardi Atau Takikardi Bahkan Mungkin Fatal.
x. Penanggulangan Efek Samping
Ringan ; Biasanya Hilang Dengan Sedirinya Dan Jika Perlu Berikan Anti Histamin /Kotikosteroid Sesuai Petunjuk Dokter.
Sedang ; Pasang Infus, Cek Tensi, Berikan Obat Anti Histamin/Kortiko- Steroid Dan Awasi/Pantau Keadaan Pasien.
Berat ; Pasang Infus, Oksigen , Cek Tensi & Temperatur, Berikan Obat Anti Histamin/Kortikosteroid Sesuai Petun Juk Dokter & Kirim Pasien Ke Ruangan Perawatan Intensif.
Rabu, 29 September 2010
CENTRAL NERVOUS SYSTEM (CNS)
CENTRAL NERVOUS SYSTEM (CNS)
BRAIN SPINAL CORD
Bagian luar brain meru- Pada spinal cord gray
pakan gray matter yang matter terletak pada
disebut cortex dan bagian bagian dalam yang
dalam white matter. tampak seperti huruf (H) pd irisan aksial.
1.CEREBRUM.
2.CEREBELLUM.
3.PONS.
4.MEDULLA OBLONGATA.
Cerebellum adalah bagian terbesar dari hindbrain yang
dipisahkan oleh celah yang dalam dengan cerebrum
yang disebut transverse fissure.
Hemisfere cerebellum digabungkan oleh daerah median
yang mengkerut yang disebut vermis. Permukaan cere-
bellum menjadi bergelombang seperti permukaan cere-
brum. Pons membentuk bagian atas dari hindbrain dan
medulla membentang antara pons dan spinal cord mem-
bentuk bagian bawah dari hindbrain. Cerebrum adalah
bagian terbesar dari otak yang sering disebut forebrain.
Bagian dari otak yang berbentuk seperti batang, meng-
hubungkan antara cerebrum dan Pons serta Cerebellum
dikenal dengan istilah midbrain. Cerebellum, Pons dan
Medulla oblongata disebut Hindbrain.
Celah dalam yang memisahkan hemisphere kanan dan
kiri cerebrum disebut longitudinal fissure. Pertemuan
antara kedua cerebral hemisphere disebut corpuscallo
sum. Masing-masing cerebral hemisphere mempunyai
rongga yang menghasilkan cerebro spinal fluid/cairan
yang dikenal dengan lateral ventrcle.
Bagian bawah dari corpus callosum disebut dience
phalon dan kedua hemisphere mengelilingi ventri
cle tiga.
Permukaan cerebral hemisphere dipenuhi oleh
fissures dan grooves yang menandai lobus dan
lobulus.
Spinal cord terletak didalam canalis vertebralis
memanjang dari medulla oblongata stg foramen
magnum sampai conus medullaris stg discus vert
lumbal I/II.
Dari conus medullaris serabut-serabut saraf mem
bentang sampai segmen atas coccygeal.
Ada 31 pasang serabut saraf spinal, masing-masing
timbul dari dua roots disamping spinal cord dan ke
luar melalui formen intervertebralis/sacralis.
Brain dan spinal cord dibungkusi oleh tiga lapis
protective membrane yang disebut meningen.
Lapisan paling dalam yang menempel pada otak
spinal cord adalah pia mater mengndung banyak
pembuluh darah.
Lapisan tengah yang lembut disebut arachnoid dan
antara pia dan arachnoid mater terdapat celah yg
disebut subarachnoid space .Daerah celah yang luas
disebut cisterna, yang paling luas cisterna magna.
Rongga cisterna magna berbentuk segitiga, terletak
pada bagian posterior-superior subarachnoid space
antara basis cerebellum dan medulla oblongata.
Subarachnoid space berhubungan dengan sistem
ventricle didalam otak melalui foramen magendi,
antara cisterna magna dan ventricle IV.
Ventricle-ventricle otak mengandung cairan yang
disebut cerebrospinal fluid.
Cisterna magna kadang-kadang dipakai sebagai
tempat memasukkan udara (kontras media) kdlm
subarachnoid space pada pemeriksaan myelografi
dan pneumoecephalografi.
Lapisan paling luar disebut dura mater merupakan
jaringan fibrosa yang sangat kuat sebagai pembks
otak dan spinal cord. Antara dura dan arachnoid
mater terdapat celah yg disebut subdural space se
dangkan antara dura dan periosteum terdapat ce-
lah yang disebut epidural space.
Dura mater didaerah cranial ada dua lapis, bagian
luar atau endosteal yang lengket pada permukaan
dalam perosteum tulang kepala. Bagian dalam atau
meningeal adalah lapisan yg melindungi otak dan
mendukung pembuluh darah. Dura mater yang
memanjang kebawah membungkus spinal cord
sampai segmen sacral II. Bagian ujung dura mater
disebut dural sac.
Sistem ventricle otak terdiri dari empat venticle
dengan bentuk irreguler dan masing-masing ber
hubungan melalui chanel. Dua rongga paling atas
berpasangan yang disebut right and left ventricle.
Dia terletak disebelah kanan &kiri bidang midsa
gital, inferior-medial dari hemisphere cerebrum.
Proyeksi lateral untuk menunjukkan kedua ven
tricle lateral adalah setinggi 1,5 inchi superior
MAE.
Masing-masing ventricle lateral terdiri dari body
yang memanjang ke anterior, posterior dan infe-
rior berbentuk seperti tanduk yang disebut ante-
rior/frontal horn, posterior/occipital horn dan infe-
rior/temporal horn.
Masing-masing venticle lateral berhubungan de-
ngan ventricle III melalui chanel yang disebut
interventricular foramen (foramen Monro).
Ventricle III merupakan celah yang dari arah la
teral berbentuk segi empat, terletak pada bidang
midsagital sedikit dibawah body ventricle lateral,
membentang ke anteroinferior dari kelenjar pi-
neal pada dinding posterionya dan optic chiasm
pada dinding anteriornya. Proyeksi lateral untuk
menunjukkannya dengan cp 1 inch didepan dan
diatas MAE.
Foramen interventrivular satu dari masing-masing
ventricle lateral membuka pada bagian anterosupe
rior ventricle III. Ruang ini berlanjut ke postero
inferior dengan ventricle IV melalui cerebral aque-
duct (aqueduct of Sylvius).
Ventricle IV adalah rongga pada hidbrain berben-
tuk seperti mutiara terletak didepan cerebellum
serta dibelakang pons dan bagian atas medulla ob-
lonata, katas berhubungan dengan ventricle III me
lalui aqueduct dan ke inferior berlanjut dengan
canalis centralis dari medulla oblongata. Ventricle
ini berhubungan dengan cisterna magna melalui
foramen magendi. Cp pada proyeksi lateral 1 inch
posterior MAE.
MYELOGAPHY
Adalah istilah yang umum digunakan untuk meng-
ungkapkan tentang pemeriksaan radiologis dari
sistem susunan saraf pusat (CNS) yang terdapat
didalam canalis vertebralis dengan memasukkan
media kontras kedalam subarachnoid space melalui
punksi lumbal atau punksi cervical.
GAS MYELOGRAPHY.
Adalah pemeriksaan myelography dengan menggu
nakan media kontras negatif.
( Dandy tahun 1919 ).
0PAQUE MYELOGRAPHY
Adalah pemeriksaan myelography dengan menggu
nakan media kontras positif.
( Sicard & Forestier tahun 1922 ).
MEDIA KONTRAS
Adalah suatu bahan yang digunakan pada pemerik
saan radiologi yang mempunyai daya serap radiasi
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari jaringan
tubuh manusia.
MEDIA KONTRAS POSITIF
Adalah media kontras yang mempuyai daya
serap radiasi lebih tinggi dari jaringan tubuh dan
memberikan gambaran yang terang pada film.
oil based medium yang harus dikeluarkan sete
lah pemeriksaan selesai, karena tidah mudah
diserap dalam waktu yang singkat.
Water soluble ( ionik ) yang mudah diserap dalam waktu singkat sehingga tidak perlu dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai. Mulai digunakan pada tahun 1970 dan menjadi pilihan utama sejak
saat itu karena mempunyai viscosity yang rendah.
Water soluble ( non ionik ) yang akhir-akhir ini
menjadi pilihan terbaik karena relatif lebih aman.
MEDIA KONTRAS NEGATIF
Adalah media kontras yang mempunyai daya serap
radiasi lebih rendah dari jaringan tubuh dan mem
berikan gambaran gelap pada film.
( udara atau oksigen ).
PERSIAPAN RUANGAN
Mempersiapkan ruangan pemeriksaan sebelum
pasien datang adalah tanggung jawab radiographer.
Pesawat Rontgen harus diceck dan dapat mendu
kung pekerjaan yang aseptik. Tempat kaki dan pe
nahan bahu harus terpasang dan mudah diatur sesu
ai dengan kebutuhan pemeriksaan.
Pelaksanaan punksi lumbal/cervical serta pema
sukan media kontras dilaksanakan di bagian radio
logi agar media kontras tidak masuk kedalam sis
tem ventricle otak atau terjadi globulasi.
Premedikasi dilakukan oleh perawat di ruangan pe
rawatan dan disesuaikan dengan jadwal pemerik
saan di bagian radiologi.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
Penjelasan tentang performan pemeriksaan kepada
pasien dapat mengurangi rasa takut pada paien.
Juga dapat mencegah kegelisahan pasien karena
adanya manufer yang mendadak selama pemerik
saan berlangsung.
PROSEDUR PEMEIKSAAN
Puksi dilakukan didaerah lumbal III/IV atau cranio
cervical junction, jalannya media kontras dikendali
kan dengan tilting meja pemeriksaan dan dipantau
melalui Tv monitor.
Serial radiograph diambil pada daerah tertentu/ke
lainan dan jika perlu diambil radiograph dengan si
nar horizontal (cross tabdle projection).
Punksi lumbal/cervical umumnya dilakukan dengan
pasien lateral dengn lutut fleksi sampai menyentuh
dada tetapi dapat pula dilakukan dengan pasien
prone.
Biasanya dokter mengeluarkan csf sesuai dengan
volume media kontras yang akan dimasuka dan
untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
OPAQUE MYELOGRAPHY
Biasanya dilakukan dengan punksi lumbal. Oleh ka
rena itu pasien berbaring lateral pada waktu mela
kukan punksi dengan kedua lutut fleksi dan pasien
membungkuk sehingga kedua lutut menyentuh da
da. Kedua lengan dilipat kedepan dada sebagai pena
han kedua lutut.
Selanjutnya dilakukan tindakan aseptik/antiseptik
didaerah L III/IV dan jarum lumbal punksi ditusuk
kan (kalau perlu dengan bantuan fluoroscopy), se
himgga ujung jarum berada didalam canalis verteb
ralis kemudian mandrin dicabut dan sebagian csf di
keluarkan untuk keperluan pemeriksaan laboratori
um.
Media kontras positif dimasukan sebanyak 10 cc (se
suai kebutuhan) dan jarum dicabut jika yang digu
nakan media kontras water soluble atau mandrin di
pasang kembali jika media kontras oil based. Kemu
dian pasien berbaring prone dengan kepala ekstensi
sehingga cisternal cavity tertekan/menyempit sela
ma pemeriksaan berlangsun
Tilting diatur sedemikian rupa sehingga media kon
tras bergerak naik menuju arah kepala dan pada
daerah tertentu/kelainan diambil radiograf dari ber
bagai proyeksi (kalau perlu dibuat spot foto). Jika
menggunakan media kontras oil based maka setelah
selesai pemeriksaan harus dikeluarkan dan jarum
dicabut kembali.
Jika dilakukan dengan punksi cervical maka pasien
berbaring lateral dan kepala diberi bantal sehingga
MSP leher paralel dengan permukaan meja dan ba
gian atas meja sedikit diangkat untuk mencegah me
dia kontras masuk kedalam sistem ventricle.
Jika pengambilan radiograph berlangsung dengan
jarum terpasang maka jarum harus ditutupi de
ngan kasa steril dan ketinggian II harus fix.
Selama pemeriksaan akan terjadi perubahan tilting
table yang mendadak untuk mengatur jalannya me
dia kontras sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan.
Myelography bagian distal canalis vertebralis sering
disebut caudography.
GAS MYELOGRAPHY
Tidak semua sentra radiologi melaksanakan peme
riksaan myelography dengan gas sebagai media
kontras. Jika pemasukan media kontras dilakukan
melalui punksi lumbal maka pemasangan jarum
lumbal dapat dilakukan dengan pasien berbaring
prone atau lateral dan spine fleksi.
Setelah csf dikeluarkan maka dalam keadaan jarum
terpasang posisi meja diatur sedemikian rupa se
hingga letak kepala lebih rendah dan kepala eks
tensi sehingga media kontras tetap berada pada
canalis vertebralis bagian distal.
Dengan mengontrol melalui Tv monitor dikuti ja
lannya media kontras dengan mengubah tilting
table sehingga media kontras mencapai daerah
lesi dan diambil radiograph dalam berbagai pro
yeksi.
Jika dilakukan dengan punksi cervial maka setelah
jarum terpasang pasien berbaring prone dan tilting
table diatur letak kepala lebih rendah serta gas
dimasukan sampai csf habis keluar. Selanjutnya di
ambil radiograf sesuai kebutuhan dan jika perlu di
buat dengan teknik tomography.
DISKOGRAPHY & NUCLEOGRAPHY
Adalah istilah yang umum digunakan untuk meng
ungkapkan tentang pemeriksaan radiologis dari
individual diskus intervertebralis degan memasuk
kan salah satu jenis media kontras yodium water
soluble langsung kedalam diskus tertentu dengan
double needle.
(Telah diperkenalkan oleh Lindblom pada tahun
1950 dikembangkan oleh Cloward dan Bun).
Diskography dilakukan untuk mengevaluasi keada
an/lesi pada masing-masing diskus intervertebralis
seperti ruptur necleus pulposus yang tidak dapat di
evaluasi dengan pemeriksaan myelography.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan bersamaan de
ngan myelography atau secara terpisah.
Pemasukan jarum dilakukan dengan bantuan fluo
roscopy dan media kontras dimasukan sesuai kebu
tuhan serta radiograph diambil dengan proyeksi
lateral dan jika perlu oblique.
Pemasukan jarum didaerah lumbal dan thoracal
dilakukan dari posterolateral sedangkan pada dae
rah cervical dari anterolateral.
CEREBRAL PNEUMOGRAPHY.
Cerebral pneumogaphy adalah istilah yang umum
digunakan untuk mengungkapkan tentang pemerik
saan radiologi dari otak (brain) dengan memasuk
kan media kontras negatif (gas) sistem ventricle
otak dan ruang sbarachnoid otak lainnya.
Karena homogenitas densitas antara jaringan otak
dan csf pada radiography konvensional kepala
maka untuk menampilkan kelainan-kelainan yang
non kalsifikasi pada struktur intracranial diperlu
kan pemberian media kontras.
Media kontras negatif/gas (udara, oksigen atau car
bondioksida) lebih menarik untuk digunakan pada
pemeriksaan cerebral pneumogaphy bila dibanding
kan dengan media kontras positif karena tidak me
nyebabkan iritasi pada dinding ventricle otak dan
mudah diserap didalam ruang subarachnoid.
Cerebral pneumography bermanfaat untuk menun
jukkan gambaran SOL intracranial yaitu dengan
nampilkan filling defects atau deformation pada
gambaran outline gas yang mengisi ventricle otak
atau subarachnoid cisternae & channels.
Pada metode pneumoventriculography (direct cere
bral pneumography) media kontras diuntikan lang
sung kedalam ventricle lateral; Sedangkan pada
pneumoencephalography (indirect cerebral pneumo
graphy) media kontras dimasukan melalu punksi
spinal (lumbal).
Istilah ini menunjukkan tentang struktur intracra
nial yang ditampilkan dengan masing-masing me
tode. Dengan memasukkan langsung gas kedalam
sistem ventricle otak maka yang dapat dievaluasi
adalah permukaan bagian dalam dari masing-ma
sing ventricle; Sedangkan apabila melalui ruang sub
arachnoid didaerah lumbal maka gas akan mengisi
seluruh ruang subarachnoid otak pada cortex, cis
ternae dan sistem ventricle.
Masing masing metode pemasukan media kontras
mempunyai indikasi dan kontra indikasi spesifik
sesuai dengan tipe dan lokasi kelainan intracranial
itu sendiri.
Pemeriksaan cerebral pneumography dengan meto
de pneumoventriculography pertama kali diperke
nalkan oleh “ Dandy” pada tahun 1918 metode
pneumoencephalography pada tahun 1919.
Pada metode pneumoencephalography kontras me
dia disuntikan kedalam ruang subarachnoid mela
lui punksi spinal yang akan naik dari tempat ia di
masukan menuju sistem ventricle otak melalui
foramen Magendi dan juga masuk keseluruh ruang
subaracnoid otak.
Pada metode pneumoventriculography kotras media
disuntikan langsung kedalam ventrcle lateral otak
dengan membuat lubang kecil dengan bor pada din
ding rongga tengkorak atau melalui punksi fonta
nel pada bayi.
BRAIN SPINAL CORD
Bagian luar brain meru- Pada spinal cord gray
pakan gray matter yang matter terletak pada
disebut cortex dan bagian bagian dalam yang
dalam white matter. tampak seperti huruf (H) pd irisan aksial.
1.CEREBRUM.
2.CEREBELLUM.
3.PONS.
4.MEDULLA OBLONGATA.
Cerebellum adalah bagian terbesar dari hindbrain yang
dipisahkan oleh celah yang dalam dengan cerebrum
yang disebut transverse fissure.
Hemisfere cerebellum digabungkan oleh daerah median
yang mengkerut yang disebut vermis. Permukaan cere-
bellum menjadi bergelombang seperti permukaan cere-
brum. Pons membentuk bagian atas dari hindbrain dan
medulla membentang antara pons dan spinal cord mem-
bentuk bagian bawah dari hindbrain. Cerebrum adalah
bagian terbesar dari otak yang sering disebut forebrain.
Bagian dari otak yang berbentuk seperti batang, meng-
hubungkan antara cerebrum dan Pons serta Cerebellum
dikenal dengan istilah midbrain. Cerebellum, Pons dan
Medulla oblongata disebut Hindbrain.
Celah dalam yang memisahkan hemisphere kanan dan
kiri cerebrum disebut longitudinal fissure. Pertemuan
antara kedua cerebral hemisphere disebut corpuscallo
sum. Masing-masing cerebral hemisphere mempunyai
rongga yang menghasilkan cerebro spinal fluid/cairan
yang dikenal dengan lateral ventrcle.
Bagian bawah dari corpus callosum disebut dience
phalon dan kedua hemisphere mengelilingi ventri
cle tiga.
Permukaan cerebral hemisphere dipenuhi oleh
fissures dan grooves yang menandai lobus dan
lobulus.
Spinal cord terletak didalam canalis vertebralis
memanjang dari medulla oblongata stg foramen
magnum sampai conus medullaris stg discus vert
lumbal I/II.
Dari conus medullaris serabut-serabut saraf mem
bentang sampai segmen atas coccygeal.
Ada 31 pasang serabut saraf spinal, masing-masing
timbul dari dua roots disamping spinal cord dan ke
luar melalui formen intervertebralis/sacralis.
Brain dan spinal cord dibungkusi oleh tiga lapis
protective membrane yang disebut meningen.
Lapisan paling dalam yang menempel pada otak
spinal cord adalah pia mater mengndung banyak
pembuluh darah.
Lapisan tengah yang lembut disebut arachnoid dan
antara pia dan arachnoid mater terdapat celah yg
disebut subarachnoid space .Daerah celah yang luas
disebut cisterna, yang paling luas cisterna magna.
Rongga cisterna magna berbentuk segitiga, terletak
pada bagian posterior-superior subarachnoid space
antara basis cerebellum dan medulla oblongata.
Subarachnoid space berhubungan dengan sistem
ventricle didalam otak melalui foramen magendi,
antara cisterna magna dan ventricle IV.
Ventricle-ventricle otak mengandung cairan yang
disebut cerebrospinal fluid.
Cisterna magna kadang-kadang dipakai sebagai
tempat memasukkan udara (kontras media) kdlm
subarachnoid space pada pemeriksaan myelografi
dan pneumoecephalografi.
Lapisan paling luar disebut dura mater merupakan
jaringan fibrosa yang sangat kuat sebagai pembks
otak dan spinal cord. Antara dura dan arachnoid
mater terdapat celah yg disebut subdural space se
dangkan antara dura dan periosteum terdapat ce-
lah yang disebut epidural space.
Dura mater didaerah cranial ada dua lapis, bagian
luar atau endosteal yang lengket pada permukaan
dalam perosteum tulang kepala. Bagian dalam atau
meningeal adalah lapisan yg melindungi otak dan
mendukung pembuluh darah. Dura mater yang
memanjang kebawah membungkus spinal cord
sampai segmen sacral II. Bagian ujung dura mater
disebut dural sac.
Sistem ventricle otak terdiri dari empat venticle
dengan bentuk irreguler dan masing-masing ber
hubungan melalui chanel. Dua rongga paling atas
berpasangan yang disebut right and left ventricle.
Dia terletak disebelah kanan &kiri bidang midsa
gital, inferior-medial dari hemisphere cerebrum.
Proyeksi lateral untuk menunjukkan kedua ven
tricle lateral adalah setinggi 1,5 inchi superior
MAE.
Masing-masing ventricle lateral terdiri dari body
yang memanjang ke anterior, posterior dan infe-
rior berbentuk seperti tanduk yang disebut ante-
rior/frontal horn, posterior/occipital horn dan infe-
rior/temporal horn.
Masing-masing venticle lateral berhubungan de-
ngan ventricle III melalui chanel yang disebut
interventricular foramen (foramen Monro).
Ventricle III merupakan celah yang dari arah la
teral berbentuk segi empat, terletak pada bidang
midsagital sedikit dibawah body ventricle lateral,
membentang ke anteroinferior dari kelenjar pi-
neal pada dinding posterionya dan optic chiasm
pada dinding anteriornya. Proyeksi lateral untuk
menunjukkannya dengan cp 1 inch didepan dan
diatas MAE.
Foramen interventrivular satu dari masing-masing
ventricle lateral membuka pada bagian anterosupe
rior ventricle III. Ruang ini berlanjut ke postero
inferior dengan ventricle IV melalui cerebral aque-
duct (aqueduct of Sylvius).
Ventricle IV adalah rongga pada hidbrain berben-
tuk seperti mutiara terletak didepan cerebellum
serta dibelakang pons dan bagian atas medulla ob-
lonata, katas berhubungan dengan ventricle III me
lalui aqueduct dan ke inferior berlanjut dengan
canalis centralis dari medulla oblongata. Ventricle
ini berhubungan dengan cisterna magna melalui
foramen magendi. Cp pada proyeksi lateral 1 inch
posterior MAE.
MYELOGAPHY
Adalah istilah yang umum digunakan untuk meng-
ungkapkan tentang pemeriksaan radiologis dari
sistem susunan saraf pusat (CNS) yang terdapat
didalam canalis vertebralis dengan memasukkan
media kontras kedalam subarachnoid space melalui
punksi lumbal atau punksi cervical.
GAS MYELOGRAPHY.
Adalah pemeriksaan myelography dengan menggu
nakan media kontras negatif.
( Dandy tahun 1919 ).
0PAQUE MYELOGRAPHY
Adalah pemeriksaan myelography dengan menggu
nakan media kontras positif.
( Sicard & Forestier tahun 1922 ).
MEDIA KONTRAS
Adalah suatu bahan yang digunakan pada pemerik
saan radiologi yang mempunyai daya serap radiasi
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari jaringan
tubuh manusia.
MEDIA KONTRAS POSITIF
Adalah media kontras yang mempuyai daya
serap radiasi lebih tinggi dari jaringan tubuh dan
memberikan gambaran yang terang pada film.
oil based medium yang harus dikeluarkan sete
lah pemeriksaan selesai, karena tidah mudah
diserap dalam waktu yang singkat.
Water soluble ( ionik ) yang mudah diserap dalam waktu singkat sehingga tidak perlu dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai. Mulai digunakan pada tahun 1970 dan menjadi pilihan utama sejak
saat itu karena mempunyai viscosity yang rendah.
Water soluble ( non ionik ) yang akhir-akhir ini
menjadi pilihan terbaik karena relatif lebih aman.
MEDIA KONTRAS NEGATIF
Adalah media kontras yang mempunyai daya serap
radiasi lebih rendah dari jaringan tubuh dan mem
berikan gambaran gelap pada film.
( udara atau oksigen ).
PERSIAPAN RUANGAN
Mempersiapkan ruangan pemeriksaan sebelum
pasien datang adalah tanggung jawab radiographer.
Pesawat Rontgen harus diceck dan dapat mendu
kung pekerjaan yang aseptik. Tempat kaki dan pe
nahan bahu harus terpasang dan mudah diatur sesu
ai dengan kebutuhan pemeriksaan.
Pelaksanaan punksi lumbal/cervical serta pema
sukan media kontras dilaksanakan di bagian radio
logi agar media kontras tidak masuk kedalam sis
tem ventricle otak atau terjadi globulasi.
Premedikasi dilakukan oleh perawat di ruangan pe
rawatan dan disesuaikan dengan jadwal pemerik
saan di bagian radiologi.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
Penjelasan tentang performan pemeriksaan kepada
pasien dapat mengurangi rasa takut pada paien.
Juga dapat mencegah kegelisahan pasien karena
adanya manufer yang mendadak selama pemerik
saan berlangsung.
PROSEDUR PEMEIKSAAN
Puksi dilakukan didaerah lumbal III/IV atau cranio
cervical junction, jalannya media kontras dikendali
kan dengan tilting meja pemeriksaan dan dipantau
melalui Tv monitor.
Serial radiograph diambil pada daerah tertentu/ke
lainan dan jika perlu diambil radiograph dengan si
nar horizontal (cross tabdle projection).
Punksi lumbal/cervical umumnya dilakukan dengan
pasien lateral dengn lutut fleksi sampai menyentuh
dada tetapi dapat pula dilakukan dengan pasien
prone.
Biasanya dokter mengeluarkan csf sesuai dengan
volume media kontras yang akan dimasuka dan
untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
OPAQUE MYELOGRAPHY
Biasanya dilakukan dengan punksi lumbal. Oleh ka
rena itu pasien berbaring lateral pada waktu mela
kukan punksi dengan kedua lutut fleksi dan pasien
membungkuk sehingga kedua lutut menyentuh da
da. Kedua lengan dilipat kedepan dada sebagai pena
han kedua lutut.
Selanjutnya dilakukan tindakan aseptik/antiseptik
didaerah L III/IV dan jarum lumbal punksi ditusuk
kan (kalau perlu dengan bantuan fluoroscopy), se
himgga ujung jarum berada didalam canalis verteb
ralis kemudian mandrin dicabut dan sebagian csf di
keluarkan untuk keperluan pemeriksaan laboratori
um.
Media kontras positif dimasukan sebanyak 10 cc (se
suai kebutuhan) dan jarum dicabut jika yang digu
nakan media kontras water soluble atau mandrin di
pasang kembali jika media kontras oil based. Kemu
dian pasien berbaring prone dengan kepala ekstensi
sehingga cisternal cavity tertekan/menyempit sela
ma pemeriksaan berlangsun
Tilting diatur sedemikian rupa sehingga media kon
tras bergerak naik menuju arah kepala dan pada
daerah tertentu/kelainan diambil radiograf dari ber
bagai proyeksi (kalau perlu dibuat spot foto). Jika
menggunakan media kontras oil based maka setelah
selesai pemeriksaan harus dikeluarkan dan jarum
dicabut kembali.
Jika dilakukan dengan punksi cervical maka pasien
berbaring lateral dan kepala diberi bantal sehingga
MSP leher paralel dengan permukaan meja dan ba
gian atas meja sedikit diangkat untuk mencegah me
dia kontras masuk kedalam sistem ventricle.
Jika pengambilan radiograph berlangsung dengan
jarum terpasang maka jarum harus ditutupi de
ngan kasa steril dan ketinggian II harus fix.
Selama pemeriksaan akan terjadi perubahan tilting
table yang mendadak untuk mengatur jalannya me
dia kontras sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan.
Myelography bagian distal canalis vertebralis sering
disebut caudography.
GAS MYELOGRAPHY
Tidak semua sentra radiologi melaksanakan peme
riksaan myelography dengan gas sebagai media
kontras. Jika pemasukan media kontras dilakukan
melalui punksi lumbal maka pemasangan jarum
lumbal dapat dilakukan dengan pasien berbaring
prone atau lateral dan spine fleksi.
Setelah csf dikeluarkan maka dalam keadaan jarum
terpasang posisi meja diatur sedemikian rupa se
hingga letak kepala lebih rendah dan kepala eks
tensi sehingga media kontras tetap berada pada
canalis vertebralis bagian distal.
Dengan mengontrol melalui Tv monitor dikuti ja
lannya media kontras dengan mengubah tilting
table sehingga media kontras mencapai daerah
lesi dan diambil radiograph dalam berbagai pro
yeksi.
Jika dilakukan dengan punksi cervial maka setelah
jarum terpasang pasien berbaring prone dan tilting
table diatur letak kepala lebih rendah serta gas
dimasukan sampai csf habis keluar. Selanjutnya di
ambil radiograf sesuai kebutuhan dan jika perlu di
buat dengan teknik tomography.
DISKOGRAPHY & NUCLEOGRAPHY
Adalah istilah yang umum digunakan untuk meng
ungkapkan tentang pemeriksaan radiologis dari
individual diskus intervertebralis degan memasuk
kan salah satu jenis media kontras yodium water
soluble langsung kedalam diskus tertentu dengan
double needle.
(Telah diperkenalkan oleh Lindblom pada tahun
1950 dikembangkan oleh Cloward dan Bun).
Diskography dilakukan untuk mengevaluasi keada
an/lesi pada masing-masing diskus intervertebralis
seperti ruptur necleus pulposus yang tidak dapat di
evaluasi dengan pemeriksaan myelography.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan bersamaan de
ngan myelography atau secara terpisah.
Pemasukan jarum dilakukan dengan bantuan fluo
roscopy dan media kontras dimasukan sesuai kebu
tuhan serta radiograph diambil dengan proyeksi
lateral dan jika perlu oblique.
Pemasukan jarum didaerah lumbal dan thoracal
dilakukan dari posterolateral sedangkan pada dae
rah cervical dari anterolateral.
CEREBRAL PNEUMOGRAPHY.
Cerebral pneumogaphy adalah istilah yang umum
digunakan untuk mengungkapkan tentang pemerik
saan radiologi dari otak (brain) dengan memasuk
kan media kontras negatif (gas) sistem ventricle
otak dan ruang sbarachnoid otak lainnya.
Karena homogenitas densitas antara jaringan otak
dan csf pada radiography konvensional kepala
maka untuk menampilkan kelainan-kelainan yang
non kalsifikasi pada struktur intracranial diperlu
kan pemberian media kontras.
Media kontras negatif/gas (udara, oksigen atau car
bondioksida) lebih menarik untuk digunakan pada
pemeriksaan cerebral pneumogaphy bila dibanding
kan dengan media kontras positif karena tidak me
nyebabkan iritasi pada dinding ventricle otak dan
mudah diserap didalam ruang subarachnoid.
Cerebral pneumography bermanfaat untuk menun
jukkan gambaran SOL intracranial yaitu dengan
nampilkan filling defects atau deformation pada
gambaran outline gas yang mengisi ventricle otak
atau subarachnoid cisternae & channels.
Pada metode pneumoventriculography (direct cere
bral pneumography) media kontras diuntikan lang
sung kedalam ventricle lateral; Sedangkan pada
pneumoencephalography (indirect cerebral pneumo
graphy) media kontras dimasukan melalu punksi
spinal (lumbal).
Istilah ini menunjukkan tentang struktur intracra
nial yang ditampilkan dengan masing-masing me
tode. Dengan memasukkan langsung gas kedalam
sistem ventricle otak maka yang dapat dievaluasi
adalah permukaan bagian dalam dari masing-ma
sing ventricle; Sedangkan apabila melalui ruang sub
arachnoid didaerah lumbal maka gas akan mengisi
seluruh ruang subarachnoid otak pada cortex, cis
ternae dan sistem ventricle.
Masing masing metode pemasukan media kontras
mempunyai indikasi dan kontra indikasi spesifik
sesuai dengan tipe dan lokasi kelainan intracranial
itu sendiri.
Pemeriksaan cerebral pneumography dengan meto
de pneumoventriculography pertama kali diperke
nalkan oleh “ Dandy” pada tahun 1918 metode
pneumoencephalography pada tahun 1919.
Pada metode pneumoencephalography kontras me
dia disuntikan kedalam ruang subarachnoid mela
lui punksi spinal yang akan naik dari tempat ia di
masukan menuju sistem ventricle otak melalui
foramen Magendi dan juga masuk keseluruh ruang
subaracnoid otak.
Pada metode pneumoventriculography kotras media
disuntikan langsung kedalam ventrcle lateral otak
dengan membuat lubang kecil dengan bor pada din
ding rongga tengkorak atau melalui punksi fonta
nel pada bayi.
Infeksi Nosokomial
Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit yang bercirikan :
· Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.
· Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang masa inkubasi dari infeksi tersebut.
· Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinis dari infeksi tersebut
· Infeksi tersebut bukan sisa dari infeksi sebelumnya
· Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
Perkecualian :
· Bila tanda-tanda infeksi sudah timbul pada masa kurang dari 3 x 24 jam sejak mulai perawatan, tergantung masa inkubasi dari masing-masing jenis infeksi.
· Untuk penderita yang setelah keluar dari rumah sakit kemudian timbul tanda-tanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai infeksi nososkomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
Tidak termasuk infeksi nosokomial yaitu keracunan makanan yang tidak disebabkan oleh produk bakteri.
Bakteremia nosokomial
Bakteremia yang terjadi setelah tindakan invasive (intrumentasi) yang dilakukan di rumah sakit. Antara lain :
· Tranfusi darah/pemberian cairan parenteral
· Pungsi lumbal
· Pungsi sumsum tulang
· Kateterisasi buli-buli/vena
· Intubasi endotrakeal/ pemasangan respirator
· Biopsy
· Tindakan bedah
· Endoskopi dll.
Bakteremia baru terjadi sesudah penderita dirawat di rumah sakit selama 3 x 24 jam atau lebih
Khusus untuk neonatus :
· Bila didapat lebih dari 3 hari pada partus normal
· Bila lebih dari 5 hari pada partus patologik
· Bila didapat adanya port d’entree yang jelas, merahnya luka bekas infus, luka bekas tusukan jarum, luka bekas forsep, vakum dan lain-lain.
Diagnosis bakteremia sebaiknya didasarkan atas data klinis dan data laboratorium
Cara Mencegah Infeksi Nosokomial
·
Dengan menggunakan :
Standar kewaspadaan terhadap infeksi :
Antara lain :
Cuci Tangan
Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi
Segera setelah melepas sarung tangan
Di antara sentuhan dengan pasien
Sarung Tangan
Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi
Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka
Masker, Kaca Mata, Masker Muka
Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh
Baju Pelindung
Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh
Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
Kain
Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir
Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien
Peralatan Perawatan Pasien
Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali
Pembersihan Lingkungan
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien
Instrumen Tajam
Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai
Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan
Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan
Resusitasi Pasien
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut
Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi
Infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit yang bercirikan :
· Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.
· Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang masa inkubasi dari infeksi tersebut.
· Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinis dari infeksi tersebut
· Infeksi tersebut bukan sisa dari infeksi sebelumnya
· Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
Perkecualian :
· Bila tanda-tanda infeksi sudah timbul pada masa kurang dari 3 x 24 jam sejak mulai perawatan, tergantung masa inkubasi dari masing-masing jenis infeksi.
· Untuk penderita yang setelah keluar dari rumah sakit kemudian timbul tanda-tanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai infeksi nososkomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
Tidak termasuk infeksi nosokomial yaitu keracunan makanan yang tidak disebabkan oleh produk bakteri.
Bakteremia nosokomial
Bakteremia yang terjadi setelah tindakan invasive (intrumentasi) yang dilakukan di rumah sakit. Antara lain :
· Tranfusi darah/pemberian cairan parenteral
· Pungsi lumbal
· Pungsi sumsum tulang
· Kateterisasi buli-buli/vena
· Intubasi endotrakeal/ pemasangan respirator
· Biopsy
· Tindakan bedah
· Endoskopi dll.
Bakteremia baru terjadi sesudah penderita dirawat di rumah sakit selama 3 x 24 jam atau lebih
Khusus untuk neonatus :
· Bila didapat lebih dari 3 hari pada partus normal
· Bila lebih dari 5 hari pada partus patologik
· Bila didapat adanya port d’entree yang jelas, merahnya luka bekas infus, luka bekas tusukan jarum, luka bekas forsep, vakum dan lain-lain.
Diagnosis bakteremia sebaiknya didasarkan atas data klinis dan data laboratorium
Cara Mencegah Infeksi Nosokomial
·
Dengan menggunakan :
Standar kewaspadaan terhadap infeksi :
Antara lain :
Cuci Tangan
Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi
Segera setelah melepas sarung tangan
Di antara sentuhan dengan pasien
Sarung Tangan
Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi
Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka
Masker, Kaca Mata, Masker Muka
Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh
Baju Pelindung
Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh
Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
Kain
Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir
Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien
Peralatan Perawatan Pasien
Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali
Pembersihan Lingkungan
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien
Instrumen Tajam
Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai
Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan
Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan
Resusitasi Pasien
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut
Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi
Langganan:
Postingan (Atom)